"Sudah keluar suratnya kemarin (Rabu 12 Juni), sudah kami juga sampaikan untuk tinggalkan lokasi pondok," ujar Kepala Sekolah (Kepsek) Ponpes Markaz Imam Malik Makassar Faisal Abdul Rahman kepada detikSulsel, Kamis (13/6/2024).
Faisal mengungkapkan pihak ponpes sangat tegas jika terjadi kejadian kekerasan terhadap santri. Apalagi dia tidak menampik kasus kekerasan ini sudah pernah terjadi di ponpes yang dipimpinnya.
"Sekolah sangat tegas terhadap insiden ini, walaupun memang sudah beberapa kali terjadi," bebernya.
Pihaknya mewanti-wanti adanya sanksi pemecatan bagi guru agar tidak melakukan penganiayaan kepada santri. Faisal pun akan melakukan edukasi terhadap guru-guru di ponpes.
"Memang sih ujungnya dikeluarkan dan bagaimana menjaga itu, kita selama ini menjaga itu dan mengedukasi ke guru-gurunya, pengasuh, makanya kita meng-upgrading mereka dengan ilmu pembinaan," paparnya.
"Setiap pekan itu ada kita jalankan, itu untuk menjaga stabilitas dan tupoksinya sebagai pembina asrama tanpa sistem kekerasan," tambah Faisal.
Dia menduga kejadian kekerasan itu terjadi karena oknum guru YB tersebut tersulut emosi. Meski demikian, dia menegaskan perilaku kekerasan terhadap siswa tidak dapat dibenarkan.
"Ini yang sangat kami sayangkan dan memang tidak ada sedikit pun pembenaran dari perbuatannya, memang salah, tidak bisa, sudut apapun tidak ada pembenaran dari yang bersangkutan," ungkapnya.
Faisal melanjutkan, pihaknya akan kooperatif terhadap kasus penganiayaan yang sedang diselidiki aparat kepolisian itu. Dia menyerahkan sepenuhnya kepada penyidik untuk mengusut tuntas kasus tersebut.
"Iya betul itu pribadi, tetapi dalam proses penyidikan pasti akan ada saksi-saksi dan kejadiannya di pondok tentu akan melibatkan kami-kami di pondok untuk memberi keterangan dan kesaksian. Kami sangat menghargai proses hukum di polres," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, oknum guru inisial YB dilaporkan ke polisi karena diduga menganiaya santrinya, SA (13). Penganiayaan itu di sekolah tahfiz Jalan Kelurahan Antang, Manggala, Makassar, Sabtu (8/6) lalu.
Pelaku mulanya mendapati korban seorang diri mencoret tembok di salah satu ruangan ponpes hingga korban dituduh menuduh mencuri. Pelaku lantas memukul korban karena membantah tuduhan gurunya.
"Cuma karena melawan, tidak dipercaya karena dia sendiri di situ nanti ada barang hilang apa segala macam akhirnya kalau istilahnya kita ditappe (ditampar) kepalanya dan tidak terima mi di situ bahwa dia tidak mencuri dan tidak terima kepalanya dipukul," ujar Faisal.
(sar/asm)