Sebanyak 7 oknum anggota Polda Sulawesi Barat (Sulbar) dikenakan sanksi penempatan khusus (patsus) gegara mengeroyok sejumlah kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di Kabupaten Mamuju. Satu kader HMI mengalami patah tulang hidung akibat pengeroyokan tersebut.
Peristiwa pengeroyokan itu terjadi di asrama putri Ikatan Pelajar Mahasiswa Mamuju Tengah (IPM-Mateng) di Kelurahan Rimuku, Kecamatan Mamuju pada Rabu (1/1) malam. Tujuh oknum polisi tersebut kini menjalani pemeriksaan oleh Propam Polda Sulbar.
Dirangkum detikcom, Jumat (3/1/2025), berikut fakta-fakta oknum polisi keroyok sejumlah kader HMI di Mamuju.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Kronologi Polisi Keroyok Kader HMI
Kasus pengeroyokan ini berawal saat salah satu anggota polisi datang ke asrama putri IPM-Mateng untuk mengunjungi pacarnya. Anggota polisi itu kemudian ditegur mahasiswa karena bertamu di malam hari.
"Ini kan awal dari ini ada oknum polisi yang kurang beretika yang datang ke asrama putri IPM Mateng, sudah sekian kali ditegur, termasuk juga bapak yang punya kontrakan itu sudah menegur, akan tetapi tidak pernah mendengar," ujar Ketua HMI Cabang Manakarra Anshar kepada wartawan, Kamis (2/1).
Anshar mengatakan anggota polisi tersebut kemudian terlibat cekcok dengan sejumlah mahasiswa yang merupakan kader HMI. Tak berselang lama, datang sekitar 50 orang anggota polisi dan langsung melakukan pengeroyokan.
"Setelah itu ada sedikit cekcok, setelah itu datanglah satu kompi angkatan 51 kalau tidak salah, dari angkatan kepolisian yang melakukan pengeroyokan terhadap beberapa mahasiswa, yang kurang lebih 50 orang oknum polisi," bebernya.
Kabid Humas Polda Sulbar Kombes Slamet Wahyudi turut membenarkan awal mula aksi pengeroyokan itu. Ia menyebut anggota polisi itu mendatangi asrama putri pada malam hari sehingga mendapat teguran.
"Sama-sama muda, sama-sama lajang, apel, kalau apel sudah kemalaman menyangkut etiknya sudah salah, kesopanannya kita sebagai adat orang timur juga kurang. Sehingga ada suatu pemuda yang mengingatkan, dan terjadilah suatu keributan," kata Slamet.
Anggota polisi tersebut akhirnya menghubungi rekan-rekannya untuk datang ke lokasi. Saat tiba, sejumlah oknum polisi kemudian melakukan pengeroyokan.
"Dari pihak oknum anggota Polri ini setelah ada keributan menelepon teman-temannya sehingga terjadilah keributan (pengeroyokan)," jelasnya.
2. Massa HMI Geruduk Polresta Mamuju
Massa HMI kemudian melakukan aksi demonstrasi di kantor Polresta Mamuju pada pukul 22.00 Wita atau tak lama setelah pengeroyokan tersebut. Massa aksi pun terlibat bentrok dengan polisi yang berjaga.
Anshar menegaskan pihaknya menuntut keadilan usai satu kader HMI terluka dalam pengeroyokan tersebut. Dia meminta Kapolda dan Kabid Propam mengusut tuntas kasus ini.
"Apabila tidak ditindaklanjuti secara tegas oleh Kabid Propam, maka kami meminta pencopotan Kapolda, Karo SDM, dan Kabid Propam, sebab ini dianggap gagal pengembangan sumber daya manusia di kepolisian Polda Sulawesi Barat, karena angkatan (polisi yang diduga melakukan pengeroyokan) ini dari SPN Mekatta," ujarnya
3. 1 Kader HMI Patah Tulang Hidung
Satu Kader HMI bernama Ramli mengalami patah tulang hidung akibat pengeroyokan tersebut. Ramli saat ini masih menjalani perawatan intensif di rumah sakit.
"Setelah pihak rumah sakit melakukan rontgen, hasilnya (tulang) hidung patah," kata Ramli kepada wartawan, Kamis (2/1).
Ramli juga mengaku mengalami luka di bagian mata dan tangan. Dia menyebut para oknum polisi tersebut mengeroyoknya secara membabi buta.
"Mata juga sama tangan sakit. Saya tidak hanya dikeroyok, kejadian yang menimpa saya ini murni upaya pembunuhan yang dilakukan kelompok oknum polisi," katanya.
Dia pun meminta agar para pelaku diproses hukum. Ramli menegaskan tidak akan membuka ruang mediasi dan berharap pelaku dicopot dari institusi Polri.
Simak 2 fakta lainnya di halaman berikutnya...
Simak Video "Video: Kakak Santri di Mamuju Hajar Guru Ponpes gegara Adiknya Ditegur"
[Gambas:Video 20detik]