Kue ini terbuat dari campuran tepung beras dan santan kelapa. Proses pembuatannya cukup mudah.
Adonan bahan dituang ke dalam tembikar dari tanah liat. Wadah tembikar ini sebelumnya telah dipanaskan menggunakan api sedang.
Ketika adonan mulai menjadi padat dan permukaannya mulai berpori seperti dipenuhi lubang, itu artinya kue bikang sudah matang.
Nah, sebelum kue bikang dihidangkan, ada satu tahap pamungkas. Kue ini disiram menggunakan gula merah cair.
Selain terasa lembut di lidah, siraman gula merah cair ini memberi sensasi manis dan lumer di mulut. Makin menggugah selera.
![]() |
Salah satu pembuat kue bikang, asal Desa Riso, Kecamatan Tapango, Kabupaten Polewali Mandar, Ramliati mengaku pesanan kue khas ini mengalami peningkatan selama bulan suci ramadhan.
"Banyak yang memilih menyantap kue bikang sebagai hidangan pembuka saat berbuka puasa. Jadi selama ramadhan, pesanan kue bikang meningkat dua kali lipat," ujar Ramliati kepada wartawan, Kamis sore (21/4/2022).
Jika biasanya, Ramliati hanya membuat 50 hingga 100 kue bikang per hari, selama Ramadan meningkat menjadi sedikitnya 200 kue bikang per hari.
"Alhamdulillah selama Ramadan, kue bikang laris manis. Dijual seharga Rp 5.000 untuk tiga kue bikang," tutur wanita yang melakukan penjualan kue bikang secara online.
Baca juga: Lembutnya Kue Bolu Paranggi Khas Suku Mandar |
Hal serupa diungkapkan Napisa, salah satu penjual kue bikang yang berada di area pasar ramadhan, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar.
Bahkan di tempat ini, kue bikang tetap laris manis kendati dijual dengan harga lebih mahal dibanding tempat lainnya.
"Rata-rata jual seratus biji perhari. Dijual tiga biji Rp 10.000. Banyak yang cari, banyak yang suka selama Ramadan," tukasnya.
(tau/asm)