Kasus ACT, Eks Presiden dan Presidennya Resmi Jadi Tersangka

Berita Nasional

Kasus ACT, Eks Presiden dan Presidennya Resmi Jadi Tersangka

Tim detikNews - detikSulsel
Senin, 25 Jul 2022 17:55 WIB
Brigjen Ahmad Ramadhan
Foto: Lisye Sri Rahayu/detikcom
Jakarta -

Polri menyampaikan kabar terbaru terkait perkembangan penyidikan kasus Yayasan Aksi Cepat Tanggap (ACT). Ada penggeledahan yang dilakukan Bareskrim di kantor ACT dan gudang wakaf.

Dilansir dari detikNews, Senin (25/7/2022), Karo Penmas Polri Brigjen Ahmad Ramadhan mengatakan pihaknya juga telah memeriksa sejumlah saksi termasuk ahli. Dia juga menjelaskan soal perbuatan yang diduga oleh Ahyudin selaku mantan pemimpin ACT.

"Berdasarkan fakta hasil penyidikan bahwa saudara A yang memiliki peran sebagai pendiri dan ketua yayasan ACT dan pembina dan juga pengendali ACT dan badan hukum terafiliasi ACT," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, A duduk di direksi dan komisaris agar mendapat gaji dan fasilitas lainnya. A diduga menggunakan hasil dari perusahaan itu untuk kepentingan pribadi.

"Menggunakan berbagai dana donasi yang terkumpul termasuk Boeing tidak sesuai peruntukannya," ucap Ramadhan.

ADVERTISEMENT

Ramadhan juga menjelaskan soal perbuatan yang diduga dilakukan Presiden ACT Ibnu Khajar. Dia menyebut Ibnu mendapat gaji dan berbagai fasilitas lain dari badan hukum yang terafiliasi dengan ACT.

Ada juga Hariyana Hermain (HH) yang disebut sebagai salah satu Pembina ACT dan memiliki jabatan tinggi lain di ACT, termasuk mengurusi keuangan. Ada juga tersangka lainnya, yakni NIA.

"Persangkaan pasal tindak pidana penggelapan dan atau penggelapan dalam jabatan tindak pidana informasi dan transaksi elektronik dan atau tindak pidana yayasan atau tindak pidana pencucian uang," ucapnya.

Seperti diketahui, Bareskrim Polri memang sedang mendalami dugaan perusahaan fiktif yang dibuat ACT untuk melakukan tindak pidana pencucian uang (TPPU). Perusahaan itu didirikan seolah-olah bergerak di bawah ACT.

"Adanya dugaan menggunakan perusahaan-perusahaan baru sebagai cangkang dari perusahaan ACT ini didalami. Jadi seolah-olah perusahaan itu bergerak di bawah ACT tapi sama saja bahwa yang menjadi dia-dia sendiri. Ada perusahaan A, perusahaan B, perusahaan C, ya dia-dia juga yang buat," ujar Dirtipideksus Bareskrim Polri Brigjen Whisnu Hermawan kepada wartawan, Kamis (14/7).

Whisnu mengungkapkan perusahaan cangkang bentukan ACT itu berupa lembaga-lembaga amal. Di perusahaan tersebut ACT diduga melakukan TPPU.

"Ada beberapa perusahaan cabang. Seperti itulah (lembaga amal). Yes (dugaan TPPU)," kata Whisnu. Bareskrim pun melakukan gelar perkara terkait kasus ini hari ini.




(hmw/sar)

Hide Ads