Kejanggalan Hasil Autopsi Mahasiswa Unhas Tewas saat Diksar Menurut Keluarga

Kota Makassar

Kejanggalan Hasil Autopsi Mahasiswa Unhas Tewas saat Diksar Menurut Keluarga

Agus Umar Dani - detikSulsel
Senin, 03 Apr 2023 07:09 WIB
Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang meninggal saat ikut diksar Mapala.
Foto: Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Unhas yang meninggal saat ikut diksar Mapala. (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Jasad Virendy Marjefy (19), mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) yang tewas saat Diksar Mapala telah diautopsi. Namun pihak keluarga menganggap ada kejanggalan atas hasil pemeriksaan tersebut.

"Hasil autopsinya itu rancu dan tidak jelas, karena dia bilang (meninggalnya) akibat gagal sirkulasi peredaran darah ke jantung karena ada penyumbatan lemak," ungkap ayah Virendy, James Wehantouw kepada detikSulsel, Minggu (2/4/2023).

James mengaku serangan jantung koroner akibat penyumbatan lemak dianggap tidak terjadi kepada anak seusia Virendy. Hal ini setelah dirinya mengkonfirmasi hasil autopsi itu kepada dokter ahli.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya sudah tanya dokter ahli penyakit dalam. Kalau penyumbatan lemak artinya serangan jantung koroner, itu tidak mungkin dialami oleh anak muda, itu dokter ahli yang bicara," sebutnya.

Dia juga menyoroti keterangan Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa yang menganggap hasil visum tidak menunjukkan adanya unsur perlakuan berlebih terhadap Virendy.

ADVERTISEMENT

"Makanya saya mau bantah itu keterangan rektor Unhas. Apakah rektor sudah melihat hasil visum?" ucap James.

Menurut James, berdasarkan hasil visum Virendy mengalami luka lebam di sejumlah tubuhnya. Luka itu diduga akibat benda tumpul.

"Saya sudah lihat hasil visum, di situ keterangannya ada luka-luka, lebam-lebam akibat pukulan benda tumpul," bebernya.

Sementara Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menganggap hasil visum Virendy tidak menunjukkan adanya perlakuan berlebih. Jamaluddin mengaku tidak mempermasalahkan hasil visum itu.

"Setelah divisum apa segala tidak ada masalah, tidak ada sama sekali indikasi yang berlebih," imbuh Jamaluddin, Jumat (31/3).

Jamaluddin menilai, kasus kemarian Virendy merupakan musibah yang tidak disangka. Dia berdalih Virendy bisa saja terkena penyakit yang belum disadari.

"Namanya musibah yang kita tidak tahu anak ini mungkin saja kasihan, mungkin ada penyakit bawaan sehingga dia tidak sadari," ucapnya.

Jamaluddin mengatakan, pihak Unhas sudah menutup kasus kematian Virendy. Selebihnya dia menyerahkan penanganan kasus ini kepada aparat kepolisian.

"Polisi kan sudah mengambil alih, silakan ke polisi. Kalau Unhas harus dituntut silakan dituntut. Kalau misalnya mahasiswa lainnya harus dipenjara, silakan," papar Jamaluddin.

Menurutnya, keikutsertaan Virendy dalam organisasi tersebut merupakan keinginannya. Jamaluddin mengatakan, kegiatan tersebut sudah mendapatkan izin dari orang tua yang disertai bukti tanda tangan.

"Dan itu bukanlah hal merupakan programnya Unhas. Itu program untuk yang namanya pilihan. Siapapun mahasiswa boleh ikut ini UKM (Mapala Teknik Unhas). Tidak ada paksaan sama sekali," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Polisi Ungkap Dugaan Unsur Kelalaian

Sebelumnya, polisi memastikan ada unsur pidana di balik kematian Virendy. Pidana yang dimaksud adanya unsur kelalaian panitia saat diksar berlangsung.

"Kalau kami gambarkan, ada kelalaian dari ini (pihak panitia) sehingga menyebabkan kematian, meninggal dunianya si korban," ujar Kanit Pidum Satreskrim Polres Maros Ipda Wawan Hartawan kepada detikSulsel, Jumat (10/3).

Wawan juga mengatakan hasil autopsi korban mengungkap korban meninggal usai mengalami pendarahan pada jantungnya. Selain itu ada penyumbatan aliran darah ke jantung korban.

"Kalau hasil autopsinya itu meninggal dunianya karena adanya pendarahan di jantung itu," tambahnya.

Wawan juga mengungkap korban menderita sejumlah luka. Namun polisi belum menjelaskan lebih jauh apakah luka-luka itu diakibatkan kekerasan saat Diksar Mapala atau karena faktor lainnya.

"Yang kedua terdapat beberapa luka-luka. Ada lecet-lecet mungkin di ini, di bagian-bagian kakinya kemudian ada di pahanya, di punggung belakang juga ada, di kepala ada," kata Wawan.

Mapala Teknik Unhas Bantah Ada Kekerasan

Sementara Ketua Mapala Fakultas Teknik Unhas Ibrahim membantah dugaan kekerasan di kasus Virendy Marjefy. Dia menegaskan diksar merupakan bentuk pendidikan sehingga tidak ada kekerasan.

"Yang pertama ini kegiatan pendidikan dasar ini kita bukan kali pertama kita lakukan ini sudah 27 kali sampai yang kemarin dan dari kami sangat terpukul dengan kondisi kemarin kondisinya itu bukan kita yang minta tidak diinginkan oleh siapapun," ujar Ibrahim kepada wartawan, Minggu (15/1).

Ibrahim menjamin tidak terjadi kontak fisik saat proses diksar itu berlangsung di Maros, sejak hari Senin hingga hari Jumat. Mereka hanya melakukan pembinaan sebelum diksar itu berlangsung dengan membekali persiapan materi maupun latihan.

"Kalau dari pihak panitia tidak ada sama sekali kekerasan kontak fisik yang ada kita hanya melatih fisiknya untuk bagaimana dia caranya bisa disiplin dan lain-lain. Ini sebelum perjalanan kan ada persiapan mulai dari jogging, bina materi, latihan simulasi renang dan lain-lain," jelas Ibrahim.

Halaman 2 dari 2
(sar/ata)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads