Buka Mulut Roy Marthen soal Dugaan 6 TNI Bukan Sekali Mutilasi Warga Mimika

Papua

Buka Mulut Roy Marthen soal Dugaan 6 TNI Bukan Sekali Mutilasi Warga Mimika

Tim detikcom - detikSulsel
Selasa, 11 Okt 2022 07:45 WIB
Roy Marthen Howay, DPO kasus mutilasi warga Papua.
Foto: Roy Marthen Howay, DPO kasus mutilasi warga Papua.
Mimika -

Roy Marthen Howai (20) buka suara terkait kasus mutilasi empat warga di Timika, Kabupaten Mimika, Papua. Roy menuding enam oknum TNI yang juga pelaku dalam kasus itu melakukan aksi mutilasi bukan hanya sekali.

Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra menuturkan, hal tersebut diakui Roy Marthen sendiri. Pengakuan yang dituturkan kepada penyidik selama diinterogasi berdasarkan videonya yang sempat viral.

"Kami terus mendalami pengakuannya yang viral semasa dalam persembunyian yang menjelaskan perilaku oknum TNI melakukan pembunuhan dan mutilasi lebih dari satu kali," ungkap I Gede Putra kepada detikcom, Senin (10/10/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

I Gede menjelaskan, Roy Marthen bahkan mengaku tidak terlibat dalam kasus tersebut lewat videonya yang viral. Pengakuannya itu didasari karena rasa takut dan merasa terancam.

"Selama dia melarikan diri dan bersembunyi takut dan merasa terancam. Sehingga dia mengaku tidak terlibat," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Namun pihaknya terus menindaklanjuti pengakuan tersangka. Tindakan yang melatarbelakangi Roy Marthen memvideokan dirinya sendiri sekaitan kasus mutilasi warga Papua terus didalami.

"Hal itu yang melatarbelakangi dia (tersangka) membuat video. Tapi, kita tentu akan terus dalami pengakuannya itu," imbuh I Gede Putra.

I Gede Putra pun enggan berspekulasi lebih jauh terkait adanya potensi bukti baru dalam kasus ini. Pihaknya belum bisa memberi keterangan lebih rinci sampai pemeriksaan terhadap Roy Marthen rampung.

"Kami belum bisa mengekspos keterangannya pascaditangkap. Pastinya kami juga belum bisa menyimpulkan apakah korban lebih dari 4 orang atau lebih," katanya.

Untuk diketahui, Roy Marthen ditangkap di Nawaripi, Distrik Wania, Kabupaten Mimika, Papua, Sabtu (8/10) sekitar pukul 15.00 Wita. Pelaku kasus mutilasi empat warga Mimika itu diringkus usai menjadi buronan polisi selama sebulan.

Simak pengakuan Roy Marthen di halaman berikutnya.

Pengakuan Roy Marthen Lewat Video

Diketahui, Roy Marthen sempat merekam dirinya lewat video. Dalam pengakuan lewat video viral itu, Roy mengaku tidak terlibat dalam kasus pembunuhan dan mutilasi empat warga di Mimika, Papua.

"Saya bisa saja menyerahkan diri, tapi saya takut risikonya," ujar Roy dalam video yang tersebar beberapa waktu lalu.

Roy berdalih takut dan khawatir dengan oknum TNI yang menjadi pelaku dalam kasus tersebut. Mereka disebut sebagai pelaku yang berpengalaman.

"Masalahnya (oknum TNI) yang dapat tangkap itu saya tidak percaya, karena orang terlatih bisa dapat tangkap secepat itu," lanjut Roy.

Dalam video beredar, Roy juga mengaku dirinya hanya disuruh mencari pembeli senjata api oleh seseorang yang disebutnya Abang Jack atau Bapak Lala. Roy pun dijanjikan akan diberi imbalan.

Setelah mendapat calon pembeli, Roy Howay mengantar pembeli tersebut ke lokasi transaksi yang telah ditentukan. Setelah transaksi ia langsung meninggalkan lokasi menggunakan sepeda motor, dan tidak tahu apa yang terjadi setelah itu.

Simak awal mula pemicu kasus mutilasi warga di halaman berikutnya.

Jual Beli Senpi di Balik Kasus Mutilasi Warga

Diketahui, peristiwa pembunuhan itu terjadi di SP 1 Distrik Mimika Baru, Kabupaten Mimika pada Senin (22/8) sekitar pukul 21.50 WIT. Total ada 10 pelaku yang terlibat dalam kasus mutilasi di Timika, Papua ini.

Polisi mengungkap pembunuhan sadis ini bermula dari transaksi senjata api antara korban dan pelaku. Kelompok pelaku dan korban kemudian bertemu di sebuah tanah kosong di Jalan Budi Utomo, Mimika.

"Memang para pelaku ini kan dia membuat skenario untuk melakukan transaksi senjata api dengan para korban," ujar Kapolres Mimika AKBP I Gede Putra saat berbincang dengan detikcom, Minggu (4/9) lalu.

Menurut Putra, korban menganiaya pelaku karena ternyata senjata api yang dijual tersebut palsu. Penganiayaan tersebut membuat korban dibunuh.

"Di situ sampai dibunuh lah para korban di situ," katanya.

Simak dugaan Komnas HAM di halaman selanjutnya.

Komnas HAM Duga Pelaku Berpengalaman

Dugaan pelaku berpengalaman dalam melakukan aksi mutilasi empat warga Papua sempat disinggung Komisioner Komnas HAM Choirul Anam. Hal itu lantaran pelaku memutilasi lebih dari satu korban di waktu yang bersamaan.

"Pilihan tindakan mutilasi, apalagi korbannya di saat yang sama lebih dari satu, itu biasanya menunjukkan karakter pelaku yang sudah punya pengalaman terhadap tindakan mutilasi sebelumnya," beber Choirul Anam dilansir dari detikcom, Rabu (21/9).

Sementara Komisioner Komnas HAM Beka Ulung Hapsara menyebut, pelaku mutilasi di Papua tersebut berjumlah 10 orang. Enam pelaku adalah anggota TNI, sedangkan empat lainnya adalah warga sipil biasa.

"Enam orang pelaku anggota TNI dan tiga orang pelaku sipil, jadi kan ada 10 ya. Enam anggota TNI dan tiga warga sipil," ungkap Beka Ulung Hapsara dalam jumpa pers di kantor Komnas HAM dilansir dari detikNews, Selasa (20/9) lalu.

Halaman 2 dari 4
(sar/sar)

Hide Ads