Kesaksian Pekerja BTS saat Disandera-Ditelanjangi KKB Papua di Okibab

Papua Pegunungan

Kesaksian Pekerja BTS saat Disandera-Ditelanjangi KKB Papua di Okibab

Jonh Roy Purba - detikSulsel
Senin, 15 Mei 2023 19:40 WIB
Benjamin Sembiring, salah satu pekerja proyek pembangunan tower BTS dari PT IBS yang sempat disandera KKB di Distrik Okibab, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan.
Foto: Benjamin Sembiring, salah satu pekerja proyek pembangunan tower BTS dari PT IBS yang sempat disandera KKB. (Jonh Roy Purba/detik.com)
Pegunungan Bintang - Benjamin Sembiring, salah satu pekerja proyek pembangunan tower BTS dari PT Infrastruktur Bisnis Sejahtera (IBS) yang sempat disandera kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Distrik Okibab, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan. Benjamin mengaku ketika disandera sempat ditelanjangi dan mendapat luka bacok di bahu sebelah kiri.

Benyamin mengatakan tujuannnya datang ke Okibab untuk mengerjakan pembangunan Tower BTS yang tertunda. Kehadirannya pun ditemani Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Pegunungan Bintang, Alferus Sanuari.

"Jadi kami ke sana bersama Kadis Kominfo, Staf Kepala Distrik dan pekerja BTS dengan jumlah 6 orang. Dan kunjungan saya ke sana ini bukan yang pertama kali, sudah beberapa kali saya ke sana. Sedangkan pekerjaan harus dilakukan, mengingat meterial sudah ada di lokasi," ujar Benjamin kepada detikcom di RS Marthen Indey, Kota Jayapura, Senin (15/5/2023).

Benjamin menuturkan rombongan ke Okibab menempuh penerbangan 20 menit dari Oksibil. Pada saat tiba di sana, mereka disambut banyak masyarakat. Sementara pesawat yang membawa mereka kembali terbang untuk melanjutkan perjalanan ke daerah lain.

"Begitu pesawat take off, ada 2 orang dengan membawa senjata tajam menghampiri kita. Lalu mereka meminta semua dompet dan telepon dan barang bawaan, dengan alasan kita simpan dulu karena kita perlu bicara," terangnya.

Singkat cerita, setelah para pekerja digeledah, masyarakat yang tadinya banyak langsung pergi. Benjamin dkk kemudian diajak berjalan sekitar 50 meter ke arah sebuah rumah.

Setelah sampai di depan sebuah rumah, Benjamin menuturkan, mereka diminta baris berjejer dengan difoto serta divideo oleh 5 orang. Dalam pengambilan foto dan video tersebut mereka membentangkan Bendera Bintang Kejora serta mengeluarkan statemen bahwa mereka Kelompok Kriminal Bintang Kejora dari Bintang Timur.

"Saya sendiri sudah tidak fokus apa saja yang mereka katakan, karena banyak hal yang mereka katakan termasuk menolak adanya pembangunan. Setelah itu kita disuruh buka baju dan ditelanjangi serta mereka minta lagi agar telepon seluler dibuka dengan tidak menggunakan metode security pin. Lalu tidak tau kejadiannya seperti apa, mereka langsung membacok kami 3 orang. Karena jujur saja dari 6 orang rombongan kami 3 orang pendatang dan 3 orang asli Papua," tuturnya.

Benjamin saat terkena bacok, berupaya tenang untuk menghadapi mereka. Namun ia sendiri tidak mengetahui kondisi 2 rekannya.

"Nah setelah diperiksa dokter saya mengalami 12 jahitan bagian luar, kalau di bagian dalam saya tidak tau," paparnya.

Tak sampai di situ, menurut Benjamin, saat disekap, salah satu anggota KKB meminta uang senilai Rp 500 juta.

"Mereka minta pesawat menjemput saya. Lalu saya meminta tolong untuk diberikan telepon agar saya menghubungi pihak maskapai. Saat menelepon pihak maskapai. Saat itu saya mencoba untuk tenang, agar pihak maskapai tidak curiga kami tengah mendapat musibah. Jangan sampai pihak maskapai tau bahwa kami sedang disandera, sehingga tidak mau menjemput kami. Saya katakan saat itu silahkan menjemput kami, karena pekerjaan sudah selesai," jelasnya.

"Setelah pesawat mau menjemput kami, saya bisik-bisik kepada kepala dinas, kalau mereka meminta uang, jujur saja saya katakan kalau uang 500 juta yang diminta bisa dicari. Yang penting kita bisa selamat," tambahnya.

Benjamin sendiri tidak tau alasan KKB akhirnya melepaskannya bersama kepala dinas. Bahkan saat ditunjuk untuk dilepas timnya meminta untuk ikut.

"Tim saya sempat katakan, pak jangan bapak lah yang pergi. Lalu saya katakan kita tidak dalam posisi memilih dan saya sendiri tidak akan meninggalkan kalian. Lalu setelah pesawat tiba, dari belakang mereka mengantarkan kami ke pesawat dan kami terbang menuju oksibil," pungkasnya.

Sesampainya di Oksibil ibukota Kabupaten Pegunungan Bintang, Benjamin langsung dibawa ke rumah sakit Oksibil dan Kadis Kominfo segera melaporkan kepada Forkompinda tentang apa yang mereka alami.

"Tuntutan mereka memang meminta uang Rp 500 juta. Anehnya saat kejadian itu lokasi itu sunyi senyap, yang tadinya ramai hilang entah kemana. Atas kejadian ini tentu saya trauma, namun tidak akan menyurutkan semangat saya untuk melanjutkan pembangunan di Papua, khususnya pembangunan jaringan komunikasi yang telah diprogramkan Presiden," lugasnya.

"Kalau saya bukan mau jadi pahlawan. Tapi saya ingin terus semangat untuk membangun. Walau memang kami dihadapkan dengan situasi sulit, seperti kejadian sebelumnya di Puncak berapa teman-teman kami yang gugur akibat teror KKB," paparnya.

Benjamin bersyukur telah mendapat kabar tentang 4 rekannya yang kini telah berada di Oksibil dan berhasil diselamatkan. Benjamin meyakini apa yang mereka hadapi bisa terlewati atas pertolongan Tuhan.

"Saya percaya kami bisa selamat atas doa istri serta keluarga. Terakhir saya percaya kalau kita memiliki niat membangun yang kuat, pasti Tuhan akan selalu menjaga dan melindungi kita," tutupnya.

Untuk diketahui, KKB menyerang 6 orang rombongan pekerja proyek BTS dari PT IBS di Distrik Okibab, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan pada Jumat (12/5). KKB kemudian menyandera 4 orang di antaranya.


(ata/hsr)

Hide Ads