Aksi KKB Egianus Kogoya mengintimidasi 15 pekerja, membakar pesawat Susi Air hingga menyandera pilot kewarganegaraan Selandia Baru, Philip Mark Mehrtens di Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan membuat warga setempat turut merasa terancam. Mereka pun ramai-ramai meninggalkan Distrik Paro ke Kenyam, ibu kota Kabupaten Nduga.
Dirangkum detikcom, Sabtu (18/2/2023), ini 3 penyebab warga Distrik Paro ramai-ramai eksodus ke Kenyam:
1. KKB Egianus Kogoya Marah Usai Warga Selamatkan 15 Pekerja
Pangdam XVII/Cenderawasih Mayjen Muhammad Saleh Mustafa mengatakan KKB Egianus Kogoya marah besar karena warga menyelamatkan 15 pekerja puskesmas di Distrik Paro. Saleh menilai Egianus Kogoya sebenarnya ingin menyandera 15 pekerja tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi menurut saya sebenarnya Egianus Kogoya itu sebenarnya mau menyandera 15 pekerja itu. Namun tidak kesampaian," ungkap Mayjen Saleh kepada detikcom di Timika, Senin (13/2/2023).
Menurut Saleh, karena kesal itulah KKB Egianus Kogoya kemudian membakar pesawat milik maskapai Susi Air dan menahan pilotnya, Philip Mark Mehrtens. Saleh pun menganggap tindakan Egianus Kogoya salah sasaran.
"Jadi yang 15 pekerja yang benar 1 hari sebelum Selasa (7/2) pembakaran pesawat itu sudah diselamatkan oleh masyarakat. Itulah yang membuat Egianus marah. Makanya ketika dia temukan ada pesawat mendarat dan ada pilotnya, jadi pilotnya dia sandera dan bakar pesawatnya," lanjutnya.
2. KKB Sebar Hoax TNI-Polri Akan Melakukan Pengeboman
Mayjen Saleh mengatkaan KKB juga menyebar hoax yang menarasikan TNI-Polri bakal mengebom wilayah Distrik Paro, Nduga, Papua Pegunungan. Informasi bohong itu disebarkan untuk menghasut warga meninggalkan wilayah Paro.
"Banyak beredar bahwa kelompok Egianus mengampaikan kepada masyarakat nanti akan datang TNI dan akan mengebom. Padahal sampai sekarang kita belum datang, gimana kita mau mengebom," ungkap Saleh Mustafa saat konferensi pers di Polres Mimika, Jumat (10/2).
Saleh melanjutkan, informasi bohong yang disebarkan KKB itu membuat sejumlah warga percaya. Bahkan tidak sedikit di antaranya ketakutan sehingga memutuskan meninggalkan Distrik Paro.
"Mungkin masyarakat percaya dengan apa yang disampaikan Egianus sehingga mereka takut dan mereka keluar dari kampungnya. Jadi penyebabnya karena berita bohongnya Egianus Kogoya menghasut masyarakat agar mereka keluar," paparnya.
Menurutnya, warga Distrik Paro ada yang memutuskan mengungsi lantaran hoax KKB yang menuding TNI-Polri. Dia menegaskan informasi soal aparat menjatuhkan bom di Distrik Paro tidak benar.
"Tentang kenapa mereka pergi dan itu sudah beredar dalam statement yang disampaikan TNPB bahwa adanya bom yang akan diluncurkan atau dijatuhkan di Paro," papar Saleh.
"Itu tidak benar dan itu provokator yang menyudutkan pemerintah seolah-olah pemerintah sudah mengambil tindakan yang militerisme," lanjutnya.
Simak di halaman berikutnya...
3. Warga Distrik Paro Trauma
Sementara itu, Kapolres Nduga AKBP Rio Alexander Panelewan mengatakan sebagian besar warga Distrik Paro merupakan pendatang dari sejumlah Distrik sekitar yang pernah diserang KKB Egianus Kogoya. Mereka disebut trauma sehingga langsung keluar dari Distrik Paro ke Kenyam begitu ada ulah KKB membakar pesawat hingga menyandera pilot.
"Masyarakat di Distrik Paro yang tinggal banyak dari daerah lain, yang selama ini di teror KKB. Jadi mereka tanpa diintimidasi KKB sudah takut dan trauma," ujar AKBP Rio Alexander Panelewan kepada detikcom, Jumat (17/2).
Rio menceritakan masyarakat di Paro merupakan pendatang dari Distrik Mapenduma, Mugi, dan Mbua. Dimana mereka ke Paro untuk mencari hidup tenang dari gangguan atau teror KKB di daerah asal mereka.
"Ya artinya mereka ini tanpa diintimidasi saja kalau sudah lihat Egianus Dkk (KKB) sudah trauma. Sehingga mereka lebih memilih mengungsi. Contohnya mereka dari Distrik Mapenduma mengungsi ke Paro. Lalu Paro didatangi KKB mereka mengungsi lagi Kenyam. Itu karena memang mereka takut," jelasnya.
"Bentuk teror secara langsung ke masyarakat setempat sebenarnya tidak ada dari KKB. Tapi trauma mereka dari asal mereka sebelumnya seperti di Mapenduma yang membuat mereka mengungsi," tegasnya.
Rio menjelaskan pengungsian itu mulai dilakukan oleh masyarakat, pasca masyarakat memilih menolong dan menyelamatkan 15 pekerja bangunan Puskesmas Paro yang di intimidasi dan diteror KKB. Di satu sisih masyarakat berpikir Paro bakal menjadi tempat pertempuran antara KKB dengan TNI-Polri.
"Mereka takut Paro akan menjadi tempat pertempuran antara KKB dan TNI Polri. Sementara mereka sebagai masyarakat disana tidak mau melihatkan diri kepada situasi seperti ini dan memilih untuk mengungsi," katanya.
Rio menerangkan pemerintah daerah juga belum memiliki jumlah pasti masyarakat yang tinggal di Paro. Hal itu disebabkan banyak warga yang tinggal di sana adalah orang yang mengungsi dari daerah lain.
"Jadi jumlah yang terdata di Pemda itu ada 144 orang yang kini berada di Kenyam. Tapi itu juga kan mereka banyak yang tidak terdata. Karena ada juga yang langsung mencari sanak saudaranya dan tinggal disana sehingga tidak terdata," tuturnya.
Ia memastikan sudah tidak ada lagi warga yang berjalan kaki menuju Kenyam. Akan tetapi kepolisian akan terus melakukan patroli dan pemantauan hingga ke dalam hutan.
"Kalau dari Bupati, Pendeta dari Paro yang ikut mengungsi menyampaikan sudah tidak ada lagi yang mengungsi. Namun dari Ketua DPRD Nduga sampaikan masih ada sebagian yang belum sampai ke Kenyam. Namun dari pantauan kami sudah tidak ada warga yang masih dalam perjalanan ke Kenyam dalam rangka mengungsi," pungkasnya.