Lima remaja di Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), mengeroyok dua pria yang merupakan perantau asal Jawa Barat (Jabar) gegara ketersinggungan terkait puntung rokok. Polisi yang melakukan penyelidikan telah mengamankan tiga pelaku dan dua lainnya masih buron.
Pengeroyokan itu terjadi di Jalan Andi Mappaoddang, Kecamatan Tamalate, Makassar, Sabtu (20/7/2024). Insiden tersebut terekam kamera hingga videonya viral di media sosial.
Dalam video beredar, tampak sejumlah orang mengerumuni dua korban yang tengah duduk di atas jembatan kanal. Beberapa di antaranya tampak memukul korban.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Seorang warga tampak berusaha melerai. Namun beberapa pelaku kembali menyerang hingga membuat korban terjatuh.
"Masa ada orang lewat dilempari rokok," kata seorang lelaki dalam video beredar.
Dalam video lainnya, salah satu korban yang mengenakan baju biru tampak babak belur hingga hidungnya berdarah. Salah satu rekannya terlihat mengamankan menuju rumah warga.
"Mohon adilnya, pak, saya ini anak perantau, mohon adilnya. Masa saya diginiin (dikeroyok), mungkin kalau dia ke kampung saya mau diginiin," kata korban dalam video.
Kapolsek Tamalate, AKP Aris Soemarsono mengatakan, kasus itu dilaporkan korban sehari setelah kejadian. Dia mengatakan peristiwa ini dipicu adanya kesalahpahaman.
"Motif salah paham karena puntung rokok," ungkap Aris Soemarsono kepada detikSulsel, Kamis (25/7).
Tiga pelaku berinisial M (16), BEP (16) dan HG (15) sudah diamankan setelah Bhabinkamtibmas berkoordinasi dengan keluarga pelaku. Ketiganya menyerahkan diri ke Polsek Tamalate, Rabu (24/7).
"Pelaku menyerahkan diri, baru tiga (pelaku diamankan). Insyaallah dua (pelaku) lagi," ujarnya.
Aris menjelaskan, pengeroyokan bermula karena ketersinggungan pelaku. Korban yang saat itu duduk di atas jembatan, tiba-tiba membuang puntung rokok.
"Pelaku duduk di tempat agak gelap, ini korban lewat jadi dibuang puntung rokok. Dia (korban) tidak tahu padahal ada orang di situ," tutur Aris.
Menurut dia, pelaku sempat menegur korban menggunakan bahasa Makassar. Namun korban tidak memahami maksud pelaku.
"Ditegur pakai bahasa Makassar sedangkan korbannya orang Jawa Barat. Jadi tidak nyambung akhirnya tersinggung," jelasnya.
(sar/ata)