Pengacara Brigadir Nofriansyah Yoshua Hutabarat alias Brigadir J, Kamaruddin Simanjuntak mengungkap otak kliennya pindah ke rongga perut setelah autopsi ulang. Ahli kedokteran forensik Universitas Indonesia (UI) dr Budi Sampurna lalu menjelaskan ada beragam cara dan kebiasaan saat autopsi.
Pada umumnya di Indonesia jaringan tubuh akan dikembalikan ke tempat semula setelah proses autopsi. Namun di sejumlah negara lain seperti Jerman, Amerika, dan Belanda, adalah lumrah jika otak diletakkan di area perut setelah autopsi.
"Mengapa tidak dikembalikan di kepala? Karena kepala itu sudah dipotong tulangnya. Kalau otak itu nanti mencair, maka dia bisa merembes ke situ dan bisa keluar," kata dr Budi seperti dilansir dari detikHealth, Selasa (2/8/2022).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oleh karena itu mereka mengatakan, kalau di kami, tidak kita masukkan kembali ke kepala tetapi kepala itu nanti sudah ditutup seperti kapas, atau ada khusus lah semacam kertas ditaruh situ. Kemudian potong lagi tengkoraknya dan boleh ditutup," sambung dr Budi.
Menurut dr Budi, pemotongan tengkorak dilakukan dengan cara tertentu agar ketika otak dikembalikan ke area kepala dalam posisi tiduran sehingga cairannya pun bisa tertampung.
"Kepala itu kan dipotong tulangnya. Cara memotongnya kalau di kita itu dibikin siku sehingga nanti waktu ditaruh lagi itu akan tetap dan bisa menampung otak pada waktu dia tiduran," jelasnya.
"Kalau di negara lain tadi yang di Jerman, dia dipotongnya lurus saja begitu dari depan ke belakang seperti topi. Sehingga nanti kalau dikembalikan ke situ otaknya kemudian ditutup, maka si tulang ini kan geser-geser nih. Geser-geser itu bisa mengakibatkan otaknya yang nantinya menjadi cair itu akan menjadi keluar, rembes," imbuh dr Budi.
dr Budi juga menegaskan bahwa setiap negara bisa memiliki tata cara berbeda terkait pengembalian jaringan tubuh setelah proses autopsi. Hanya di beberapa negara, otak memang lumrah diletakkan di perut pasca autopsi untuk mencegah cairan merembes.
Ragam Teknik Pemeriksaan Organ
Dilansir dari detikNews, pada halaman 174 buku 'Ilmu Kedokteran Forensik' karya Ahmad Yudianto, terbitan Scopindo Media Pustaka disebutkan tentang macam-macam teknik autopsi. Macam teknik autopsi berdasarkan metode pemeriksaan organ dibedakan dalam beberapa jenis sebagai berikut:
1. Teknik autopsi Rokitansky (in situ dissection)
Organ diperiksa secara langsung dan untuk diteliti. Digunakan pada keadaan yang membutuhkan waktu cepat dan informasi sekilas.
- Contoh: Pada kasus penyakit menular
2. Teknik autopsi Virchow
Mengeluarkan organ satu per satu untuk diperiksa. Hubungan anatomik antarorgan dalam satu sistem tidak dipertahankan.
- Tidak dianjurkan untuk autopsi forensik dalam kasus penembakan dan penusukan
3. Teknik autopsi Lettule (en masse dissection)
Hubungan antarorgan tetap dipertahankan setelah seluruh organ dikeluarkan dari tubuh.
- Teknik ini harus dilakukan dengan tenaga pembantu karena panjangnya kumpulan organ yang dikeluarkan.
4. Teknik autopsi Ghon (en block dissection)
Organ dibagi menjadi 4 blok, yaitu:
- Block Thorax
- Block Intestinal
- Block Coeliac
- Block urogenital
Hubungan antarorgan dipertahankan.
Autopsi Teknik Virchow
Berdasarkan jenis-jenis autopsi berdasarkan tekniknya tersebut, ada satu jenis teknik autopsi yang tidak mempertahankan hubungan antarorgan setelah organ-organ itu dikeluarkan dari tempatnya. Itu adalah autopsi dengan teknik Virchow.
Berdasarkan informasi dari sumber terpisah, investigator kematian medikolegal bernama Zoe-Anne Barcellos menjelaskan di situs Quora, situs tanya-jawab komunitas penggunanya.
Dilansir dari Departemen Layanan Peradilan Pidana Virginia Amerika Serikat tahun 2017, Zoe-Anne Barcellos bekerja sebagai polisi untuk Kota Reno, Nevada, di divisi K9. Zoe punya latar belakang pendidikan Speech Communication dari Universitas Alaska, Fairbanks. Zoe juga terlibat dalam donasi organ kornea dan mata.
Di Quora, Zoe menjelaskan soal perkara organ yang diautopsi dikembalikan pada tempatnya atau tidak.
"Kenapa Anda menempatkan semua organ ke abdomen setelah autopsi (bahkan otak),?" begitu pertanyaan di Quora. Zoe menjawab, semua organ termasuk otak, ditempatkan dalam tas plastik tebal bernama tas visera (jeroan).
"Dan Anda benar, itu dijahit ke dalam abdomen," tulis Zoe di tulisannya empat tahun silam.
Rongga perut dan dada jenazah sudah kosong. Tulang dada akan ditempatkan di atas dan sayatan berbentuk huruf Y akan dijahit. Alasan tidak menempatkan organ ke tempatnya semula adalah karena organ tersebut sudah kehilangan penopangnya sehingga bisa copot dari tempatnya. Maka, lebih baik dimasukkan ke kantong dan dijahit di perut saja.
"Tidak ada alasan untuk menempatkan setiap organ kembali ke tempat anatomisnya yang benar. Tidak ada yang menahan mereka di tempat, mereka hanya akan rontok semua di dalam (bila dipaksakan dipasang sesuai tempatnya semula)," kata Zoe.
Kemudian untuk otak, kata Zoe, bagiannya terdiri atas 10-14 irisan. Bila dipaksakan dipasang lagi seperti semula di dalam rangka tengkorak, otak bisa berceceran.
"Saya yakin gravitasi akan membuatnya mendorong tengkorak terpisah di belakang dan otak bersandar pada kulit kepala. Ini akan mendistorsi fitur wajah. Tidak ada gunanya, Anda tidak lagi membutuhkan otak Anda di tengkorak Anda," kata Zoe.