Temuan LPSK Brigadir J Lebih Jago Tembak dari Bharada E

Berita Nasional

Temuan LPSK Brigadir J Lebih Jago Tembak dari Bharada E

Tim detikNews - detikSulsel
Jumat, 05 Agu 2022 06:00 WIB
Wakil Ketua LPSK, Edwin Partogi
Foto: Dwi Rahmawati/detikcom
Jakarta -

Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) mengungkap hal mengejutkan dari Bharada E yang menjadi tersangka kasus pembunuhan Brigadir J. LPSK menyebut Brigadir J lebih jago menembak dibandingkan Bharada E.

Wakil Ketua LPSK Edwin Partogi mengatakan informasi itu merupakan salah satu hasil penelusuran yang dilakukan pihaknya. Artinya kemampuan menembak Bharada E tak lebih baik dari Brigadir J.

"Informasi itu kami peroleh (Bharada E tak jago tembak). Artinya kalau dibandingkan dengan Yoshua, Yoshua lebih jago tembak," ujar Edwin Partogi, seperti dilansir dari detikNews, Kamis (4/8).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Edwin mengungkapkan informasi ini diperoleh LPSK dari hasil penelusuran dan investigasi sejumlah narasumber yang berkompeten. Investigasi ini dilakukan dalam rangka untuk mengumpulkan bahan nantinya apakah Bharada E ini bisa mendapatkan perlindungan dari LPSK.

"Kan kami dalam proses penelaahan dan investigasi, dalam proses investigasi ini kami himpun informasi dari mana pun. Tentu informasi yang kami himpun (adalah) informasi yang bisa kami percaya sumbernya, kompeten menyampaikannya," jelasnya.

ADVERTISEMENT

Namun Edwin mengatakan jago menembak bukan persoalan utama. Pasalnya Bharada E telah memiliki kompetensi dalam memegang senjata api.

"Soal megang pistol kan bukan soal jago nembak, tetapi memenuhi (di antaranya) tes psikologi," imbuhnya.

Lebih lanjut soal insiden di rumah Irjen Ferdy Sambo, Edwin mengungkapkan keterangan Bharada E soal kejadian 'tembak-menembak'

"Ya itu cerita E (ada tembak-menembak). Tapi apakah cerita itu, ini LPSK itu tidak mau masuk ke dalam peristiwanya. Kenapa? Karena yang diceritakan E juga belum tentu kebenaran, gitu. Yang disampaikan oleh E bahwa dia nembak, tetapi apakah benar dia nembak kan kita belum tahu sebenarnya," jelasnya.

Edwin kemudian meminta agar diksi 'tembak-menembak' tidak digunakan sebelum terungkap kebenaran peristiwanya seperti apa.

"Kalau bisa jangan gunakan diksi 'tembak-menembak' sebelum terungkap kebenarannya seperti apa," tuturnya.




(hmw/asm)

Hide Ads