Anggota Komisi III Minta Propam Turun Tangan Usut Oknum Brimob Perkosa ABG

Sulawesi Tengah

Anggota Komisi III Minta Propam Turun Tangan Usut Oknum Brimob Perkosa ABG

Hermawan Mappiwali - detikSulsel
Selasa, 30 Mei 2023 18:36 WIB
Wakil Ketua Umum Partai NasDem, Ahmad Ali.
Foto: Ahmad Ali (dok: www.nasdem.id)
Parigi Moutong -

Anggota Komisi III DPR-RI Ahmad Ali meminta Propam Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) turun tangan mengusut dugaan keterlibatan oknum perwira anggota Brimob berinisial HST di kasus pemerkosaan gadis berusia 15 tahun bareng 10 pria lainnya di Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah (Sulteng). Ahmad Ali menegaskan seluruh terduga pelaku harus ditindak tegas.

"Siapa pun terlibat dalam kasus ini, ini harus ditindak secara tegas. Makanya tadi saya katakan, ini tidak hanya cukup disupervisi, ini harus melibatkan unsur lain di dalamnya yaitu Paminal atau Propam," kata Ahmad Ali kepada detikcom, Selasa (30/5/2023).

Ahmad Ali mengatakan pelibatan Propam penting agar publik tidak curiga. Dia mengingatkan kesan ada perlindungan terhadap oknum Brimob tersebut bisa muncul apabila proses pengusutan kasus ini terkesan lama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Propam) ini harus dilibatkan karena ini menyangkut anggota supaya tidak terjadi keraguan publik tidak mencurigai ada perlindungan terhadap yang bersangkutan," katanya.

Anggota DPR dari Dapil Sulawesi Tengah ini tak menampik dugaan keterlibatan oknum anggota Brimob tersebut memang baru berdasarkan pengakuan korban sendiri. Tapi dia menegaskan pernyataan korban tersebut dapat atau bahkan cukup mudah ditelusuri oleh pihak kepolisian.

ADVERTISEMENT

"Di sisi lain kan munculnya nama ini baru dari korban itu sendiri, sampai hari ini korbannya belum stabil perlu dilakukan pendampingan sehingga nanti dia bisa memberikan keterangan lebih jelas. Nah keterangan dari korban itu menjadi penting kemudian dari si itu polisi mestinya bisa mengkonstruksi itu ketika kemudian si korban menyampaikan bahwa anggota tersebut ikut serta melakukan persetubuhan dengan bersangkutan kan ini sangat mudah ditelusuri mestinya kan," kata Ahmad Ali.

"Karena Parimo itu sangat kecil, saya kira polisi sangat ahli melakukan penyelidikan hal tersebu tapi sekali lagi ini harus terbuka. Kepolisian ini tidak bisa membiarkan hal ini secara lama karena semakin lama semakin banyak kecurigaan," tambahnya.

Ahmad Ali sebelumnya juga mengatakan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo sudah bekerja keras membangun citra institusi Polri. Dia meminta penanganan kasus ini kembali menjadi pertaruhan bagi institusi Polri.

"Pak Kapolri selalu mengatensi kasus-kasus ini. Saya hanya ingin berpesan kepada kepolisian bahwa kalian sedang mempertaruhkan nama baik kepolisian, kalian harus menjaga kepercayaan publik itu sudah dibangun oleh Mabes Polri, khususnya Kapolri jangan pertaruhkan dengan kasus ini," kata Ahmad Ali.

Awal Mula Kasus Perkosaan ABG di Parimo

Kasus perkosaan ABG di Parimo ini berawal saat korban yang merupakan gadis asal Poso menjadi relawan banjir bersama rekan-rekan komunitasnya di Desa Torue, Kecamatan Torue, Parimo pada April 2022.

"(Korban) pergi dengan kawan-kawan komunitas, temannya di Poso. Dia (korban) membawa bantuan banjir Torue (di Parimo)," ujar pendamping hukum korban dari UPT DP3A Sulteng bernama Salma kepada detikcom, Senin (29/5/2023).

Menurut Salma, banjir di Desa Torue memang parah hingga memakan korban jiwa. Korban bersama teman komunitasnya kemudian mengantar bantuan ke lokasi.

"Banjir Torue (di Parimo) itu parah karena sudah ada korban jiwa dan banjir bandang ya waktu itu kalau tidak salah tahun lalu," bebernya.

Usai menyalurkan bantuan, korban bersama temannya menginap di salah satu penginapan di Parimo. Salma mengatakan di penginapan itulah korban pertama kali diperkosa oleh salah satu pelaku.

"Iya tinggal di penginapan dengan temannya, ada temannya. Pelaku yang datang ke penginapan. Dalam proses menyerahkan bantuan ya di situlah berinteraksi dengan 11 pelaku," jelasnya.

"Yang pertama sekali yang saya dapat keterangan yang di penginapan (pertama kali terjadi pemerkosaan). Jadi korban menginap di salah satu penginapan kemudian didatangi salah satu pelaku. Itu yang pertama," katanya.

Salma juga mengungkap jika sebelum pemerkosaan itu terjadi, korban memilih tidak kembali ke Poso lantaran dijanjikan pekerjaan oleh para pelaku. Korban diimingi bisa bekerja di rumah makan.

"Iya, jadi dia berinteraksi dengan para pelaku ini terutama itu, Pak Arif (satu dari 11 terduga pelaku) itu yang guru. Dia (Arif) menjanjikan kerja. Diiming-imingi kerja, pekerjaan apa saja, di rumah makan. (Aslinya) tidak ada itu pekerjaan," terangnya.

Mulai saat itu, satu per satu dari 11 terduga pelaku mulai memperkosa korban dengan berbagai imbalan. Para pelaku yang saling mengenal juga membarter korban dengan narkoba jenis sabu, termasuk mengancam korban dengan senjata tajam.

"Menurut korban dia dibarter, cuman belum sempat perjelas dibarter dengan narkoba atau apa cuman dia bilang dibarter, ditukar dia. Kemungkinan yang kami pahami dibarter kemungkinan dibarter dengan narkoba karena di antara pelaku ini ada yang saling kenal kan," kata Salma.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya....

Korban Diancam Parang-Dicekoki Narkoba

Salma mengatakan pemerkosaan terjadi dalam kurun waktu April 2022 hingga Januari 2023. Salma mengungkap pemerkosaan yang dialami korban kerap didahului dengan bentuk kekerasan lainnya seperti diancam parang hingga dicekoki narkoba.

"Informasi yang saya dapat dari orang tuanya (korban) bahwa setiap dia (korban) akan diperkosa dari beberapa pelaku ada yang melakukan pengancaman dengan parang, ada yang kemudian mencekoki dia narkoba (jenis sabu) dan ada yang kemudian mengancam dia dengan senjata," ujar Salma kepada detikcom, Sabtu (27/5).

Namun Salma mengaku pihaknya belum memastikan apakah pengancaman memakai senjata itu dilakukan oleh oknum Brimob atau tidak. Pihaknya masih mendalami informasi dari keluarga korban.

"Saya tidak tahu apakah senjata yang dimaksud dilakukan oleh oknum Brimob atau tidak," jelasnya.

10 Orang Jadi Tersangka

10 dari 11 terduga pelaku perkosaan sudah ditetapkan tersangka. Satu-satunya yang belum jadi tersangka ialah oknum Brimob HST.

"Kalau oknum Brimob dalam kasus tersebut kita masih melakukan pendalaman dan pengembangan, dikarenakan keterangan tersebut masih berdasarkan dari keterangan korban saja," ujar Kapolres Parimo AKBP Yudy Arto Wiyono kepada detikcom, Jumat (26/5/2023).

Yudy mengatakan pihaknya masih akan mencari keterangan tambahan yang dapat menguatkan pengakuan korban bahwa salah satu terduga pelaku pemerkosaan adalah oknum Brimob tersebut.

"Kita masih mencari keterangan dari saksi lainnya atau bukti lainnya untuk memperkuat dan mendukung daripada keterangan korban tersebut," katanya.

Diketahui, 10 dari 11 orang terduga pelaku sudah ditetapkan sebagai tersangka ialah NT, ARH, AR, AK, FA, DU, AK, AS, AW termasuk seorang kepala desa inisial HR. Lima tersangka sudah ditahan, 5lainnyaburon.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Momen Pencarian Korban Tanah Longsor di Parimo Sulteng"
[Gambas:Video 20detik]
(hmw/ata)

Hide Ads