BBKSDA Sulsel Duga Buaya Muncul di Kanal Jalan Anggrek Makassar dari Muara

BBKSDA Sulsel Duga Buaya Muncul di Kanal Jalan Anggrek Makassar dari Muara

Laode Muhammad Mashudi - detikSulsel
Senin, 30 Sep 2024 16:30 WIB
Buaya muncul di pinggir kanal Jalan Anggrek Raya Makassar.
Buaya muncul di pinggir kanal Jalan Anggrek Raya Makassar. Foto: (dok. istimewa)
Makassar -

Buaya sepanjang 3 meter muncul di kanal Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel). Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) menduga buaya tersebut berasal dari muara sungai.

"Umumnya buaya yang muncul adalah buaya muara yang hidup di daerah peralihan air tawar dan air laut," kata Kepala BBKSDA Sulsel Jusman kepada detikSulsel, Senin (30/9/2024).

Kemunculan buaya tersebut tepatnya berada di pinggir kanal Jalan Anggrek Raya, Kecamatan Panakkukang, Makassar. Buaya tersebut terekam dalam kamera warga yang diunggah ke media sosial pada Sabtu (28/9).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jusman menjelaskan, pihaknya masih belum menangkap buaya tersebut karena selalu kabur saat akan dievakuasi. Dia menjelaskan buaya yang ditangkap nantinya akan dibawa ke kawasan konservasi.

"(Buaya yang ditangkap) dirilis ke alam di dalam kawasan konservasi, biasanya yang masih jarang interaksi dengan manusia, di Danau Towuti," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Jusman mengaku kemunculan buaya sudah sering terjadi di kanal tersebut. Namun dia belum bisa memastikan sudah berapa ekor yang telah ditangkap sejauh ini.

"Saya tidak hafal itu (jumlah buaya yang telah ditangkap). Itu ada catatannya di kantor," sebut Jusman.

Untuk diketahui, Jusman menyebut kemunculan buaya ini sebagai fenomena baru. Dia mengatakan, laporan adanya buaya di sekitar masyarakat tidak hanya terjadi di Kota Makassar.

"Sekarang ini kayaknya buaya ini banyak sekali ya, bukan hanya di Makassar. Ada laporan dari Bulukumba, Pj Bupati Sinjai juga nelepon lagi banyak. Fenomena baru ini belum ada kajian khusus juga itu," paparnya.

Pihaknya juga belum bisa memastikan penyebab terjadinya fenomena baru ini. Jusman mengatakan, hal tersebut masih butuh kajian khusus.

"Penyebab persisnya itu perlu kajian. Karena mungkin banyak yang berubah. Atau mungkin juga populasinya lagi meningkat, antara lain karena pemanfaatan yang terbatas," bebernya.




(asm/sar)

Hide Ads