"Ada anak putra daerah juga umur 11 tahun juga sama laki-laki. Itu kena lemparan. Iya kepalanya (pecah) mungkin pada saat pelemparan-pelemparan, kepala belakang pecah," kata Pj Gubernur Papua Tengah Ribka Haluk kepada wartawan di Jayapura, Selasa (9/4/2024).
Ribka mengaku sudah turun langsung menjenguk korban. Termasuk memberikan santunan biaya bagi korban selama pengobatan.
"Jadi itupun sudah kami santunin, kami sudah datangin. Jadi dari sisi perhatian pemerintah kemudian dari sisi santunan biaya dan seterusnya itu sudah diterima dengan lapang dada oleh pihak keluarga," ujarnya.
Dia menjelaskan, kondisi korban masih dalam pemulihan traumatik yang dialaminya. Meski begitu, menurutnya, kondisi korban relatif stabil.
"Jadi sampai dengan saat ini, posisinya amanlah, terkendali pada saat itu. Kalau secara psikologis saya kira itu pemulihan traumatik tidak segampang itu, pastikan ada... tapi kami sudah perintahkan harus dilakukan (pendampingan)," paparnya.
Diketahui, unjuk rasa itu berlangsung di enam titik, salah satunya di Kompleks Jayanti, Kelurahan Wonorejo, Nabire pada Jumat (5/4). Massa melakukan pembakaran ban, pemalangan dengan tiang listrik, kayu, batu, hingga melakukan pemerkosaan terhadap 2 wanita.
Massa juga membakar sebuah rumah milik seorang marbut masjid di Kompleks Jayanti, Kelurahan Wonorejo, Nabire. Massa dengan anarkis membakar rumah tersebut meskipun tahu ada marbut di dalamnya.
"Akhirnya dia (marbut) memilih di dalam rumah dan mereka (pelaku) membakar rumah itu dengan kondisi ada orangnya, itu sangat kita sayangkan. Kami turunkan mobil water cannon untuk memadamkan api, namun api sudah melahap rumah tersebut," Kapolres Nabire AKBP Wahyu S. Bintoro kepada detikcom, Sabtu (5/4).
(ata/asm)