Kasus dugaan pengeroyokan siswi SMK Nasional Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) berakhir damai. Dua siswi yang awalnya terlibat duel sepakat menandatangani surat pernyataan damai di hadapan polisi.
"Kedua belah pihak tidak ada yang keberatan dan pihak kedua orang tua masing-masing sepakat untuk berdamai dan kami buatkan surat pernyataan damai agar kedua belah pihak tidak keberatan lagi," kata Kanit Reskrim Polsek Mariso, Iptu Amiruddin kepada wartawan, Jumat (10/3/2023) malam.
Amiruddin menambahkan, kedua orang tua siswi yang terlibat perkelahian juga sudah dipertemukan. Pihaknya berharap, orang tua turut meningkatkan pengawasan terhadap anaknya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Untuk orang tuanya sudah menyadari bahwa si anak ini dan akan lebih menguasai lagi untuk kedua belah pihak masing-masing sudah sepakat untuk berdamai," paparnya.
Sementara Wakil Kepala SMK Nasional Makassar Suhartini mengaku kasus ini juga sudah ditangani pihak sekolah. Keduanya sudah diberi penindakan hingga memanggil kedua orang tua siswi tersebut.
"Ini dulu yang dua ya (siswi berkelahi), yang dua ini yang kelas XI dan kelas XII kita sudah berikan tindakan. Kita panggil orang tuanya kita cari apa kemauan mereka dan apa solusi bersama," ucap Suhartini.
Menurutnya, pihak sekolah juga memberikan sanksi pembinaan kepada siswi yang merekam adegan perkelahian yang terjadi di dalam kelas itu. Rekaman video itu belakangan tersebar hingga viral di media sosial.
"Yang dilakukan untuk merekam kami lakukan tindakan pembinaan, kemudian ada memanggil orang tua dan ada tindakan skorsing juga yang kami lakukan," tuturnya.
Untuk diketahui, duel antar siswi SMK Nasional Makassar itu terjadi pada 8 Februari 2023 sekitar pukul 16.45 Wita. Suhartini juga menegaskan jika kasus ini bukan pengeroyokan sebagaimana dalam narasi video yang beredar.
"Yang video sebenarnya itu ada suara-suara yang bilang, 'sudah mi, lepas ki tawwa, lepas ki tawwa' dan ada beberapa orang yang terindikasi untuk melerai," ujar Suhartini.
Perkelahian ini dipicu lantaran salah satu siswi tidak terima ditatap sinis oleh adik kelasnya sendiri. Dia beralasan insiden ini terjadi karena spontanitas lantaran adanya ketersinggungan.
"Spontanitas kenapa dikatakan spontanitas karena kejadian ini awalnya waktu mereka sama-sama pergi makan bakso, ini adik kelasnya yang terindikasi sebagai korban itu dia lihat-lihati kakak kelasnya itu," pungkasnya.
(sar/asm)