"Pasukan Brimob untuk memback-up Polres Mamberamo Tengah adalah 200 orang," kata Kapolres Mamberamo Tengah AKBP Rahmat Kaharuddin kepada detikcom, Selasa (12/7).
Pengamanan dilakukan pada titik-titik penting seperti rumah sakit dan bandara. Rahmat juga mengatakan wilayah Kobakma sejauh ini juga masih kondusif.
"Jadi patroli dengan menempatkan (pasukan) di objek vital di pasar, kemudian di rumah sakit kemudian di bandara," katanya.
"Pak Kapolda datangkan Brimob ini untuk memberikan rasa aman kepada masyarakat ini situasi di Kobakma ini aman dan kondusif, begitu," katanya.
500 Warga Mengungsi
AKBP Rahmat juga mengungkapkan bahwa warga pendatang yang mengungsi dari wilayah Kobakma karena diancam oleh RHP dan simpatisannya sedikitnya berjumlah 500 orang.
"Jadi ada ancaman dari Bupati supaya mereka keluar dari Mamberamo Tengah. Itu angkanya 2/3 pendatang. Mungkin ada 500 orang," katanya.
Rahmat mengatakan ancaman itu dilontarkan oleh Bupati RHP bersama simpatisannya. Ancaman itu disampaikan karena RHP merasa akan dijadikan tersangka oleh KPK terkait kasus dugaan suap dan gratifikasi.
"(Ancaman) itu perintah dari bupati kepada massanya agar mereka menyuruh masyarakat pendatang keluar dari Mamberamo Tengah," katanya.
Ancaman Pembunuhan-Pembakaran
AKBP Rahmat menjelaskan bahwa ancaman terparah dari simpatisan Bupati RHP ialah ancaman pembunuhan hingga pembakaran.
"Ancamannya mereka mau bakar atau mereka mau bunuh gitu loh," ujar AKBP Rahmat Kaharuddin, Selasa (12/7).
Rahmat mengatakan RHP dan simpatisannya pada prinsipnya ingin warga pendatang termasuk para ASN diminta mengosongkan Kobakma.
"Dari pendukung bupati (RHP) mereka ingin Kobakma ini sepi, Ibu Kota Mamberamo Tengah ini sepi," ujar Rahmat.
Para massa RHP itu lantas menutup sejumlah objek vital. Di antaranya adalah rumah sakit dan pasar hingga toko-toko milik warga pendatang.
"Mereka menutup akses, artinya rumah sakit, pasar, semua toko-toko tidak boleh buka, tutup semua. Sampai sekarang," katanya.
(hmw/sar)