Babak Baru Kematian Mahasiswa Unhas yang Tewas saat Diksar Mapala Teknik

Babak Baru Kematian Mahasiswa Unhas yang Tewas saat Diksar Mapala Teknik

Agil Asrifalgi - detikSulsel
Jumat, 27 Jan 2023 08:20 WIB
Virendy Marjefy (19), Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala di Maros, Sulsel
Virendy Marjefy (19), Mahasiswa Teknik Unhas Meninggal Saat Diksar Mapala di Maros, Sulsel. Foto: (Reinhard Soplantila/detikSulsel)
Makassar -

Kasus Mahasiswa Universitas Hasanuddin (Unhas) bernama Virendy Marjefy (19) yang tewas saat mengikuti diksar Mapala Fakultas Teknik memasuki babak baru. Keluarga korban meminta jasad anaknya untuk diautopsi.

Sebelumnya pihak keluarga menolak jasad Virendy diautopsi lantaran ingin segera dimakamkan. Namun belakangan keluarga meminta pihak kepolisian melakukan autopsi dengan membongkar makam Virendy.

"Otopsi di makam, karena kan sudah dimakamkan (Virendy), dibongkar lagi," kata ayah korban, James Wehantouw kepada detikSulsel, Kamis (26/1/2023).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

James mengatakan autopsi penting agar ada titik terang atas kasus yang menimpa anaknya. Dia berharap insiden serupa tidak terulang lagi kemudian hari.

"Kita ini negara hukum toh, supaya semua juga transparan tidak ada ditutup-tutupi lagi. Inikan juga kepentingan orang banyak, supaya kejadian ini tidak terulang kembali," terangnya.

ADVERTISEMENT

Polisi Bongkar Makam Virendy

Makam mahasiswa Unhas, Virendy Marjefy dibongkar polisi usai pihak keluarga meminta dilakukan autopsi. Makam Virendy dibongkar kemarin pagi dan telah disemayamkan kembali.

"Iya gali kubur untuk autopsi. Pembongkaran hari ini (kemarin). Baru saja selesai, proses disemayamkan kembali," ujar Kasat Reskrim Polres Maros Iptu Slamet kepada detikSulsel, Kamis (26/1).

Slamet menjelaskan, pihak keluarga memutuskan untuk melakukan autopsi karena curiga kematian korban tidak wajar.

"Pihak keluarga menduga (kematian) tidak wajar, makanya minta diautopsi," kata Slamet.

Kronologi Virendy Tewas saat Mengikuti Diksar Mapala Unhas

Ketua Mapala 09 Fakultas Teknik Unhas, Ibrahim menyebut korban sempat mengeluh kelelahan. Hal tersebut disampaikan korban ke panitia saat sedang perjalanan pada malam hari.

"Ya untuk kronologinya itu pada tanggal 13 kemarin malam sekitar pukul 20.40 almarhum itu dia mengeluh kecapean terus dia sementara terus berjalan dia duduk terus dia bilang kak capek saya capek," ujar Ibrahim kepada wartawan, Sabtu malam (14/1).

Simak selengkapnya di halaman berikutnya...

Mendengar keluhan korban, panitia kemudian memberikan waktu istirahat kepada korban dan sejumlah makanan. Setelah itu, korban kembali melanjutkan perjalanan namun sangat lambat.

"Makanya dari panitia kan sudah diwanti-wanti jangan sampai ada kenapa-kenapa jadi panitia langsung ke depan dikasih air minum dikasih snack-snack, setelah itu ditanya Viren oke mi? Setelah itu lanjut lagi tetapi jalannya makin lambat, makin lambat itu tiba di sekitar jam 10 malam almarhum ini sudah halusinasi kalau ditanya A dia jawab B, begitu terus kayak sembarang dia bilang," jelas Ibrahim.

Menurut Ibrahim, saat itu kondisi tubuh korban tidak demam. Korban disebutnya hanya mengeluh kelelahan.

"Kalau pada saat itu tidak demam. Memang dia mengeluh kecapean," sebutnya.

Panitia pun memutuskan untuk mengevakuasi korban dan mencari pertolongan medis setelah korban dua kali tumbang. Namun kondisi dan jarak lokasi Diksar yang jauh dari jalan umum membuat korban meninggal di perjalanan saat dievakuasi.

"Sebelumnya itu di pukul 22.00 Wita korban itu oleng terus halusinasi terus tumbang. Dia sempat tumbang terus kami dari panitia untuk kasih kembali kesadarannya dia masih sempat duduk pada saat itu.

"Setelah dia pingsan, masih sempat duduk untuk cerita lagi masih ada kesadaran untuk berkomunikasi. Korban meninggal saat dievakuasi ke bawah," imbuh Ibrahim.

Virendy diketahui meninggal dunia pada Jumat (13/1) malam. Namun jasad korban baru dapat dievakuasi ke Kota Makassar dan sempat dibawa ke RS Grestelina pada Sabtu (14/1).


Hide Ads