Nasib nahas menimpa anggota polisi bernama Aipda Helmi Masbaitubun saat melerai bentrokan dua kelompok warga di Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Maluku. Aipda Helmi terkena busur panah dari warga yang bertikai.
Bentrokan antara warga Desa Alusi Batjas dan Alusi Kelaan, Kecamatan Kormonolin, Kepulauan Tanimbar terjadi pada Sabtu (13/4). Saat itu, kedua kelompok saling serang menggunakan batu dan busur panah.
"Jadi saat bentrokan terjadi warga saling serang gunakan batu dan busur panah. Akibat bentrokan ini, menyebabkan seorang anggota polisi dan satu warga terkena panah," kata Kasi Humas Polres Kepulauan Tanimbar Iptu Olof Batlayeri kepada detikcom, Minggu (14/4/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iptu Olof mengatakan Aipda Helmi terkena busur panah di betis. Sementara warga bernama Yohanis Nditnyo juga terkena busur panah di kaki sehingga keduanya langsung dievakuasi ke puskesmas.
"Anggota Polisi dan warga itu lalu dilarikan puskesmas setempat guna mendapatkan perawatan medis," bebernya.
Olof menuturkan bentrok tersebut tidak berlangsung lama karena personel Polres Kepulauan Tanimbar bergerak cepat membubarkan massa. Kedua warga desa pun sudah sepakat berdamai.
"Situasi di desa yang warganya terlibat bentrok sudah kembali kondusif. Mereka juga sudah sepakat berdamai," katanya.
Bentrokan Dipicu Pemukulan Siswa
Olof mengungkapkan bentrokan antara warga Desa Alusi Batjas dan Alusi Kelaan dipicu pemukulan seorang siswa berinisial LB (16) pada Jumat (12/4). LB merupakan warga Desa Alusi Kelaan.
"Jadi awalnya dari pemukulan anak sekolah pada Jumat lalu. Kemudian memicu bentrok pada Sabtu pagi," terangnya.
Olof menjelaskan LB dan temannya pergi menjual kopra di Desa Alusi Batjas menggunakan sepeda motor. Saat hendak kembali ke desanya motor mereka mohog karena kehabisan bahan bakar.
"Karena motornya mogok, keduanya lantas telepon teman untuk membawa bensin. Saat menunggu, tiba-tiba dipukul dan sempat dilerai oleh warga Desa Alusi Batjas," jelasnya.
Olof menuturkan LB kemudian mengadu ke warga di desanya bahwa dirinya dipukul. Warga yang tak terima kemudian berkumpul sekitar pukul 22.00 WIT dan melakukan pemalangan jalan menggunakan pohon kelapa.
"Jadi memang konsentrasi massa sudah terjadi sejak Jumat malam. Setelah itu, bentrok pecah dan warga dua desa itu pun saling serang gunakan batu dan busur panah pada Sabtu pagi. Jadi pemicu pemalangan jalan juga merupakan rentetan dari pemukulan tersebut," terangnya.
(hsr/hsr)