Heboh Produk Skincare di Makassar Berbahan Merkuri, BPOM Imbau Warga Laporkan

Heboh Produk Skincare di Makassar Berbahan Merkuri, BPOM Imbau Warga Laporkan

Andi Sitti Nurfaisah - detikSulsel
Jumat, 18 Okt 2024 17:00 WIB
Ilustrasi Skincare
Foto: Getty Images/iStockphoto/paulynn
Makassar -

Heboh di media sosial (medsos) produk skincare di Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengandung merkuri atau bahan kimia. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Makassar mengimbau konsumen membuat pengaduan jika mendapati hal tersebut.

"Konsumen atau pengguna kosmetik yang merasa bahwa itu ada merkurinya, silakan nanti bisa melapor buat pengaduan di Balai Besar POM di Makassar, nanti akan kami tindak lanjuti," kata Kepala Balai Besar POM (BBPOM) Makassar, Hariani kepada detikSulsel, Kamis (18/10/2024).

Hariani menuturkan pihaknya turut melakukan pengawasan pada sarana produksi. Dia mengatakan tidak bisa menguji seluruh produk, pihaknya hanya menguji beberapa sample.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita kan ada melakukan pengawasan kosmetik, jadi kalau kosmetik market itu kami ada sampling-sampling produk tentunya tidak bisa semua produk bisa tersampling. Jadi dilakukan pengawasan di sarana produksinya," tuturnya.

Dia menambahkan jika pihaknya tidak bisa melakukan pengawasan secara terus-menerus di lapangan. Menurutnya, penjualan secara online juga sulit untuk dikendalikan.

ADVERTISEMENT

"Tapi, pengawasan tidak dilaksanakan secara terus-menerus, memang kan kita tidak bisa setiap hari di lokasi apalagi sekarang banyak pemasaran secara online, agak susah dikendalikan," ujarnya.

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa beberapa produk skincare yang memiliki izin edar BPOM, ternyata mengandung merkuri. Menurutnya, itu adalah perbuatan oknum yang menambahkan kandungan tersebut setelah mendapatkan izin edar dari BPOM.

"Jadi untuk skincare yang beredar di Makassar sendiri, ada registrasi BPOM pun kadang-kadang ada isinya (merkuri), nah itu dikatakan oknum menambahkan. Pertama, bisa kemungkinan oknum menambahkan, yang kedua bisa juga BPOM-nya itu tidak resmi, maksudnya palsu, ilegal," terangnya.

"Makanya kita diminta untuk download BPOM Mobile, cek di BPOM Mobile itu. Kalau misalnya dia resmi pasti tercantum, tapi kalau tercantum masih mengandung merkuri berarti itu ada oknum ilegal menambahkan. Itu yang sering terjadi juga," tambahnya.

Dia mengungkapkan pihaknya pernah menemukan produk kosmetik yang diuji dan hasilnya non merkuri. Namun saat produknya yang dijual online diuji kembali hasil ditemukan kandungan merkuri.

"Malah di kami ada hasil pengawasan, kami datang ke tempat produksinya, kita sampling, kita uji itu kosmetiknya non merkuri. Setelah kita beli online produk yang sama, kita beli online ternyata yang dikirim ke kami itu ada merkurinya," bebernya.

Dia menjelaskan jika terbukti melakukan pelanggaran, pihaknya akan menarik produk tersebut dari pasaran dan memusnahkannya. Sementara pemilik usaha akan diberikan pembinaan.

"Kalau seperti itu, pertama tentu saja produknya harus ditarik terus dimusnahkan. Kedua, produsennya dikasih pembinaan kalau untuk awalnya, tapi kalau sudah berulang-ulang akan masuk ke ranah hukum. Berarti ada unsur kesengajaan kalau berulang-ulang," terangnya.

Hasriani mengaku tidak bisa hanya melakukan pengawasan pada produsen. Pihaknya juga rutin memberikan edukasi kepada masyarakat bagaimana memilih suatu produk yang baik.

"Sebagai masyarakat kita harus peduli sama diri sendiri dan lingkungan. Peduli dengan diri sendiri dan lingkungan, berarti kalau misalnya menemukan produk yang diduga mengandung bahan berbahaya, merkuri sekalipun, silakan dilakukan pengaduan," katanya.

Diketahui, polemik heboh skincare berbahan merkuri ini berawal ketika seorang dokter mereview salah satu skincare terkenal di Makassar. Dokter tersebut mengunggah hasil uji laboraturium yang dilakukan pada produk skincare tersebut.

Produk krim pagi dan malam yang diuji tersebut menunjukkan mengandung merkuri, yang mana diketahui merupakan bahan berbahaya dan tindakan ilegal. Hal itu membuat beberapa owner (pemilik) skincare lainnya mengkritik perbuatan dokter tersebut hingga heboh di media sosial.




(hsr/hmw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads