"Dari 200 santri yang ada di pesantren tersebut, ada 48 anak yang mengaku menjadi korban dari pelaku," ujar Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk serta Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Tarakan, Maryam saat dihubungi detikcom, Rabu (30/3/2022).
Maryam mengatakan pihaknya sendiri menerima laporan dari 9 korban yang didampingi orang tua. Dari asesmen yang dilakukan, Maryam menyebut para santri yang menjadi korban RD mengaku dicabuli hingga berulang-ulang.
"Jadi dari 48 anak ini, ada 5 anak yang mengaku dilecehkan berulang-ulang oleh korban, dan ada yang 2 sampai 3 kali, dan ada juga yang hanya sekali," ungkapnya.
Maryam mengatakan, lima orang santri korban pencabulan mengalami trauma berat. Pihak terkait masih melakukan pendampingan khusus terhadap lima korban tersebut.
"Untuk lima anak ini memang perlu asesmen secara privat, lantaran kelima santri ini dilecehkan berulang-ulang oleh pelaku dan saat ini mengalami trauma berat," tuturnya.
Diberitakan sebelumnya, pemuda berinisial RD (22) membuat geger karena mencabuli santri sejak 2016 silam. RD bahkan mengakui memiliki banyak korban sampai lupa jumlah persisnya.
Pemuda RD mencabuli anak laki-laki di Pondok Pesantren di Kecamatan Tarakan Utara. RD merupakan warga sekitar dan kerap ibadah di masjid tak jauh dari Ponpes para korban.
Pelaku RD disebut aktif dalam pengajian dan mengikuti majelis taklim yang digelar salah satu pesantren. Tindakan pencabulan tersebut dilakukan RD saat para korban keadaan tertidur.
"Kita amankan pelaku pada Selasa (8/3), saat diamankan pelaku mengakui perbuatannya," ungkap Kapolsek Tarakan Utara AKP Kistaya saat dihubungi detikcom, Selasa (29/3).
Kepada polisi, RD tak menampik dan bahkan mengakui jumlah korbannya memang banyak. Pasalnya sudah bertahun-tahun RD melancarkan aksinya.
"Pengakuan dari pelaku memang banyak melakukan pelecehan seksual, terhitung sejak 2016, pelaku sendiri tak tahu jumlah anak yang dilecehkan karena banyak," terangnya.
(hmw/sar)