Keyakinan Warga Ngaku Keluarga Buaya Antang Menyimpang dari Agama

Keyakinan Warga Ngaku Keluarga Buaya Antang Menyimpang dari Agama

Tim detikSulsel - detikSulsel
Kamis, 20 Feb 2025 09:40 WIB
Tampak seekor buaya berenang di lorong perumahan yang terendam banjir di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Foto: Seekor buaya berenang di lorong perumahan yang terendam banjir di Makassar. (dok. istimewa)
Makassar -

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan (Sulsel) menegaskan keyakinan warga memiliki hubungan keluarga dengan buaya yang ditangkap saat banjir di Makassar, menyimpang dari akidah Islam. MUI juga mengingatkan keyakinan tersebut dapat berujung pada kemusyrikan.

Diketahui seekor buaya berukuran 3,8 meter ditangkap saat banjir di permukiman warga di Kampung Kajang, Lorong 1, Kelurahan Tamangapa, Rabu (12/2) sekitar pukul 23.00 Wita. Buaya tersebut kemudian dievakuasi ke tempat wisata Cimory Land, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.

Belakangan, sejumlah warga yang mengaku keluarga buaya tersebut ramai-ramai datang ke wisata Cimory Land pada Senin (17/2) malam. Mereka membawa pawang buaya bernama Baco Dg Rani.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat ritual berlangsung, buaya mengamuk dan menerkam pawang buaya tersebut. Atas insiden tersebut korban mengalami luka robek dan patah tulang pada tangan kanannya.

"Menyimpang dari akidah karena tidak ada begitu (manusia keluarga dengan buaya) dalam agama Islam," ujar Ketua MUI Sulsel Nadjamuddin Abd Safa kepada detikSulsel, Rabu (19/2/2025).

ADVERTISEMENT

Menurut Nadjamuddin, keyakinan semacam itu hanya dibuat untuk mencari perhatian semata. Dia mengatakan dalam Islam dijelaskan manusia berasal dari manusia pula yakni dari Nabi Adam.

"Untuk mencari perhatian saja, orang semuanya dari Nabi Adam, tidak ada dari buaya," katanya.

Dia menyebut memang ada mitos yang diwariskan dari cerita turun temurun bahwa manusia keturunan buaya. Namun dia memastikan hal itu sekadar cerita belaka tanpa dasar.

"Ada dulu kita punya guru cerita, kenapa ada yang mengatakan keturunan buaya, katanya ada perempuan yang mandi di sungai tidak pakai celana akhirnya masuklah sperma buaya ke alat kelaminnya. Itulah katanya lahirlah itu buaya. Tapi tidak ada itu keturunan buaya," tutur Najamuddin.

"Kepercayaan kita, kita semua berasal dari Nabi Adam, tidak mungkin dari buaya. Tidak ada kepercayaan begitu, Kullukum min Adam, semuanya kalian dari Adam," lanjutnya.

Keyakinan Mengarah ke Musyrik

Nadjamuddin menjelaskan berdasarkan hukum Islam, meyakini manusia berasal dari hewan dapat berujung pada kemusyrikan, terutama jika meminta-minta kepada selain Allah. Dia berharap agar pihak yang memiliki kepercayaan tersebut segera sadar dan kembali ke jalan yang benar.

"Mudah-mudahan dia sadar jangan punya kepercayaan seperti itu karena di Al-Qur'an mengatakan Kullukum min Adam, semua kalian dari Adam. Tidak ada dari hewan atau binatang, jadi orang yang punya kepercayaan begitu menyadari bahwa jangan mempunyai kepercayaan begitu," katanya.

"Bisa jadi musyrik karena mempercayai, apalagi kalau minta-minta sama itu, kita tidak boleh meminta selain Allah. Jadi kita harapkan orang yang mempunyai kepercayaan seperti itu menyadari bahwa manusia itu semuanya dari manusia, tidak ada dari hewan," sambungnya.

Lanjut Nadjamuddin, dalam Al-Qur'an memang ada disebutkan manusia menjadi kera karena durhaka kepada Allah SWT. Dalam Al-Qur'an mengatakan, 'jadilah kamu kera yang hina'. Frasa ini muncul dalam Surat Al-Baqarah ayat 65 dan Surat Al-A'raf ayat 166.

"Kita mendoakan semoga orang-orang yang mempercayai berasal dari buaya menyadari atau bertaubat bahwa itu tidak benar," imbuhnya.




(hsr/hsr)

Hide Ads