Keyakinan Warga akan Makam 'Karaeng Pembawa Hujan' di Karebosi Makassar

Keyakinan Warga akan Makam 'Karaeng Pembawa Hujan' di Karebosi Makassar

Yaslinda Utari Kasim - detikSulsel
Senin, 30 Okt 2023 12:54 WIB
Makam di Karebosi
Makam Tujua di Karebosi (Foto: Rasmilawanti Rustam)
Makassar -

Di bagian tengah area Lapangan Karebosi, Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) terdapat 7 gundukan yang diyakini sebagai makam keramat Karaeng Angngerang Bosi atau Tuan yang membawa hujan. Warga menyebutnya sebagai makam Tujua dan menganggapnya sakral.

Hingga saat ini 7 gundukan makam tersebut masih terawat dengan baik. Konon katanya, tujuh gundukan tersebut muncul dengan cara yang tak biasa.

Dalam catatan sejarah diceritakan bahwa Kota Makassar pada abad ke-11 mengalami musim kemarau selama 7 tahun. Kemudian pada suatu hari, terjadi hujan selama tujuh hari tujuh malam. Setelah hujan berhenti, tiba-tiba muncul tujuh gundukan di Karebosi tanpa diketahui asal muasalnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Masyarakat pun menyebut tujuh gundukan itu sebagai Tujua atau Karaeng Angngerang Bosi atau Tuan yang membawa hujan.(1) Ada yang mempercayai bahwa itu hanyalah gundukan yang berisi jin dan ada pula yang yakin bahwa tujuh gundukan itu adalah makam tujuh karaeng.(1)(2)

Sementara sumber lain menyebut bahwa tujuh gundukan itu berkaitan dengan Tomanurung atau biasa disebut dewa mitologi Bugis-Makassar.(1)

ADVERTISEMENT

Berawal dari situlah, tujuh makam ini disebut memiliki banyak kesaktian. Tampak juga tujuh gundukan itu memperlihatkan kesaktiannya sendiri. Tidak sedikit warga lokal yang bersaksi keinginannya terkabulkan setelah bernazar akan menziarahi makam yang disebut Tujua itu.

Kendati demikian, orang-orang masih mempertanyakan dari mana asal hingga siapa pemilik makam tersebut. Sebab tidak ada nama yang tertulis di setiap nisannya.

Dalam peta kuno Museum Balaikota Makassar yang dikutip dari Jurnal 'Lapangan Karebosi Kota Makassar (1990-2017)', terlihat lapangan karebosi ini tidak pernah dijadikan lokasi pekuburan, melainkan hanya hamparan sawah. Kemunculan makam itu lantas menjadi misteri di tengah kurangnya fakta dan data yang tersedia.

Makam ketujuh di Makam Tujua Karebosi Makassar, SulselMakam ketujuh di Makam Tujua Karebosi Makassar, Sulsel Foto: Yaslinda Utari Kasim

Tidak ada yang dapat menceritakan dengan baik dan detail terkait apa yang terjadi kala itu hingga pasca munculnya Tujua. Hanya ada cerita dari mulut ke mulut yang tidak diketahui asal muasalnya.

Warga Ziarah Ke Makam Tujuan untuk Minta Kebaikan

Konon katanya jika seseorang bernazar akan menziarahi makam Tujua, maka keinginannya akan terkabulkan. Warga lokal yang mendengar kesaktian makam Tujua itu lantas mencoba mempercayainya demi mendapatkan kebaikan.

Bahkan, tradisi ziarah di makam Tujua itu masih dilakukan hingga saat ini. Mereka datang dengan membawa harapan untuk kehidupan yang lebih baik.

Masyarakat biasanya secara bergantian berkunjung ke makam Tujua untuk berdoa hingga memenuhi nazarnya. Ritual itu dilakukan dengan membawa pisang, bunga, lilin merah, ayam atau kambing, sampai membuat acara makan-makan layaknya sedang berekreasi.

Seorang petugas penyiram lapangan Karebosi Dispora Makassar Halim (50) menyaksikan secara langsung bagaimana warga datang berziarah ke makam itu setiap minggunya. Halim juga kerap mengantar peziarah masuk ke kuburan dan membantu mereka melaksanakan sejumlah ritual.

"Malam Jumat atau Jumat pagi (dilaksanakan ritual). Malam Jumat itu ada beberapa kelompok, biasa itu Jumat pagi, Senin pagi. Ada juga pejabat tiba-tiba datang kalau dia sudah istilahnya ada kemauannya," ujar Halim, Senin (23/10/2023).

Peziarah yang datang pun memiliki tujuan beragam mulai dari alasan ingin menikah, dilancarkan ujiannya, orang yang memenuhi nazar setelah mendapat pekerjaan, sampai orang-orang yang telah diberi kesembuhan. Beberapa dari mereka memenuhi nazar dengan melakukan 'Palappasa', yaitu datang membawa ayam untuk dilepaskan di dalam makam.

Ada pula peziarah yang memenuhi nazar dengan membawa kambing sambil mengelilingi makam sebanyak tujuh kali. Ritual ini biasanya diiringi dengan lantunan pukulan gendang yang dimainkan di luar kuburan sambil diawasi guru atau sanro.

Ritual di makam itu juga ramai dilakukan setiap menjelang bulan Ramadhan oleh masyarakat Desa Maccini Gusung.

Makam Tujua di KarebosiMakam Tujua di Karebosi Foto: Siar Mayasara

Tidak hanya itu, Halim juga menyaksikan setiap malam Jumat sekelompok orang menggunakan surban dan berpakaian putih selayaknya santri melakukan zikir di makam Tujua. Makam yang mereka tempati untuk zikir pun hanya makam ke tujuh yang terletak paling ujung bagian dalam.

Memang tidak semua pengunjung datang menziarahi semua makam. Terdapat juga warga yang hanya menziarahi salah satunya saja dengan alasan dan tujuan tertentu.

Ritual di makam Tujua itu tentunya dilakukan orang-orang dengan cara yang berbeda-beda. Salah satunya, Abdul Rohim yang melakukan ritual di makam Tujua setiap hari Jumat.

Abdul Rohim datang bersama istri dan kedua anaknya. Ia memulai ritual dengan menabur bunga dan daun pandan di makam pertama.

Setelah itu, dia kemudian membakar lilin dan menyimpannya di atas makam tepat dekat kayu yang berbentuk layaknya nisan. Ia pun melakukan hal serupa dari makam pertama ke makam kedua sampai makam ketujuh dibantu oleh istri dan anak-anaknya.

Setelah semua makam ditaburi bunga dan lilin-lilin di atasnya dipastikan menyala. Abdul Rahim lalu membakar sebatang rokok yang dikhususkan untuk makam pertama dekat pintu masuk.

Ritual keluarga Abdul Rohim ditutup dengan menyimpan satu buah kelapa muda di makam pertama. Ia baru meninggalkan makam itu usai memastikan semua ritual telah dilaksanakan.

Warga Ngaku Didatangi Sosok Tujua di Dalam Mimpi

Abdul Rahim mengaku, ziarah ini dilakukannya lantaran beberapa kali didatangi sosok Tujua di dalam mimpinya. Ia mengatakan sosok Karaeng Tujua datang sejak tahun 2010 silam untuk mengingatkan dirinya berziarah di makam tersebut.

"Dia kalau selalu dalam tidur toh biasa nakasih ingatkan ki (untuk) biasa ke situ ziarah kubur," ucap Abdul Rohim kepada detikSulsel, Kamis (26/10).

Maka dari itu, Abdul Rohim datang berziarah sekaligus meminta kesehatan. Ia melakukan itu lantaran menganggap Karaeng Tujua berada di tempat yang lebih dekat dengan Tuhan sehingga doa yang dia dan keluarga panjatkan bisa dikabulkan lewat Karaeng Tujua.

Ziarah yang rutin pria ini lakukan selama 13 tahun diakuinya benar membuahkan hasil. Abdul Rohim mulanya meminta satu mobil angkutan umum (angkot) untuk dirinya bekerja. Permintaannya itu lantas terwujud, bahkan dirinya saat ini sudah memiliki empat mobil angkot atau yang dikenal di Makassar sebagai pete-pete.

"Sudah terkabul toh karena pertama itu kasih ada pete-pete satu. Kita minta lagi kalau ada lagi, datang lagi ziarah begitu ji. Jadi saya itu empat mi pete-pete ku itu, kalau terwujud datang bawa kelapa, rokok, dibakar," jelasnya.

Peziarah Datang untuk Tunaikan Nazar

Salah satu warga yang juga pernah membuktikan kesaktian makam itu adalah pedagang di Kanrerong bernama Samnawati. Ia mengaku pernah bernazar ketika anaknya terkena demam tinggi usai bermain di dalam makam Tujua. Anaknya kala itu sudah demam selama berhari-hari, bahkan setelah dua kali dibawa ke rumah sakit tidak ada tanda-tanda kesembuhan.

"Tinggi itu hari panasnya, ada beberapa hari tidak pernah turun-turun panasnya, dua kali ma bawa pergi rumah sakit. Tapi ada orang tanya ka sering main di dalam itu di kuburan itu anak. Ku niatkan mi itu kalau sembuh ini anakku masuk ka di dalam ziarahi," ucapnya, Senin (23/10).

Makam pertama di Makam Tujua Karebosi, Sulsel setelah diziarahi.Makam pertama di Makam Tujua Karebosi, Sulsel setelah diziarahi. Foto: Yaslinda Utari Kasim

Setelah berniat seperti itu, demam anaknya seketika turun. Dia pun melaksanakan nazarnya dengan berziarah ke makam Tujua sambil membawa pisang dan membakar lilin merah. Dirinya juga membacakan surah Al-Fatihah selayaknya berziarah kubur pada umumnya kemudian mengucapkan nazar yang pernah disebutkan sebelumnya.

Lain halnya dengan Abdul Rohim yang berziarah karena didatangi di mimpi, warga setempat Syarif (61) rutin mendatangi makam karena sudah menjadi kebiasaan turun temurun dari orang tua.

"Dari dulu dari orang tua, dia persis tau ini, yah kita juga ikut mi. Tergantung dari keyakinan kita begitu," kata Syarif.

Namun, Syarif menekankan ziarah yang dilakukannya ini didasarkan pada keyakinannya yaitu Islam. Dirinya meniatkan mendatangi makam berziarah untuk mengirim doa kepada leluhur selayaknya mendoakan nenek moyang.

Dengan hati yang tulus menziarahi makam Tujua, Syarif tidak pernah memiliki permintaan khusus maupun bernazar kepada Karaeng Tujua.

Sumber:

1. Jurnal "Lapangan Karebosi Kota Makassar (1990-2017)" oleh Andrew Indrawan Aidina, Najamuddin dan La Malihu.
2. Wawancara Dosen Pendidikan Sejarah UNM, Bahri.




(urw/nvl)

Koleksi Pilihan

Kumpulan artikel pilihan oleh redaksi detiksulsel

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads