Mengonsumsi kuliner ekstrem dari daging hewan menjadi kebiasaan masyarakat Sulawesi Utara (Sulut), terutama di wilayah Tomohon dan Minahasa. Bagi warga pribumi Tomohon dan Minahasa daging ular, tikus, hingga katak lumrah untuk dikonsumsi.
Istri Wali Kota Tomohon, Jeand'arc F Karundeng adalah salah satu yang pernah merasakan nikmatnya daging ekstrem tersebut. Ia mengaku telah terbiasa mengonsumsi daging anjing, tikus, kelelawar, serta katak.
"Kalau ular saya tidak pernah makan, karena jijik," kata Jeand'arc, ketika ditemui detikcom di Tomohon, Senin (17/10/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan mengonsumsi kuliner ekstrem seperti daging anjing dan sebagainya merupakan tradisi dan budaya orang Minahasa. Sehingga sedari kecil ia terbiasa mengonsumsi daging anjing.
"Daging anjing saya waktu kecil, karena tante saya tepat di samping rumah buka rumah makan RW (daging anjing), dan bagi orang Minahasa kan makanan itu budaya orang Minahasa," jelasnya.
Daging ekstrem lainnya yang kerap ia konsumsi adalah daging tikus. Namun, menurutnya tidak semua daging tikus bisa dikonsumsi.
"Tikus mungkin orang lain tidak makan, tapi di sini makan. Tikus yang biasa dikonsumsi itu bukan tikus yang hidup di rumahan, tapi diambil dari hutan," imbuhnya.
Menurutnya cukup mudah membedakan tikus rumahan dan tikus hutan. Perbedaannya dapat dilihat dari ekornya.
"Bedanya tikus hutan sama rumahan itu di ekor. Kalau tikus hutan warna di ekor putih," kata dia.
Jeand'arc menambahkan, biasanya penjual daging tikus tidak membakar bagian ekor sebagai penanda bahwa yang dijualnya adalah tikus hutan.
"Makanya kalau yang biasa dijual di pasar itu warna putih. Jadi biasanya sebelum dijual kalau dibakar ekornya tidak dibakar, supaya memperlihatkan bahwa tikus itu bukan tikus rumahan tapi dari hutan," katanya.
Selain daging tikus hutan, Jeand'arc juga menceritakan dirinya yang pernah mengkonsumsi daging kelelawar. Baginya daging tersebut memiliki cita rasa yang lezat dan nikmat.
"Kelelawar juga makanan orang Minahasa dari zaman dahulu. Saya pernah makan," kata dia.
Namun, Jeand'arc mengaku saat ini tidak lagi mengonsumsi daging ekstrem tersebut. Ia memutuskan berhenti untuk atas alasan kesehatan.
"Sekarang sudah tidak lagi, baik RW (daging anjing), baik tikus dan juga kelelawar. Karena masalah kesehatan saja. Sudah sekian tahun. Karena alasan kesehatan, saya cari aman," pungkasnya.
(alk/asm)