Mengenal 3 Datu Penyebar Agama Islam di Sulawesi Selatan

Mengenal 3 Datu Penyebar Agama Islam di Sulawesi Selatan

Niken Dwi Sitoningrum - detikSulsel
Senin, 20 Nov 2023 22:00 WIB
Masjid Jami Tua Palopo
Ilustrasi (Rachmat Ariadi/detikSulsel)
Makassar -

Sulawesi Selatan (Sulsel) termasuk salah satu provinsi di Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Agama Islam masuk di wilayah ini dibawa oleh sejumlah tokoh penting.

Sejarah mencatat, penyebaran agama Islam tak terlepas dari peran 3 Datu. Mereka adalah Datu Ri Bandang, Datu Ri Tiro, dan Datu Patimang yang menyebarkan Agama Islam di berbagai daerah berbeda.

Selengkapnya, berikut ulasan agar detikers semakin mengenal 3 Datu pembawa agama Islam di Sulawesi Selatan. Simak yuk!

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Masuknya Islam di Sulawesi Selatan

Mengutip jurnal Universitas Pejuang Republik Indonesia Makassar berjudul 'Islamisasi di Sulawesi Selatan dalam Perspektif Sejarah', agama Islam pertama kali datang dan diperkenalkan di Sulsel pada awal abad ke 17. Islam diperkenalkan pertama kalinya oleh para mubalig dari Minangkabau, Sumatera Barat yang pada saat itu juga masih berada di bawah kekuasaan Kesultanan Aceh.

Mattulada dalam bukunya yang berjudul 'Sejarah Masyarakat dan Kebudayaan Sulawesi Selatan' menyebutkan bahwa seorang ulama dari Minangkabau Tengah, Sumatera Barat, bernama Abdul Kadir Khatib Tunggal tiba di Pelabuhan Tallo pada tahun 1605 dengan menumpang sebuah kapal perahu. Setibanya di pantai, ia kemudian melakukan shalat yang mengherankan rakyat setempat. Kedatangannya bermaksud untuk menghadap raja.

ADVERTISEMENT

Raja Tallo yang menguasai wilayah tersebut pun mendengar berita itu dan kemudian langsung bergegas ke pantai untuk menemui orang yang dianggap berbuat 'tak wajar' tersebut. Di tengah perjalanan ke pantai, di pintu gerbang halaman istana Tallo, raja bertemu dengan seorang tua yang menanyakan tentang tujuan perjalanan raja. Orang tua itu kemudian menulis sesuatu di atas kuku ibu jari Raja Tallo dan mengirim salam pada orang yang berbuat aneh di pantai itu.

Ketika Raja bertemu dengan orang 'aneh' di pantai itu, yang tiada lain Abdul Kadir Khatib Tunggal, kemudian disampaikan lah salam orang tua tadi. Ternyata, tulisan yang ada di atas kuku ibu jari Raja Tallo adalah tulisan yang berlafazkan "Surah Al-Fatihah". Khatib Tunggal menyatakan bahwa orang tua yang menjumpai raja adalah penjelmaan Nabi Muhammad SAW. Selanjutnya dari kisah itulah, kemudian orang Makassar menamakan penjelmaan Nabi Muhammad sebagai "Makassar".

Proses Islamisasi di Sulawesi Selatan

Masih dai jurnal yang sama, dijelaskan terkait periode pertama perkembangan agama Islam di Sulawesi Selatan. Proses Islamisasi di Sulsel ditandai dengan konversi keislaman para penguasa atau raja di daerah pesisir atau kota pelabuhan.

Kemudian, disusul peran mereka sebagai pelindung dalam pengembangan pusat penyiaran Islam di wilayahnya masing-masing. Akselerasi proses permulaan islamisasi di Sulawesi Selatan sangat ditunjang dengan sistem pendekatan dan metode dakwah yang dilakukan oleh tiga mubalig dari Minangkabau, yaitu Datuk ri Tiro, Datuk Patimang, dan Datuk ri Bandang.

Mereka menggunakan pendekatan akomodatif, adaptasi struktural dan kultural, yaitu melalui jalur struktur birokrasi lewat raja, adat istiadat, serta tradisi masyarakat lokal. Hal ini memberikan penegasan bahwa Islamisasi di Sulawesi Selatan adalah melalui pintu istana (raja).

3 Datu Pembawa Agama Islam di Sulawesi Selatan

Dari situs Muhammadiyah Sulsel dijelaskan, proses Islamisasi di Sulawesi Selatan erat kaitannya dengan kedatangan dan peranan tiga orang ulama asal Minangkabau yang secara khusus dikirim oleh Sultan dari Kerajaan Aceh. Ketiga ulama itu, yakni Abdul Makmur Khatib Tunggal (Datuk ri Bandang), Khatib Sulaiman (Datuk Patimang) dan Abdul Jawad Khatib Bungsu (Datuk ri Tiro).

Pada sejumlah literatur disebutkan, Datuk Ri Bandang, Datuk Patimang, dan Datuk Tiro menyebarkan Islam di daerah yang berbeda di Sulawesi Selatan berdasarkan keahlian mereka masing-masing. Berikut ini profil ketiga Datu pembawa agama Islam di Sulsel yang dikutip dari laman Universitas Islam An-Nur Lampung:

Datuk Ri Bandang

Datuk Ri Bandang merupakan ulama yang pertama kali memperkenalkan orang Makassar dengan Islam. Datuk Ri Bandang memiliki nama asli Muhammad Arsyad al-Banjari dan bergelar Khatib Dayan.

Ia berasal dari Koto Tengah, Sumatra Barat, dan pernah belajar ilmu agama di Kesultanan Aceh. Datuk Ri Bandang bersama dengan Datuk Ri Tiro dan Datuk Patimang ditugaskan oleh Sultan Aceh untuk menyebarkan Islam ke Sulawesi Selatan.

Datuk Ri Bandang berdakwah di wilayah utara Sulawesi Selatan, meliputi Gowa, Tallo, Maros, Pangkajene, Sidenreng Rappang, dan Wajo. Datuk Ri Bandang disebut telah berperan memperkenalkan ajaran Islam kepada Raja Tallo dan Raja Gowa di awal abad ke 17.

Ia berhasil mengislamkan beberapa kerajaan di daerah tersebut, seperti Kerajaan Gowa yang dipimpin oleh I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Alauddin.

Datuk Ri Bandang wafat dan dimakamkan di Gowa, tepatnya di Jalan Sinassara, Kelurahan Kalukubodoa, Kecamatan Tallo, arah utara Kota Makassar. Makamnya menjadi tempat ziarah bagi masyarakat setempat dan menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Sulsel.

Datuk Ri Tiro

Datuk Ri Tiro memiliki nama asli Nurdin Ariyani atau Abdul Jawad dan bergelar Khatib Bungsu. Ia berasal dari Koto Tengah, Sumatra Barat, dan pernah belajar ilmu agama di Kesultanan Aceh seperti halnya Datuk Ri Bandang. Ia diutus oleh Sultan Aceh untuk menyebarkan Islam ke Sulawesi Selatan bersama dengan dua kawanannya, yaitu Datuk Ri Bandang dan Datuk Patimang.

Datuk Ri Tiro mendarat di Kedatuan Luwu lewat Teluk Bone dan kemudian berdakwah di wilayah selatan Sulawesi Selatan, yaitu Tiro, Bulukumba, Bantaeng, dan Tanete. Ia berhasil mengislamkan beberapa kerajaan di daerah tersebut, seperti Kerajaan Tallo yang dipimpin oleh I Mallingkang Daeng Manyonri yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Abdullah Awwalul-Islam.

Datuk Ri Tiro wafat dan dimakamkan di Tiro atau sekarang Bonto Tiro, Bulukumba. Makamnya menjadi tempat ziarah bagi masyarakat setempat dan menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Sulsel.

Datuk Patimang

Datuk Patimang memiliki nama asli Muhammad Zainuddin atau Abdul Qadir dan bergelar Khatib Sambas. Ia juga berasal dari Koto Tengah, Sumatra Barat. Dia juga pernah belajar ilmu agama di Kesultanan Aceh seperti kerabatnya yang lain dan ditugaskan oleh Sultan Aceh untuk menyebarkan Islam ke Sulsel.

Datuk Patimang berdakwah di wilayah timur Sulawesi Selatan, yaitu Bone, Soppeng, Barru, dan Pinrang. Ia berhasil mengislamkan beberapa kerajaan di daerah tersebut, seperti Kerajaan Bone yang dipimpin oleh La Tenritatta Arung Palakka yang kemudian berganti nama menjadi Sultan Ahmad al-Salih Syamsuddin.

Datuk Patimang wafat dan dimakamkan di Bone. Makamnya menjadi tempat ziarah bagi masyarakat setempat dan menjadi saksi sejarah penyebaran Islam di Sulsel.

Nah, itulah sekilas ulasan agar detikers semakin mengenal 3 Datu pembawa agama Islam di Sulawesi Selatan. Semoga bermanfaat ya, detikers!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads