Jou Uci Sabea Se Kabasarang, Tradisi Kesultanan Ternate Sambut Lailatul Qadar

Maluku Utara

Jou Uci Sabea Se Kabasarang, Tradisi Kesultanan Ternate Sambut Lailatul Qadar

Nurkholis Lamaau - detikSulsel
Minggu, 07 Apr 2024 14:00 WIB
Tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang di Ternate.
Foto: Tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang di Ternate. (Nurkholis Lamaau/detikcom)
Ternate -

Kesultanan Ternate, Maluku Utara, kembali menggelar tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang dalam rangka menyambut malam Lailatul Qadar. Tradisi yang kembali digelar setelah sempat vakum selama tujuh tahun.

Rangkaian kegiatan tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang berlangsung di Kelurahan Soasio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate, Sabtu (6/4) malam. Tradisi yang telah terpelihara lama itu rutin dilaksanakan setiap memasuki malam ke 27 Ramadan.

"Prosesi ini sempat vakum selama 2015-2021 atau 7 tahun sejak Sultan Ternate ke 48, Mudaffar Sjah meninggal dunia. Jadi ketika hadir Sultan ke 49, Hidayatullah Sjah, prosesi ini akhirnya dilaksanakan kembali," ujar Letnan Alfiris Kesultanan Ternate, M. Ronny Saleh kepada detikcom, Sabtu (6/4/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ronny menjelaskan, ritual Jou Uci Sabea Se Kabasarang adalah bagian dari makna Adat Matoto Agama atau adat berlandaskan agama. Ritual ini sudah terlaksana sejak Ternate menjadi negeri kesultanan di masa Kolano Cico Bunga atau Sultan Baab Mansyur Malamo pada tahun 1255.

"Menurut Prof Buya Hamka, Islam pertama kali masuk di Ternate. Pada saat itu praktik-praktik adat dan budaya di Kesultanan Ternate sudah berlandaskan ajaran agama Islam," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Dia menambahkan tradisi ini memuat unsur penerapan syariat Islam. Dalam pelaksanaannya, kegiatan ini turut melibatkan masyarakat setempat.

"Itu terus dilaksanakan hingga puncak penerapan syariat Islam mulai berlaku di masa Sultan Zainal Abidin Syah. Semua tradisi adat di Ternate selalu bernapaskan Islam," tambah Ronny.

Prosesi Jou Uci Sabea Se Kabasarang

Tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang di Ternate.Foto: Ngungare Ici atau anak kecil berjumlah 12 orang membawa benda-benda pusaka atau Kabasarang. (Nurkholis Lamaau/detikcom)

Jou Uci Sabea Se Kabasarang dimulai dari Kedaton Kesultanan Ternate di Kelurahan Soasio, Kecamatan Ternate Utara, Kota Ternate pada Sabtu (6/4) pukul 19.30 WIT. Ritual ini adalah prosesi turunnya sultan disertai benda-benda pusaka ke Sigi Lamo atau Masjid Sultan untuk menunaikan salat isya, Tarawih, dan witir secara berjemaah.

Pantauan detikcom, sejumlah perangkat adat hingga masyarakat memadati halaman utama kedaton untuk menanti prosesi tersebut. Prosesi tersebut diawali dengan pembakaran obor di halaman kedaton sebagai petanda masuknya malam Lailatul Qadar.

Sesaat kemudian, para bobato akhirat yang terdiri dari imam dan modim bertandang di kedaton untuk menyampaikan kepada sultan, bahwa salat isya dan Tarawih siap dilaksanakan. Seketika, terdengar suara dentingan gamelan dan gong memecah hening menghiasi prosesi tersebut.

Dari atas balakun atau balkon kedaton, 12 Ngungare Ici atau anak laki-laki berusia belasan tahun dengan pakaian serba putih dan ikat kepala yang disebut lastar, menuruni tangga kedaton secara beriringan. Mereka membawa benda pusaka atau disebut perangkat Kabasarang.

"Benda pusaka terdiri dari bendera bergambar Goheba Dopolo Romdidi atau burung berkepala dua berhati satu, topi tembaga, pedang, salawaku atau perisai, dan tongkat," ujar Morinyo Kie atau pemimpin 12 Ngofa Ici, Abdul Gani Mustari.

Tradisi Jou Uci Sabea Se Kabasarang di Ternate.Foto: Sultan memasuki masjid dan bersiap melaksanakan salat Isya, Tarawih dan Witir secara berjamaah. (Nurkholis Lamaau/detikcom)

Iring-iringan 12 bocah disusul kelompok penabuh gamelan dan diikuti para bobato akhirat yang memegang bunga lilin, pengawal, serta sultan yang secara khusus ditandu oleh perangkat adat lainnya. Bertugas menandu sultan disebut Doi-doi yang dipimpin oleh Kiemalaha Doi, Madjid Husain.

"Kursi tandu yang diduduki sultan itu terdapat 4 lubang. Terbagi di sisi kiri 2 lubang dan kanan 2 lubang. Lubang itu nanti dimasukkan kayu yang nantinya diletakkan di bahu orang yang bertugas menandu," ujar Madjid.

Ketika sultan dan rombongan tiba di masjid, 12 Ngungare Ici pembawa perangkat kabasarang langung mengambil posisi di sisi kiri dan kanan beranda masjid. Mereka duduk berjejer dan tetap memegang benda-benda pusaka tersebut hingga selesai salat.

Di dalam masjid, sultan menempati sebuah tempat khusus yang ditutupi tirai tepat di sisi kanan shaf depan. Sementara, 4 orang modim atau muadzin mengambil posisi berjejer di tengah, tepat di bawah tiang alif atau tiang tunggal menara masjid, dan mengumandangkan azan.

Ketika sultan dan seluruh jemaah melaksanakan salat, terdapat beberapa kelompok pria dengan kostum dan ikat kepala serba hitam, berdiri di depan gerbang utama masjid. Mereka adalah kalangan Nasrani dari Soa Tabanga.

"Soa Tabanga adalah salah satu soa atau marga tertua di Ternate selain Soa Tobona, Soa Tubo, dan Soa Tubuleu. Kehadiran Soa Tabanga hanya di 4 hari besar umat Islam, seperti malam Qunut, Lailatul Qadar, Idul Fitri, dan Idul Adha," ujar Kapita Tabanga sebagai pimpinan Soa Tabanga, Nyong Ali.

Usai melaksanakan salat Isya 4 rakaat, tarawih 20 rakaat dan witir 3 rakaat, rombongan pun kembali ke kedaton dengan prosesi yang sama seperti kedatangan. Tampak ratusan masyarakat ikut bergabung dalam iring-iringan rombongan, hingga tiba di tangga kedaton.

Di Foris Lamo atau ruang utama kedaton, seluruh perangkat adat yang ikut dalam prosesi Jou Uci Sabea Se Kabasarang mengantre dengan mengambil posisi jongkok. Mereka merangak satu persatu untuk melakukan Oro Barakat atau mengambil berkah dari sultan, sebagai rangkaian terakhir dari prosesi tersebut.




(sar/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads