Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Istiqamah di Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan (Sulsel) diserang oleh sekelompok orang yang diduga dari ahli waris lahan pesantren. Penyerangan itu membuat 90 santri dan santriwati diungsikan.
Pengelola Ponpes Syukran Muadz mengatakan 90 orang santri tersebut diungsikan ke salah satu cabang Ponpes Darul Istiqamah di Kecamatan Suli, Luwu. Kebijakan ini dilakukan lantaran pihaknya khawatir dengan keselamatan santri karena sering mendapatkan teror.
"Sehari setelah kita didatangi sekelompok orang, itu kami masih sering dapat teror, OTK sering lalu lalang berteriak ke pondok," sebut Syukran kepada detikSulsel, Jumat (15/12/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu dia belum tahu pasti sampai kapan para santri diungsikan. Apalagi banyak orang tua santri yang turut mengkhawatirkan kondisi anak mereka.
"Jadi kita inisiatif ungsikan sementara, orang tua santri juga takut jangan sampai ada penyerangan lanjutan," bebernya.
Dirangkum detikSulsel, Minggu (17/12/2023), berikut fakta-fakta penyerangan Ponpes Darul Istiqamah Luwu:
1. Bangunan Dibakar-Santriwati Ngaku Dilecehkan
Syukran menjelaskan penyerangan oleh sekelompok OTK tersebut menyebabkan salah satu bangunan sekolah terbakar pada Rabu (13/12) sekitar pukul 21.00 Wita. Saat itu para santri sedang membaca Al Qur'an setelah melaksanakan salat berjamaah.
"Itu baru selesai salat berjamaah dilanjutkan kegiatan baca Al Qur'an. Nah langsung ada ribut-ribut di luar, ternyata sudah ada kurang lebih 50 laki-laki yang datang. Mereka membakar salah satu bagian bangunan pesantren, tapi tidak sempat menyebar apinya karena langsung dipadamkan," tuturnya.
Penyerangan itu membuat para santri yang sedang mengaji menjadi panik. Bahkan, salah satu dari pelaku diduga melakukan tindak pelecehan dengan cara menarik kerudung seorang santriwati.
"Santri kami ketakutan saat itu, ada yang menangis karena takut. Ada juga yang menarik kerudung santriwati," tuturnya.
2. Polisi Tangkap 1 Pelaku Penyerangan
Kasat Reskrim Polres Luwu AKP Muh Saleh mengatakan pihaknya telah menangkap satu pelaku penyerangan Ponpes Darul Istiqamah berinisial BS (45). BS diduga ikut melakukan pembakaran terhadap salah satu bangunan di ponpes tersebut.
Penangkapan terhadap pelaku dilakukan usai polisi melakukan serangkaian penyelidikan. Pelaku ditangkap di Kecamatan Cilallang, pada Kamis (14/12) sekitar pukul 19.00 Wita.
Saleh menyebut pihaknya telah mendalami keterangan dari BS untuk mengungkap dalang dari penyerangan tersebut. Dia juga mengatakan pihaknya sedang memburu satu pelaku lain yang masih buron.
"Kita masih dalami juga apakah mereka ini disuruh kenapa tiba-tiba mereka datang banyak, termasuk dugaan pelecehan itu," papar Saleh kepada detikSulsel, Jumat (15/12).
Pihak kepolisian juga belum merinci jumlah total pelaku penyerangan Ponpes Darul Istiqamah Luwu itu. Namun polisi telah mengidentifikasi dua orang pelaku, termasuk yang telah ditangkap.
"Kita masih identifikasi jumlahnya, tapi sudah 2 orang kita identifikasi, satu sudah tertangkap," ucap Kapolres Luwu AKBP Arisandi.
Simak fakta lainnya di halaman berikutnya...
3. Pengelola-Ahli Waris Sempat Duel
AKP Saleh mengungkap pemicu penyerangan ponpes tersebut dipicu perselisihan antara pengelola ponpes dengan warga yang mengaku ahli waris. Keduanya terlibat cekcok hingga perkelahian pada Rabu (13/12) siang.
"Jadi memang kronologinya dipicu ada perkelahian saat siang antara pihak pengelola ponpes dengan salah satu ahli waris," ucap Saleh.
Dia menyebut persoalan sengketa lahan ini memang sudah terjadi sejak lama. Hanya saja Saleh tidak merinci terkait perkara lahan yang dimaksud.
"Ponpes ini kan memang ada sengketa lahan dan sudah berlarut-larut. Sehingga ini memicu perselisihan-perselisihan," sebutnya.
Belakangan, keluarga dari warga yang mengaku ahli waris itu ramai-ramai datang ke ponpes pada malam hari setelah perkelahian itu. Mereka datang karena oknum warga itu mengaku dipukul oleh pengelola ponpes.
"Nah setelah berkelahi itu, pihak keluarga ahli waris ini datang ke Ponpes mencari siapa yang memukul pihak keluarga ini. Padahal faktanya mereka berkelahi," ungkapnya.
"Nah atas itu, kelompok orang ini terpicu karena mendapatkan informasi keluarganya dipukul oleh salah satu pengelola ponpes. Jadi mereka masuk di dalam mencari orang ini," lanjut Saleh.
4. Polisi Usut Dugaan Santriwati Dilecehkan
Kapolres Luwu AKBP Arisandi mengaku pihaknya juga tengah mengusut dugaan pelecehan terhadap salah satu santriwati saat penyerangan terjadi. Namun Arisandi mengatakan penyelidikan ini membutuhkan waktu karena kata pelecehan itu luas maknanya.
"Kalau pelecehan itu sangat luas, nanti kita dalami (dugaan pelecehan)" ucapnya kepada detikSulsel, Jumat (15/12).
Meski demikian, dia memastikan pihaknya memberikan atensi terkait hal ini. Arisandi turut prihatin karena kasus ini pendidikan dari para santri menjadi terganggu.
"Kita masih melakukan pengembangan untuk identifikasi sebagian pelaku. Kita prihatin karena ini anak-anak didik jadi korban, secara psikis pasti mereka berpengaruh, meski tidak ada korban atas kejadian itu," tuturnya.
Arisandi menuturkan pihaknya sudah melakukan upaya mediasi beberapa kali. Namun nyatanya upaya itu tidak membuahkan hasil sampai saat ini sehingga memicu penyerangan tersebut.
"Memang kondisi pesantren itu sudah ditembok sekelilingnya oleh ahli waris, yang lokasi ini pernah diwakafkan oleh orang tuanya, tapi tidak menempuh jalur perdata. Udah berapa kali kita mediasi juga tapi tidak ada jalan keluar, jadi ahli waris ini terkesan main hakim sendiri," imbuhnya.
Simak fakta lainnya di halaman berikutnya...
5. Warga Ponpes Kembali Diteror OTK
Setelah penyerangan pada Rabu (13/12) lalu, warga ponpes kembali mendapat teror oleh OTK pada Jumat (15/12) kemarin. OTK itu disebut mirip dengan preman.
"Setelah kejadian itu (penyerangan), kita masih sering diteror sama OTK seperti preman datang ke lokasi," ungkap Syukran kepada detikSulsel, Jumat (15/12).
Syukran mengatakan hal itu mengundang rasa takut kepada penduduk ponpes. Apalagi oknum tersebut datang mengancam dengan cara melontarkan teriakan kasar.
"Sampai sekarang itu, mereka lalu lalang di sana. Kemarin itu, ada yang datang memukul seng (atap) pondok dan berteriak 'saya ratakan ko semua'. Makanya kami ketakutan dan memilih mengungsi sementara waktu," kisahnya.
Di sisi lain, penyerangan sebelumnya sempat mengacak-acak dapur dan peralatan makan santri hingga rusak. Hal ini menambah beban psikologis santri, apalagi mereka tidak bisa sarapan keesokan harinya.
"Dibakar, diacak-acak juga dapur santri. Kompor sama piring-piring itu rusak, makanya besoknya setelah kejadian itu, santri tidak bisa sarapan," tuturnya.
6. Ahli Waris Ungkap Keluarga Dikudeta dari Ponpes
Salah satu keluarga ahli waris Kiki Reski buka suara soal penyerangan terhadap Ponpes Darul Istiqamah. Dia mengaku penyerangan itu memang tidak lepas dari persoalan sengketa lahan.
"Insiden (penyerangan ponpes) yang terjadi Rabu malam kemarin itu memang tidak lepas dari konflik ini (sengketa lahan)" kata Kiki kepada detikSulsel, Sabtu (16/12).
Kiki menuding pengelola ponpes saat ini berniat menguasai pesantren dan lahan yang dimiliki keluarganya itu. Sebab, kata dia, keluarganya sempat menjadi salah satu pengelola dan masuk jajaran pengurus ponpes namun dikudeta oleh pengajar lainnya.
"Keluarga kami pernah menjadi pengurus dan pengelola pesantren, tapi di tahun 2015 itulah terjadi semacam kudeta dilakukan pengajar Ponpes. Keluarga kami dihapus dari pengurusan maupun mengelola Ponpes, kami keberatan karena lahan itu milik kakek saya. Pengelola berstatemen kalau lahannya sudah diwakafkan tapi tidak ada bukti atas itu," sebutnya.
Dia menjelaskan, kakeknya bernama Muhammad Hatta yang membangun Ponpes Darul Istiqamah di Kecamatan Cilallang, Kabupaten Luwu pada tahun 1989 dan menjadi pemimpin dan pengelola Ponpes tersebut. Di tahun 1998, Muhammad Hatta wafat sehingga kursi pimpinan Ponpes diserahkan ke keponakan Muhammad Hatta yakni, Andi Nurdin dan Sukirman Hatta hingga 2011.
"Nah setelah itu, pimpinan Ponpes diserahkan lagi bapak saya Isman Jafar. Baru 2015 ada kudeta yang dilakukan pengajar di sana. Keluarga keberatan, karena Ponpes didirikan kakek, lahan itu milik kakek juga jadi kami pagar keliling itu Ponpes," ucapnya.
Kiki mengaku, awalnya pihaknya tidak ingin mempersoalkan masalah sengketa itu berlarut. Sayangnya, kata dia, pengelola ponpes saat ini sudah kelewat batas karena berambisi menguasai lahan seluas 2.700 meter persegi milik keluarganya itu.
"Kami ingin baik-baik tapi mereka ini semena-mena ke kami. Luas lahan di sana 2.700 meter persegi semua sertifikat tanah kami ada, bahkan pajak selalu kami bayar. Mereka tidak bisa menunjukkan bukti wakaf, hibah atau apapun itu," pungkasnya.