Delapan oknum anggota TNI AD diduga mengeroyok 3 orang pemuda di Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara. Penganiayaan itu belakangan memicu bentrokan antara oknum TNI dengan warga.
Kericuhan itu terjadi di Desa Gemaf, Kecamatan Weda Utara, Halmahera Tengah pada Sabtu (9/9) sekitar pukul 01.25 WIT. Bentrokan bermula saat 2 oknum anggota TNI yang diduga telah mengonsumsi minuman keras (miras) terlibat cekcok dengan warga.
"Jadi dorang (mereka) itu so baminum (meneguk miras) kong (lalu) baku adu mulut dengan warga," ujar warga bernama Marswanti (25) kepada detikcom, Selasa (12/9/2023).
Marswanti mengatakan dua oknum TNI dan warga itu terlibat cekcok karena ada kesalahpahaman. Namun kedua prajurit itu kembali datang dan mencari pria bernama Wanis.
"Tentara yang minum (miras) ini datang ke warga cari nama Wanis itu yang mana. Kan korban (pengeroyokan) ada 3 itu, Wanis, Alvion, sama Rion itu," ucapnya.
Salah satu oknum TNI saat itu kemudian pergi memanggil rekannya yang bertugas pengamanan di PT IWIP. Saat kembali datang ke desa itu, total ada delapan oknum TNI berboncengan motor.
"Jadi dorang (mereka) 8 orang. Dorang (mereka) turun dengan senjata pakai helm, pakaian (loreng) lengkap. Jadi dorang turun cari nama Wanis langsung pukul warga sembarangan," sebut Marswanti.
Menurut Marswanti, kedelapan oknum TNI yang datang tidak dalam keadaan mabuk. Beda halnya dengan salah satu oknum anggota TNI yang sempat cekcok dengan warga.
"Yang mabuk itu tentara yang awalnya baku adu mulut itu. Kalau tentara yang datang dengan pakaian seragam itu mungkin tara (tidak) mabuk, karena dorang (mereka) sementara piket (PAM di PT IWIP) toh," katanya.
Belakangan, massa dari kalangan warga datang ke lokasi usai mendengar adanya pemuda desa yang dipukul. Korban pertama bernama Rion sempat melindungi Wanis yang dianiaya secara brutal. Namun saat ikut membantu, Rion pun ikut dipukul.
"Jadi pertama yang korban Rion itu dia pele (melindungi) Wanis, karena dorang (mereka) so pukul. Terus dia (Wanis) tabanting (jatuh), terus Rion mau ke sana bantu, dorang (mereka) pukul dia lagi," tutur Marswanti.
Menurutnya, Rion saat itu dipukul menggunakan senjata. Penganiayaan itu membuat tulangan tangan Rion patah.
"Saya sempat lihat dia (Rion) punya kaki sebelah sudah di dalam got (selokan) baru dorang pukul dengan senjata, dia punya tangan patah," tambahnya.
Marswanti lalu menghubungi mantan anggota Babinsa Desa Gemaf bernama Ruly yang saat itu sedang pengamanan di PT IWIP. Marswanti melaporkan situasi yang terjadi di desa dan Ruly pun bergegas ke lokasi.
Simak selengkapnya di halaman berikutnya.
(sar/ata)