Pertumbuhan Ekonomi Sulsel di Bawah Nasional, JK Ingatkan soal Pemerataan

Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar

Pertumbuhan Ekonomi Sulsel di Bawah Nasional, JK Ingatkan soal Pemerataan

Sahrul Alim - detikSulsel
Minggu, 21 Apr 2024 16:00 WIB
Jusuf Kalla menghadiri Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) di Makassar.
Foto: Jusuf Kalla menghadiri Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) di Makassar. (Sahrul Alim/detikSulsel)
Makassar -

Ketua Dewan Kehormatan Badan Pengurus Pusat Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (BPP-KKSS) Jusuf Kalla (JK), mengingatkan Pemprov Sulsel soal pemerataan ekonomi. Pernyataan itu menanggapi laporan Pj Sekretaris Daerah (Sekda) Sulsel Andi Muhammad Arsjad yang menyebut pertumbuhan ekonomi Sulsel berada di bawah rata-rata nasional.

"Pak Sekda, statistik penting, tapi jangan selalu tergantung statistik. Dalam kesejahteraan ada dua hal, pertumbuhan dan pemerataan. Biar tumbuh tapi tidak merata bahaya juga," ujar JK dalam sambutannya pada acara Pertemuan Saudagar Bugis-Makassar (PSBM) 2024 di Hotel Four Points by Sheraton, Makassar, Minggu (21/4/2024).

Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 ini menilai pertumbuhan ekonomi suatu daerah harus dibarengi dengan kesejahteraan penduduknya. Dia mencontohkan pertumbuhan ekonomi tinggi di daerah yang kaya hasil tambang tetapi yang menikmati adalah para pengusaha dari luar.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pasti Kalimantan tumbuh karena punya batu bara, pasti Sulawesi Tenggara, Tengah, tumbuh tinggi karena punya nikel. Riau tinggi. Tapi siapa yang punya batu bara di Kalimantan? Itu semua orang Jakarta. Siapa punya nikel tapi yang olah China semua, siapa yang punya minyak di Riau, sebagian besar Jakarta," ujar JK.

"Jadi buat apa pertumbuhan tinggi, pemerataan rendah. Yang nikmati orang lain," tambah JK.

ADVERTISEMENT

Diketahui, Rasjad dalam acara yang sama menyampaikan laporan terkait kondisi Sulsel saat ini. Arsjad menyampaikan pertumbuhan ekonomi Sulsel di angka 4,51%.

"Kita masih berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini berada di 5,01%. Artinya ini PR yang berat bagi kita dan untuk menuju indonesia emas 2045 dimana salah satu syaratnya pertumbuhan ekonomi kita harus berada di angka 6-7%," kata Arsjad.

Dia juga menyebut bahwa Sulsel masih memiliki masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan sebanyak 8,7% dan angka ini bertahan dalam 4-5 tahun terakhir hingga sekarang. Sementara jumlah pengangguran berada di angka 4,3%.

"Ini memang suatu ironi, kenapa? Karena kita kenal Sulsel pemasok utama, kita lumbung pangan khususnya Indonesia Timur, kita poros transportasi dengan infrastruktur bandara, pelabuhan yang tidak bisa disangkal pusat distribusi barang dan jasa. Oleh karena itu ada sesuatu yang keliru dalam hal ini," ujarnya.

Sementara tantangan ke depan, lanjut Arsjad, adalah memprioritaskan pertumbuhan untuk 4 sektor unggulan Sulsel. Yakni sektor pertanian, perdagangan besar dan kecil, konstruksi dan industri pengolahan yang pertumbuhannya masih kecil.

"Jadi walaupun terjadi pertumbuhan yang tinggi di sektor lain, katakanlah pertambangan 13% tapi kalau 4 sektor dominan ini tidak tumbuh maka pertumbuhan ekonomi kita tetap berada di posisi yang sekarang. Jadi saya sepakat sudah saatnya kita fokus pada sektor keunggulan kita," pungkasnya.




(asm/sar)

Hide Ads