Kesaksian Pegawai soal Wanita Tewas Dalam Gudang Apotek Samarinda

Kesaksian Pegawai soal Wanita Tewas Dalam Gudang Apotek Samarinda

Muhammad Budi Kurniawan - detikSulsel
Kamis, 21 Mar 2024 12:00 WIB
Police line tape. Crime scene investigation. Forensic science.
Ilustrasi. Foto: Getty Images/D-Keine
Samarinda -

Polisi mengungkap wanita berinisial BT (56) yang tewas membusuk di dalam gudang apotek di Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim), sempat bertemu salah satu pegawai di dalam apotek. Korban sempat ditegur karena hendak masuk ke ruang racik obat.

"Menurut keterangan sementara yang kita dapatkan yang bersangkutan masuk ke dalam apotek dan langsung menuju ke ruang racik obat yang ada di dalam apotek," kata Kapolresta Samarinda Kombes Ary Fadli kepada detikcom, Rabu (30/3/2024).

Ary menerangkan, saat itu korban berpapasan dengan salah satu pegawai apotek di pintu ruang racik obat. Pegawai itu kemudian menegur dan menanyakan keperluan korban hendak masuk ke ruangan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kemudian, 'loh ibu ada keperluan apa, jangan masuk, nggak boleh masuk ke ruang racik'," kata Ary menirukan keterangan saksi.

Setelah itu, lanjut Ary, korban menunjukkan kantong plastik kepada pegawai tersebut. Pegawai itu mengira kantong plastik yang dibawa korban adalah sampah sehingga mengarahkannya untuk membuangnya ke tempat sampah di belakang atau depan apotek.

ADVERTISEMENT

"Kalau mau buang sampah ada ke depan atau ke belakang. Ibu itu kemudian menuju ke pintu belakang ke arah taman. Kemudian dilirik ibu itu cuci tangan, itu terakhir dilihat," lanjut Ary.

Di sisi lain, Ary menyebut TKP korban ditemukan tewas merupakan gudang yang tidak terpakai. Sehingga diduga menjadi penyebab mayat korban baru ditemukan setelah 18 hari dilaporkan hilang.

"TKP di salah satu gudang di apotek di Kimia Farma yang mana memang gudang ini berada di belakang dan gudang ini adalah tempat penyimpanan barang-barang yang sudah tidak terpakai dan terpisah dari apotek itu sendiri," sebutnya.

Ary menambahkan, selama 18 hari para karyawan apotek mengaku tidak mendengar suara TB dari dalam gudang. Sementara itu, gudang itu juga disebut dalam kondisi tidak terkunci.

"Tidak terkunci dan tidak ada (suara korban), kalau didengar kan pasti akan didatangi," jelasnya.

Terkait kasus tersebut, saat ini polisi masih terus melakukan penyelidikan. Terutama memeriksa CCTV yang dipertanyakan pihak keluarga korban.

"Jadi untuk barang-barang bukti sudah kita amankan ada alat komunikasi CCTV baik di luar maupun di dalam Kimia Farma, ini yang membantu kita untuk mengurai peristiwa ini sehingga bisa terang dan tentunya bisa memberikan kepastian hukum bagi semua pihak terutama kepada pihak keluarga," jelasnya.

Sebelumnya diberitakan, pihak keluarga menyebut ada sejumlah kejanggalan terkait kematian korban. Salah satu yang jadi sorotan ialah CCTV di lokasi kejadian.

"Ya itu janggal sekali buat kami, karena data yang kami mau minta itu (CCTV) per tanggal 31 Januari ternyata itu infonya dari Kimia Farma itu sudah enggak ada," kata keluarga korban, Jusman kepada detikcom, Rabu (20/3).

Jusman mengaku yakin ada sesuatu yang terjadi sebelum korban akhirnya meninggal. Terlebih, hasil visum yang diterima keluarga korban dinyatakan meninggal lantaran kelaparan dan kehausan.

"Ada (dugaan) pelaku, karena kalau ngelihatin jenazah didapat mustahil kalau tidak ada apa-apa. Cuman hasil autopsi mengatakan meninggal karena kehausan, kelaparan," ujarnya.




(asm/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads