Sebanyak dua jurnalis mengaku diintimidasi oknum TNI saat meliput demo penolakan kenaikan tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di kantor Bupati Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Oknum TNI diduga merampas handphone milik jurnalis dan menghapus gambar.
Salah satu jurnalis yang diintimidasi, Zulkipli Natsir mengaku mendapat perlakuan kasar dari oknum TNI saat masuk ke kantor Bupati Bone saat aparat melepaskan tembakan gas air mata pada Selasa (19/8) malam. Zulkipli sempat beristirahat sebelum kembali meliput karena kepala pusing dan matanya perih.
"Saat di lobi kantor bupati, kan di sana ada banyak anggota TNI. Saya sempat refleks ambil gambar anggota TNI yang terluka, yang katanya kena lemparan batu," kata Zulkifli kepada detikSulsel, Rabu (20/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jurnalis CNN itu kemudian melihat ada anggota TNI yang membawa satu demonstran. Dia kemudian refleks untuk mengambil gambar.
"Refleks saya kemudian berbalik ambil gambarnya, namun kemudian dihalangi dan diteriaki anggota TNI jangan ambil gambar di sini," sambung Zulkipli.
Menurut Zulkipli, saat itu ada 5-6 anggota TNI mendadak mendatanginya. Oknum anggota TNI merebut handphone-nya untuk menghapus gambar.
"Saya terus maju minta ponsel saya agar gambar saya jangan dihapus. Tetapi ponsel saya direbut paksa dari tangan yang sudah tergenggam erat, kemudian dia hapus beberapa video hasil liputan saya," jelasnya.
Hal senada juga dialami jurnalis ujungpena.com, Adry. Dia diminta untuk menghapus rekamannya selama demo kerusuhan yang diwarnai tembakan gas air mata.
"Karena terkena asap gas air mata saya masuk lewat pintu samping kantor bupati cari toilet untuk cuci muka. Namun toilet lantai 2 terkunci akhirnya saya turun lewat tangga utama karena belum sempat matikan live," ucap Adry.
"Di situ saya bertemu petugas seragam loreng lagi amankan massa yang ditangkap, saat itu dilihat handphone sementara live dan dibentak untuk disuruh matikan dan berteriak tidak ada media di sini, matikan, matikan, matikan. Kalau mau live di luar," sambungnya.
Adry mengaku diusir dari kantor Bupati Bone hingga dirinya bergegas ke Jalan Jenderal Ahmad Yani untuk kembali melakukan liputan. Namun saat di luar, dia juga dilarang untuk mengambil gambar.
"Lalu saya live di luar kantor bupati, dan kembali lagi didatangi petugas dari TNI dilarang ambil gambar. Bahkan diancam untuk diamankan jika tidak berhenti," bebernya.
Sementara itu, Pasi Ops Kodim 1407/Bone Lettu Inf Akhyar Budiman membantah soal adanya anggota TNI yang melakukan intimidasi. Dia menegaskan personel tidak melakukan hal yang represif.
"Tidak betul itu (diintimidasi). Yang pasti anggota tidak ada yang melakukan hal di luar dari yang seharusnya," singkat Akhyar.
(sar/asm)