Klarifikasi Organda Makassar soal Sopir Pete-pete Dipalak Rp 5 Ribu Tiap Hari

Klarifikasi Organda Makassar soal Sopir Pete-pete Dipalak Rp 5 Ribu Tiap Hari

Tim detikSulsel - detikSulsel
Minggu, 06 Apr 2025 09:00 WIB
Oknum ngaku dari Organda Makassar memalak sopir pete-pete viral di media sosial.
Oknum ngaku dari Organda Makassar memalak sopir pete-pete viral di media sosial. Foto: (dok. Istimewa)
Makassar -

Organisasi Angkutan Darat (Organda) Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) mengklarifikasi pungutan Rp 5 ribu per hari ke sopor pete-pete trayek Daya. Organda menjelaskan pungutan itu diambil berdasarkan kesepakatan pemilik mobil dan sopir untuk mengawasi mobil tanpa izin trayek resmi.

Ketua Organda Makassar Rahim Bustam mengatakan pungutan itu diambil setelah mereka bertanda tangan. Sehingga, dia menegaskan jika pungutan itu sebenarnya bukan pungutan liar melainkan sumbangan suka rela untuk petugas posko.

"(Pungutan itu dari) Persetujuan sopir, ada tanda tangannya mereka itu begitu. Dan itu bukan pungutan (liar), itu istilahnya itu suka rela. Tidak ada yang dipaksa. Ada pernyataannya sopir itu terhadap kerja sama posko," kata Ketua Organda Makassar Rahim Bustam kepada detikSulsel, Sabtu (5/4/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Rahim, pungutan ini menjadi heboh diduga akibat kecemburuan dari pihak lain yang ingin memaksakan kendaraan masuk ke trayek Daya tanpa memiliki izin trayek yang sah. Menurutnya, hal itu berkaitan dengan upaya posko untuk menghalau kendaraan yang beroperasi tanpa izin resmi.

"Adanya pemberitaan yang viral ini, ini karena kecemburuan ada orang yang mau memaksa memasukkan mobil di trayek Daya tanpa memiliki izin trayek itu. Tujuannya posko dia menghalau adanya kendaraan-kendaraan yang beroperasi yang tidak memiliki izin trayek Daya itu saja. Tidak ada yang lain," terangnya.

ADVERTISEMENT

Rahim pun dengan tegas membantah tudingan pungutan tersebut merupakan bentuk pemerasan. Menurutnya, tidak semua sopir membayar pungutan tersebut dan ada yang memberikan uang dalam jumlah berbeda berdasarkan kemampuannya.

"Dan kalau itu dikatakan pemerasan sepertinya tidak. Karena tidak semua sopir juga bayar, tidak semua. Tidak semua sopir bayar Rp 5 ribu. Katanya ada yang Rp 1 ribu ada yang Rp 2 ribu begitu," ungkapnya.

Dia menuturkan pungutan tersebut merupakan urusan internal trayek Daya. Namun Organda Makassar disebut tetap mengetahui adanya kesepakatan antara pihak-pihak terkait.

"Itu internalnya trayek Daya di sana. Internalnya trayek Daya tetapi Organda mengetahui itu, mengetahui kalau ada kesepakatan. Seandainya tidak ada kesepakatan Organda juga tidak mau, tidak mau mencari masalah dengan sopir kita. Tetapi karena ada permintaan dan ada kesepakatan saya bilang jalan saja. Yang penting jangan memaksa begitu," tambahnya.

Pengakuan Sopir Pete-pete

Sopir bernama Kahar (38) mengaku tiap hari dipalak oleh pria yang mengatasnamakan Organda Makassar. Dia menyebut sopir diwajibkan membayar Rp 5 ribu setiap hari ketika mobil beroperasi.

"Pertamanya itu dia cuma menahan mobil ilegal katanya. Jadi orang semua membayar Rp 5 ribu per mobil. Sekarang dia itu yang sopir-sopir semua takut semua jadi dia membayar semua sama dia," kata Kahar kepada detikSulsel, Sabtu (5/4).

Kahar menuturkan oknum yang mengaku sebagai utusan Organda Makassar itu belakangan tidak mengizinkan mobil yang dikemudikannya melintas, tepatnya di dekat Bukit Katulistiwa, Jalan Perintis Kemerdekaan, Sabtu (22/3) sekitar pukul 14.00 Wita. Mereka beralasan mobilnya tidak ilegal alias tidak memiliki izin trayek resmi.

Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

Kahar yang kesal akhirnya merekam aksi oknum tersebut hingga viral di media sosial. Sebab, aksi tersebut dianggap sudah keterlaluan karena dapat menghambat mata pencariannya sebagai sopir pete-pete.

"Saya tidak dibiarkan jalan saya punya angkot, dibilang ini mobil ilegal. Nah ini mobil bukan mobil ilegal karena ini izin trayek sudah ada, cuma tinggal peralihan dari dinas perhubungan. Nah dia terpaksa tahan itu baru tinggal itu mobil. Jadi kalau tinggal mobil saya mau makan apa pak?" keluh Kahar.

Kahar menuturkan dirinya diminta meninggalkan pete-petenya yang berada di lokasi. Dia menyebut oknum tersebut juga mengancam akan merusak mobilnya jika tetap nekat membawanya pergi.

"Saya disuruh jalan pulang ke rumah, tidak dibiarkan jalan mobil, disuruh kasih tinggal. Dia bilang jangan dulu kasih jalan ini mobil. Na (dia) bilang kalau kau jalan saya cabut-cabut stikernya mobilmu," ungkap Kahar.

Dia mengatakan bahwa pete-pete tersebut merupakan milik bosnya. Dia mengaku belum sepenuhnya memilikinya karena masih mencicil mobil tersebut.

"Ini kan masih mobil cicilan, saya cicil ini mobil. Ini sepenuhnya belum milik saya. Kalau sudah lunas baru kita punya milik. Karena ini mobil masih saya cicil," pungkasnya.

Kahar turut mempertanyakan peruntukan uang yang disetorkan kepada oknum tersebut. Sebab jumlahnya cukup besar jika dihitung dengan jumlah pete-pete rute Sentral-Sudiang yang melintas setiap harinya.

"Per hari (bayar Rp 5 ribu). Jadi kalau hari-hari toh berapa mobil (pete-pete), kan banyak mobil. Jadi Rp 5 ribu (kalau) kali banyak (jumlahnya besar). Tapi ini (juga dipertanyakan), itu yang tagih lari ke mana (uangnya)," tuturnya.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Momen Om Mobi Kena Pungli Parkir saat Review Mobil di Palembang"
[Gambas:Video 20detik]
(asm/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads