Ahli Etika Filsafat Moral Ungkap 3 Poin Ringankan Bharada E di Kasus Yosua

Berita Nasional

Ahli Etika Filsafat Moral Ungkap 3 Poin Ringankan Bharada E di Kasus Yosua

Tim detikNews - detikSulsel
Senin, 26 Des 2022 14:35 WIB
Sidang lanjutan kasus pembunuhan berencana Brigadir J dengan terdakwa Bharada E, Kuat Maruf dan Bripka Ricky digelar di PN Jaksel hari ini. Begini momennya.
Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Romo Franz Magnis Suseno SJ dihadirkan dalam sidang Bharada Richard Eliezer Pudihang Lumiu alias Bharada E sebagai saksi ahli etika filsafat moral. Menurut Romo Magnis ada 3 poin yang dapat meringankan hukuman Eliezer terkait kasus pembunuhan Brigadir Yosua Hutabarat atau Brigadir J.

Dilansir dari detikNews, Senin (26/12/2022), pada mulanya Pengacara Bharada E Ronny Talapessy bertanya pada Romo Magnis mengenai unsur-unsur yang dapat meringankan hukuman Eliezer dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan.

"Terkait dengan peristiwa penembakan terhadap Yosua oleh Eliezer dari sudut kajian filsafat moral apa saja unsur-unsur yang dapat meringankan Eliezer?" tanya Ronny.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Romo Magnis yang merupakan Guru besar filsafat moral Emeritus Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara kemudian menjelaskan poin-poin yang dinilai dapat meringankan Bharada E dalam kasus ini. Poin pertama yaitu Eliezer diperintahkan oleh Ferdy Sambo yang merupakan atasan Eliezer dengan pangkat yang jauh lebih tinggi.

Romo Magnis menilai tindakan itu dilakukan Eliezer semata-mata untuk menjalankan perintah. Tidak mungkin dia tidak melaksanakan perintah atasannya sedangkan pangkatnya paling rendah di polisi.

ADVERTISEMENT

"Menurut saya, yang tentu paling meringankan adalah kedudukan yang memberikan perintah itu, kedudukan tinggi yang jelas memberi perintah yang di dalam sejauh, di dalam kepolisian tentu akan ditaati tidak mungkin katanya Eliezer 24 umurnya, jadi masih muda itu laksanakan itu, budaya laksanakan itu, adalah unsur yang paling kuat," kata Romo Magnis.

Poin kedua, lanjut Romo Magnis, saat itu Eliezer berada dalam situasi yang menegangkan dan membingungkan. Ahli menilai kondisi itu membuat Eliezer tidak memiliki waktu untuk berfikir secara matang karena keterbatasan dalam mengambil keputusan.

"Yang kedua tentu keterbatasan situasi itu yang tegang yang amat sangat membingungkan saya kira semua itu, di mana dia saat itu harus menentukan laksanakan atau tidak, tidak ada waktu untuk melakukan pertimbangan matang, di mana kita umumnya kalau ada keputusan penting coba ambil waktu tidur dulu, dia harus langsung bereaksi. Menurut saya itu tentu dua faktor yang secara etis sangat meringankan," ujarnya.

Selain itu, Romo Magnis menambahkan poin terakhir, dia menganalogikan situasi dalam pertempuran militer ketika pangkat yang lebih tinggi memerintahkan menembak. Menurut Romo Magnis, ketika seorang atasan polisi memberi perintah 'tembak', hal itu tidak serta merta dapat disebut perintah tidak masuk akal.

"Tambahan satu poin, dalam kepolisian seperti di dalam situasi pertempuran militer di dalam kepolisian memang bisa ada situasi di mana atasan memberi perintah tembak itu di dalam segala profesi lain tidak ada itu. Jadi bahwa seorang atasan polisi memberi perintah tembak itu tidak total sama sekali tidak masuk akal, " kata Romo Magnis.

Simak halaman selanjutnya, Sambo klaim perintahkan hajar...

Sambo Klaim Perintahkan Hajar

Dalam persidangan yang digelar beberapa waktu lalu, mantan Kadiv Propam Polri Ferdy Sambo dia mengatakan hanya memberikan perintah kepada Eliezer untuk menghajar Yosua. Sambo bercerita, mulanya dia tidak berniat mampir ke rumah Duren Tiga tempat istrinya menjalani isolasi, termasuk TKP pembunuhan Brigadir Yosua.

Namun, ketika itu dia melihat Yosua yang berada di depan pagar rumah Duren Tiga. Sambo pun langsung teringat cerita Putri Candrawathi yang mengaku diperkosa Yosua.

"Setelah masuk ke Kompleks Duren Tiga, saya melihat Yosua ada di depan gerbang, kemudian saya perintahkan Adzan Romer ajudan untuk berhenti, setelah itu Adzan Romer turun," kata Sambo saat bersaksi di PN Jaksel, Rabu (7/12).

"Iya saya teringat apa yang diceritakan istri saya, saya perintahkan Romer berhenti. Romer langsung turun saya pikir apa harus sekarang konfirmasi (ke Yosua), kemudian saya bilang jalan, terus saya putuskan berhenti. Saya turun, senjata saya jatuh dan saya ambil, dan masuk ke rumah Duren Tiga," imbuh Sambo.

Lebih lanjut, Sambo mengatakan saat itu senjata yang jatuh dan dia ambil adalah Combat Wilson. Sebelum memerintahkan Eliezer menghajar, Sambo sempat bertemu dan menanyai Yosua.

"Saya masuk, kemudian saya hadapan ke Yosua, 'Kenapa kamu tega sama ibu?', jawaban Yosua nggak seperti yang saya harapkan, dia malah menanya balik, 'Ada apa, Komandan?' Saya lupa saya bilang 'kurang ajar', saya perintahkan 'Richard, hajar Chad'," ucapnya.

"Gimana perintahkan?" tanya hakim.

"'Hajar, Chad, kamu hajar, Chad.' Kemudian maju, Yosua jatuh, saya bilang setop berhenti begitu lihat Yosua jatuh, dan berlumuran darah saya panik saya nggak tahu gimana harus menyelesaikan peristiwa ini," jawab Sambo.

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Kasus yang Membuat Megawati Menangis"
[Gambas:Video 20detik]
(urw/nvl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads