Biografi Datuk Ri Bandang dan Perjuangannya Menyebar Agama Islam di Sulsel

Biografi Datuk Ri Bandang dan Perjuangannya Menyebar Agama Islam di Sulsel

Evelyn Djuranovik - detikSulsel
Selasa, 05 Des 2023 22:15 WIB
Yayasan Pendidikan Islam Datuk Ribandang Makassar
Foto: Laman Resmi UPT SMA Datuk Ribandang Makassar
Makassar -

Bicara mengenai sosok penyebar agama Islam di wilayah Sulawesi Selatan pasti tidak terlepas dari nama "Datuk Ri Bandang". Ia adalah salah seorang dari tiga datuk yang berhasil mengislamkan sejumlah Kerajaan Islam di Bumi Sulawesi.

Bersama dua orang rekannya, yakni Datuk Ri Tiro dan Datuk Sulaiman, kerajaan-kerajaan seperti Kerajaan Gowa, Kerajaan Tallo, Kerajaan Luwu hingga Kerajaan Gantarang di Bulukumba berhasil memeluk Islam. Tak hanya itu, Datuk Ri Bandang juga turut serta dalam upaya menyebar Islam di Kerajaan Kutai di Kalimantan hingga Kerajaan Bima di Nusa Tenggara.

Lantas, seperti apa sosok biografi Datuk Ri Bandang ini? Bagaimana pula kisah perjuangannya membawa Islam ke Tanah Sulawesi Selatan?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Biografi Datuk Ri Bandang

Mengutip dari Jurnal UIN Alauddin Makassar yang berjudul "Peranan Datuk Ri Bandang dalam Penyebaran Islam di Kerajaan Gowa Tahun 1605-1611 M", Datuk Ri Bandang adalah seorang tokoh penyebar Islam di Sulawesi Selatan. Ia adalah ulama yang berasal dari Koto Tangah, Minangkabau.

Nama aslinya adalah Abdul Makmur dan memiliki gelar sebagai Khatib Tunggal. Datuk Ri Bandang sendiri merupakan murid dari Sunan Giri, seorang wali dari Jawa Timur.

ADVERTISEMENT

Datuk Ri Bandang dan dua rekannya, Datuk Ri Tiro dan Datuk Sulaiman diutus oleh Sunan Giri untuk melakukan strategi dakwah sebagai bentuk penyebaran agama Islam di Sulawesi Selatan.

Datuk Ri Bandang, yang merupakan seorang ahli fikih berdakwah di wilayah tengah yaitu di Kerajaan Gowa dan Tallo (Gowa, Takalar, Jeneponto dan Bantaeng). Berkat jasa-jasanya, agama Islam berkembang sangat cepat di kalangan masyarakat Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan.

Sejarah Datangnya Datuk ri Bandang ke Sulawesi Selatan

Dibanding daerah-daerah lain di Indonesia, kedatangan Islam di Sulawesi Selatan dinilai agak terlambat, yakni pada akhir abad ke-16 atau awal abad ke-17. Hal ini karena Kerajaan Gowa baru dikenal sebagai kerajaan berpengaruh dan menjadi kerajaan dagang pada masa itu.

Dalam kurun waktu tersebut, para pedagang muslim dari berbagai daerah dan pedagang asing dari Eropa mulai berdatangan ke wilayah ini. Terlepas dari kegiatan perniagaan, para pedagang mempunyai misi keagamaan dan terbagi menjadi dua kelompok.

Pedagang dari Belanda, Spanyol dan Portugis menyebarkan ajaran agama Kristen. Sedangkan pedagang-pedagang yang datang dari Gujarat, Persi, Arab dan Melayu menyebarkan ajaran Islam.

Meskipun para pedagang Islam telah lama berada di wilayah kerajaan Gowa, tetapi ajarannya belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Sementara itu, ajaran Kristen berkembang lebih cepat.

Melihat perkembangan ajaran Kristen, membuat orang-orang Islam lainnya khawatir dan sepakat untuk mendatangkan Panrita Pakihi (muballigh). Inilah yang menjadi awal pengembaraan Datuk Ri Bandang, Datuk Sulaiman, dan Datuk Ri Tiro, yakni pada tarikh 10 Rabiul Awal 1013 H.

Kisah Pengembaraan Datuk Ri Bandang di Kerajaan Gowa-Tallo

Perjalanan Datuk Ri Bandang dalam menyebar agama Islam dimulai pada tahun 1605. Ia menyebar agama Islam di Kerajaan Gowa-Tallo yang merupakan kerajaan paling maju di masanya.

Ketika sampai di pelabuhan, kedatangannya langsung disambut oleh Raja Tallo, I Malingkang Daeng Manyonri Karaeng Katangka yang segera datang menemuinya.

Ternyata, selama perjalanan menuju pelabuhan, Karaeng Katangka bertemu dengan sosok tua yang menanyakan tujuan perjalanannya. Kemudian sosok tua tersebut menuliskan "sesuatu" di ibu jari Raja Tallo tersebut.

Ternyata tulisan tersebut adalah surah Al-Fatihah. Datuk Ri Bandang yang mendengar pertemuan itu pun mengatakan bahwa sosok tua tersebut adalah Nabi Muhammad.

Pertemuan antara Raja Tallo dengan nabi Muhammad itu dalam bahasa Makassar disebut, "Makkasara'mi Nabbi Muhammad ri buttaya ri Tallo" yang jika diterjemahkan artinya adalah 'Nabi Muhammad menjelma atau menampakkan diri di KerajaanTallo'.

Pertemuan antara Raja Tallo dengan sosok yang disebut-sebut Nabi Muhammad itulah yang merupakan awal masuknya Islam di Kerajaan Gowa. Hal ini ditandai dengan masuk Islam-nya Raja Tallo yaitu I Malingkang Daeng Manyonri Karaeng Katangka dengan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Raja pun mendapat nama Islam Sultan Abdullah Awwalul-Islam. Penerimaan Islam secara resmi oleh Raja Tallo ini terjadi pada malam Jum'at 9 Jumadil Awal 1014 H /atau 22 September 1605 M.

Setelah Raja Tallo memeluk Islam, Raja Gowa XIV, I Mangarangi Daeng Manrabia, juga menyatakan keislamannya yang kemudian diberi nama Sultan Alauddin.

Peresmian ini turut dikuatkan dengan keluarnya dekrit kerajaan tertanggal 9 November 1607 M/19 Rajab 1016 H oleh Sultan Alauddin, yang berisi:
(1) Islam menjadi agama Kerajaan dan anutan masyarakat,
(2) Kerajaan Gowa-Tallo menjadi pusat islamisasi di Sulawesi Selatan.

Sejak saat itu pula, Datuk Ri Bandang diberi keleluasaan untuk mengajarkan Islam kepada rakyat Gowa-Tallo. Sehingga dapat dikatakan secara resmi, proses Islamisasi Kerajaan Gowa-Tallo terjadi di tahun 1607 M.

Setelah memeluk Islam, Sultan Alauddin juga berusaha menyebarkan Islam ke kerajaan tetangganya. Kerajaan-kerajaan yang berhasil diislamkan antara lain, Kerajaan Soppeng (1607), Wajo (1610), dan Bone (1611). Sultan Alauddin bahkan masih melanjutkan penyebaran Islam ke Buton, Dompu (Sumbawa), dan Kengkelu (Tambora, Sumbawa).

Cara Datuk Ri Bandang Mengajar Agama Islam

Kesuksesan dakwah akan tercapai bilamana penguasa atau "orang terkuat" di negeri itu memeluk Islam. Hal ini diterapkan oleh Datuk Ri Bandang dalam penyebarannya.

Selain itu, Datuk ri Bandang menyebarkan agama Islam dengan hikmah dan nasihat yang baik. Dialog yang digunakan sesuai dengan firman Allah QS. An-Nahl/16: 125

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ 125

Artinya: serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl/16: 125)

Akhir Hayat Datuk Ri Bandang

Datuk Ri Bandang wafat dan dimakamkan di wilayah Tallo. Makamnya terletak di Utara Kota Makassar, tepatnya di Jalan Sinassara, Kelurahan Kaluku Bodoa, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.

Ia dimakamkan di kompleks pemakaman tersebut bersama 61 makam pengikutnya. Makam Datuk ri Bandang ini pun ramai dikunjungi peziarah saat sepekan jelang Ramadan dan lebaran.

Dikenangnya Nama Datuk Ri Bandang

Dikutip dari laman Dinas Pustaka Arsip Kabupaten Kampar, untuk mengenang jasa besar ulama Datuk ri bandang, berdiri sebuah Yayasan Pesantren Islam Datuk Ri Bandang yang terletak berdekatan dengan kompleks makam Datuk ri Bandang. Yayasan ini menaungi sekolah dasar (SD) sekolah menengah pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Di kecamatan Tallo, namanya pun digunakan sebagai nama jalan. Yakni Jalan Datuk Ribandang, Jalan Datuk Ribandang I, Jalan Datuk Ribandang II, Jalan Datuk Ribandang III, hingga Jalan Datuk Ribandang IV.

Itulah kisah perjalanan hidup dari Datuk Ri Bandang. Semoga detikers dapat mengambil hikmah dari ajarannya.




(edr/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads