Bakal pasangan calon petahana Chaidir Syam-Suhartina Bohari berpotensi melawan kotak kosong pada Pikada Maros 2024, Sulawesi Selatan (Sulsel). Tim Chaidir-Suhartina percaya diri menang di angka 95 persen.
Master Campaign (MC) Tim Chaidir-Suhartina Marjan Massere mengatakan elektabilitas Chaidir-Suhartina membuatnya yakin jagoannya itu melaju mulus di Pilkada Maros. Dia mengklaim, kepuasan masyarakat di angka 80 persen menjadi salah satu indikator keyakinannya menang mutlak.
"Saya kira tingkat elektoral dari kepuasan masyarakat dari kinerja bupati dan wakil bupati Maros di angka 80%. Jadi hal yang wajar ketika kita menarget kemenangan 90-95% dari kotak kosong," kata Marjan kepada detikSulsel, Minggu (1/9/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia pun mengaku sudah mulai menyiapkan perangkat-perangkat kerja untuk memenangkan Chaidir-Suhartina. Marjan mengaku akan menggerakkan semua kalangan masyarakat untuk melakukan sosialisasi sejak dini.
"Tim relawan dan komunitas sudah ada beberapa yang mendaftar untuk dikukuhkan dan saya kira hampir semua kalangan masyarakat juga akan bergerak memenangkan Hati Kita Keren jilid 2 ini," ungkapnya.
Akbar pun mengatakan jika strategi pemenangan Chaidir-Suhartina pada Pilkada 2024 ini berbeda saat jagoannya melawan 2 pasangan calon pada Pilkada Maros 2020 lalu. Pada Pilkada 2024, Tim pemenangan akan lebih leluasa berkampanye sebab berpotensi melawan kotak kosong.
"Periode-periode lalu kita melawan 2 paslon. Tentu mereka punya kelebihan dan kekurangan dan punya massa tersendiri. Kalau periode ini kita lebih leluasa menarik simpati masyarakat karena tidak ada lawan. Bedalah strateginya, kali ini bagaimana sosialisasi ke masyarakat bisa datang memilih dan bisa memilih Cahaidir-Suhartina," katanya.
"Memperkenalkan program-program Pak Bupati yang selama ini, keberhasilannya, dan apa lagi yang akan dilakukan 5 tahun ke depan," imbuhnya.
Tim Chaidir-Suhartina Bicara Kotak Kosong Pilwalkot Makassar 2018
Marjan juga menilai jika karakteristik kotak kosong di Pilkada Maros 2024 berbeda dengan Pilwalkot Makassar 2018 lalu. Dia mengatakan kotak kosong Pilwalkot Makassar saat itu karena ada upaya menggagalkan calon, sementara di Pilkada Maros murni karena tidak ada figur yang mau bertarung.
"Karakteristik kotak kosong di Maros dengan (Pilwalkot) Makassar 2018 beda. Kotak kosong Makassar kemarin karena memang orang dihalangi, ada calon yang maju seakan-akan ditutupkan pintu, dihalangi," kata Marjan.
Dia menuturkan, parpol di Maros telah membuka peluang melalui penjaringan calon kepala daerah. Hanya saja, hingga akhir pendaftaran tidak satupun bakal calon yang mendaftar kecuali Chaidir-Suhartina.
"Kalau Maros, kita bukakan ruang calon lain berpotensi cuma tidak ada yang mau mendaftar. Jadi sangat jauh beda di Makassar," katanya.
Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.
Marjan menuturkan, Chaidir-Suhartina sengaja belakangan mendaftar untuk memberi kesempatan ke kandidat lain. Jelang penutupan, jagoannya juga itu baru berkeliling ke partai-partai mendaftar untuk maju lagi berpasangan di Pilkada Maros.
"Parpol di Maros semua buka ruang, malah satu minggu terakhir baru kita bersilaturahmi dengan beberapa partai," jelasnya.
Marjan menambahkan, pihaknya tidak khawatir dengan kejadian kotak kosong yang terjadi ada Pilwalkot Makassar 2018 lalu. Termasuk jika nantinya kotak kosong di Pilkada Maros akan ditunggangi oleh pihak tertentu.
"Sama sekali kami tidak pernah khawatir terkait dengan itu. Saya kira kalau pun ada yang gerakkan kotak kosong, saya kira itulah demokrasi. Saya kira masyarakat Maros juga cerdas, mana yang layak dipilih dan tidak, tentu kami sedikit pun tidak pernah khawatir. Ada lawan saja kemarin kita bisa menang, apalagi tidak ada lawan," jelasnya.
Di sisi lain, Marjan mengklaim Pilkada Maros 2024 akan dilalui Chaidir-Suhartina lebih enteng dibanding 2020 lalu. Sebab saat itu, Chaidir-Suhartina melawan 2 pasangan calon lain sehingga saling berebut suara.
"Periode periode lalu kita melawan 2 paslon. Tentu mereka punya kelebihan dan kekurangan dan punya massa tersendiri. Kalau periode ini kita lebih leluasa menarik simpati masyarakat karena tidak ada lawan. Beda lah strateginya, kali ini bagaimana sosialisasi ke masyarakat bisa datang memilih dan bisa memilih pak Chaidir-Sutina," ungkapnya.