ARA Legawa Demokrat Usung Appi-Aliyah di Pilwalkot Makassar: Kecewa Itu Biasa

ARA Legawa Demokrat Usung Appi-Aliyah di Pilwalkot Makassar: Kecewa Itu Biasa

Nur Hidayat Said - detikSulsel
Jumat, 16 Agu 2024 11:00 WIB
Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menyerahkan rekomendasi ke Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham.
Ketua DPC Demokrat Makassar Adi Rasyid Ali alias ARA (keempat dari kiri) mendampingi Appi-Aliyah saat menerima rekomendasi Demokrat dari AHY. (Tangkapan layar YouTube Demokrat)
Makassar -

Ketua DPC Demokrat Makassar Adi Rasyid Ali (ARA) mengaku legawa terkait langkah DPP Demokrat mendukung Munafri Arifuddin-Aliyah Mustika Ilham (Appi-Aliyah) pada Pilwalkot Makassar 2024, Sulawesi Selatan (Sulsel). Menurutnya, seorang politisi mesti siap melalui segala dinamika.

"Ya, suka atau tidak, harus baik. Kita ini politisi sudah biasalah jatuh-bangun. Sudah biasa kecewa. Kadang senang, kadang kecewa. Itu sudah biasa," ujar ARA kepada detikSulsel, Jumat (16/8/2024).

ARA menegaskan DPP Demokrat sudah membuat keputusan sehingga seluruh kader mesti taat dan patuh. Dia meyakini ada hikmah di balik keputusan DPP Demokrat menjatuhkan pilihannya ke Appi-Aliyah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya anggap ini sebuah keputusan ada yang lebih besar. Saya ikhlaskan saja, serahkan kepada Allah SWT. Mungkin ada yang besar saya dapatkan nanti," katanya.

ARA yang ikut penjaringan bakal calon kepada daerah di Demokrat mengaku telah mengerahkan segala upaya agar bisa mendapat dukungan partai. Namun, kata dia, Demokrat pada akhirnya memberikan dukungan kepada figur lain, sehingga langkah itu mesti dihormati.

ADVERTISEMENT

"Ya, saya sudah terbiasa dengan hal-hal seperti ini. Kemarin memang saya bertarung sampai tetes darah penghabisan, tapi apa mau dikata memang keputusan DPP, dalam hal ini Ketua Umum, ya, saya hormati. Yang penting saya memperlihatkan sebagai kader saya bertarung," ucap ARA.

"Tapi, sekarang sudah diputuskan. Kita rapatkan barisan untuk memenangkan pasangan dari Partai Demokrat ini," lanjutnya.

Wakil Ketua DPRD Makassar itu mengungkapkan tidak ada komunikasi khusus dengan Ketua Umum Demokrat AHY mengenai perebutan dukungan di internal Demokrat. Menurutnya, terlepas dari arah dukungan Demokrat di Pilwalkot Makassar, ada hal yang jauh lebih penting.

"Penyampaian khusus juga tidak, ya, tapi kami sudah mata batin yang bicara. Bahwa ada hal yang lebih besar kita harus jaga," ucapnya.

Begitupun, kata ARA, dengan Appi maupun Aliyah. Menurutnya, sesama politisi sudah saling paham luar dan dalam pada tiap dinamika yang terjadi. Dia melanjutkan, kawan hari ini bisa jadi lawan pada kemudian hari, begitu sebaliknya.

"Kalau Appi, kan, sahabat saya dari dulu. Saya pernah bersama dia, pernah menjadi lawan, jadi saya sudah saling tahu kelemahan dan kekurangan. Jadi, Appi ini saya pernah menjadi lawan, saya ketua kolom kosong. Saya juga pernah bersama dia sebagai ketua tim pemenangan Appi-Abdul Rahman Bando," bebernya.

"Dengan (Bu Aliyah) saya, kan, akrab dengan suaminya, Pak IAS. Kita saling tahulah. Saya dan Pak IAS sudah lama berteman," imbuhnya.

ARA teriak bandit rekomendasi di Demokrat di halaman selanjutnya.

ARA Buka-bukaan soal Bandit Rekomendasi Demokrat

ARA sebelumnya buka-bukaan menyebut ada bandit dalam penerbitan rekomendasi di Pilwalkot Makassar 2024. ARA menegaskan ada kejanggalan dalam proses penerbitan rekomendasi.

Pernyataan ARA ini menyikapi rencana Demokrat memberikan rekomendasi kepada pasangan Munafri Arifuddin (Appi) dan Aliyah Mustika Ilham di Pilwalkot Makassar. Menurut ARA, ada oknum yang bermain atau bandit di tingkat DPC, DPD, maupun DPP Demokrat.

"Narasinya seperti itu. Begini, saya ini kader Demokrat yang berdarah dan bernanah sejak 2002. Saya hanya melihat ada mekanisme yang janggal. Saya sebagai kader yang maju sebagai bakal calon kepala daerah melewati semua mekanisme," ujar ARA kepada detikSulsel, Jumat (10/8).

ARA mengaku curiga setelah dirinya mencoba meyakinkan Demokrat untuk maju di Pilwalkot Makassar. Saat itu, ARA dan calon pasangannya, Ketua DPW PKS Sulsel Amri Arsyid berangkat ke Jakarta namun seolah dihalangi.

"Saya, kan, bawa pasangan. Ada pasangan wakil wali kota saya dibawa ke Jakarta. Tapi, tidak ada, maksudnya agak tertutup. Saya hubungi Satgas Pilkada itu teleponnya tidak diangkat," ucapnya.

"Saya hanya, ya, ini harus ada keterbukaan, diberi ruang. Kita ini Ketua Demokrat, ketua partai. Jangan sampai ada oknum-oknum di bawah terkait Satgas Pilkada yang main. Tidak memberi ruang. Kita ini kader, loh. Bandit itu oknum. Di DPD juga ada, DPC ada. Bandit itu kadang-kadang kerja sama," bebernya.


Hide Ads