Kasus oknum polisi memukul petugas keamanan KPU saat debat kandidat Pilwalkot Bitung, Sulawesi Utara (Sulut), kini berakhir damai. Polda Sulut menyebut kasus tersebut hanya salah paham.
Dugaan pemukulan terjadi saat berlangsungnya debat Pilwakot Bitung di salah satu hotel di Kecamatan Mapanget, Manado pada Minggu (6/10). Kabid Humas Polda Sulut Kombes Michael Irwan Thamsil mengatakan kasus tersebut sudah diselesaikan.
"Itu hanya salah paham saja, dan permasalahan sudah selesai," ujar Kombes Michael kepada wartawan, Jumat (11/10/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kesepakatan damai antara korban petugas keamanan KPU dan oknum polisi itu terjadi usai keduanya dipertemukan di Mapolda Sulut pada Jumat (11/10). Mediasi itu dihadiri Dirintelkam Polda Sulut, beberapa Kasubdit, serta Ketua KPU Kota Bitung bersama komisioner.
"Kedua belah pihak sepakat untuk tidak memperpanjang masalah," terangnya.
Kombes Michael membenarkan jika saat itu oknum polisi tersebut hendak masuk ke dalam ruangan debat. Sementara oknum tersebut tidak memakai tanda pengenal sehingga dicegat oleh korban.
"Saat itu, oknum anggota berusaha masuk ke ruangan debat, namun dicegah oleh petugas keamanan KPU tersebut karena tidak memakai tanda pengenal," terangnya.
KPU Bitung Sempat Ancam Lapor Propam
KPU Bitung sempat mengancam akan melaporkan oknum polisi tersebut ke Propam jika tidak ada iktikad baik. Pihak KPU juga sempat berencana melaporkan kejadian ini ke komunitas perempuan.
"Menunggu iktikad baik oknum, tapi sampai sekarang tidak ada. Kalau tidak, korban mau lapor Propam dan saya sebagai penggiat perempuan akan lapor ini ke komunitas perempuan," ujar Ketua Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat (Parmas) dan SDM KPU Kota Bitung Wiwinda Hamisi dalam keterangannya, Rabu (9/10).
Wiwinda menuturkan, kejadian pemukulan bermula ketika korban tengah berjaga di pintu masuk aula berlangsungnya debat. korban tidak mengizinkan pelaku masuk karena tidak mengenakan seragam polisi dan tanpa identitas atau ID Card.
"Mana torang (kami) mau tau polisi, pakai preman karena intel. Harusnya kan infokan bahwa saya anggota Polri. Biasanya kalo begitu, petugas jaga ke sana akan melapor ke pimpinan. Baru kami bolehkan masuk berikan ID," tuturnya.
Lebih lanjut, Wiwinda menyebut, saat itu oknum tersebut langsung masuk tanpa memberitahu. Namun saat oknum tersebut sudah berada di dalam, korban datang meminta untuk keluar dan terjadi cekcok.
"Dia sudah serobot masuk. 2 pintu dia lewati, pintu registrasi dan pintu utama debat. Disusul korban dan minta untuk keluar. Kejadian pemukulan kepala pakai HP itu sesudah diminta keluar dari ruang debat," terangnya.
Wiwinda menyesalkan aksi kekerasan oknum polisi kepada seorang petugas KPU, terlebih petugas tersebut adalah perempuan. Menurutnya, debat saat itu membahas tentang kekerasan pada perempuan, dan kekerasan, namun malah terjadi di lokasi debat.
"Sikap korban shock lah dia. Perempuan dibegitukan sama laki-laki di tempat rame (ramai) dan kegiatan formal. Makanya dia tidak lapor saya atau pimpinan lainnya karena shock," terangnya.
"Dia (korban) profesional. Dia tetap bertugas. Korban ini sudah beberapa kali ikut diklat Jagatsaksana di KPU RI dengan instruktur dari Mabes TNI dan Mabes Polri," paparnya.
(asm/ata)