2.000 Hektare Sawah di Sidrap Terancam Gagal Panen karena Kekeringan

2.000 Hektare Sawah di Sidrap Terancam Gagal Panen karena Kekeringan

Muhclis Abduh - detikSulsel
Selasa, 05 Sep 2023 17:30 WIB
Ilustrasi kekeringan
Foto: Ilustrasi kekeringan. (Getty Images/China Photos)
Sidrap -

Sebanyak 2.000 hektare sawah di Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan (Sulsel) terancam gagal panen karena terdampak kekeringan. Petani butuh solusi dari pemerintah untuk dibuatkan bendung penampungan air.

"Kurang lebih 2.000 hektare terdampak kekeringan sekarang di Kecamatan Panca Lautan," ungkap petani, Samsumarlin kepada detikSulsel, Selasa (5/9/2023).

Samsumarlin menuturkan salah satu wilayah terdampak berada di Kecamatan Panca Lautang. Samsumarlin mengaku ada padi yang sudah keluar bulirnya namun tidak berisi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah keluar buah padi tetapi tidak ada isinya karena kan butuh air itu tetapi kering kondisinya. Ini sudah maumi gagal panen," keluhnya.

Selama ini menurut dia, petani hanya mengandalkan air dari sungai dan air bor. Namun kebutuhan air kerap tidak cukup untuk memenuhi ribuan hektare sawah yang berada di sekitar sungai.

ADVERTISEMENT

"Sawah tadah hujan memang. Jadi hanya andalkan air Sungai Bilokka dan juga bor di situ tapi itu nda cukup," ungkap Samsumarlin.

Samsumarlin mengaku situasi itu sudah terjadi sejak 20 tahun terakhir. Warga sudah lama meminta agar dibuatkan bendungan dengan pertimbangan potensi air sungai di sekitar.

"Sebenarnya kami 20 tahun meminta dibuatkan Bendungan Torere namun hanya sebatas usulan saja tidak pernah terealiasi," jelasnya.

Dia menambahkan jika usulan Bendungan Torere yang sulit diwujudkan, maka petani mengalihkan usulan mereka agar yang dibuatkan secepatnya berupa bendung. Sebab jika bendung bisa lebih cepat dan anggaran yang dibutuhkan juga tak sebesar bendungan.

"Dulu kami usulkan bendungan, tetapi kalau sekarang bendung saja dulu dibuat. Jadi air Sungai Bilokka kan melimpah kalau musim hujan, itu yang dibendung agar tidak meluap ke Danau Sidenreng," imbuhnya.

Terpisah, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHPKP) Sidrap Ibrahim memaparkan sawah yang mengandalkan tadah hujan memang masih banyak. Hampir di semua kecamatan ada sawah tadah hujan.

"Rata-rata di semua kecamatan ada sawah tadah hujan," tegasnya.

Dia berdalih untuk penanganan bendung seperti yang diminta petani, merupakan kewenangan dinas lain. Menurutnya ada dinas tersendiri yang menangani hal tersebut.

"Kewenangannya itu di pengairan, sementara kami ini pengguna kalau soal itu. Tetapi perlu dilihat juga dampak jika memang mau dibuatkan karena jangan sampai berdampak ke permukiman juga," jelasnya.

Di sisi lain, pihaknya mengklaim sudah membuat alternatif sementara untuk menangani dampak kekeringan. Khusus di Kecamatan Panca Lautan, akan mengambil air dari danau di sekitar lokasi dan air tersebut dipompa masuk ke sawah petani.

"Kita sedang usahakan ada sistem perpipaan air danau diisap dengan mesin kapasitas besar dan disalurkan ke sawah petani melalui pompa. Sudah ada tim yang bekerja untuk itu," jelasnya.




(sar/asm)

Hide Ads