Cikal Bakal Kerajaan Lamuru di Bone: Berawal dari Orang Hilang di Pusar Bumi

Cikal Bakal Kerajaan Lamuru di Bone: Berawal dari Orang Hilang di Pusar Bumi

Agung Pramono - detikSulsel
Minggu, 16 Apr 2023 03:30 WIB
Masjid Kuno Lamuru dan Kompleks Pemakaman Raja-raja Lamuru
Foto: Posi Tanae di dekat Kompleks Pemakaman Raja-raja Lamuru (Agung Pramono/detikSulsel)
Bone -

Lamuru adalah salah satu nama kecamatan di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan (Sulsel). Penamaan Lamuru hingga terbentuk menjadi suatu kerajaan dulunya diambil dari nama seseorang yang konon hilang secara misterius di wilayah tersebut.

Kerajaan Lamuru merupakan kerajaan yang berdiri sendiri dan tidak masuk dalam naungan Kerajaan Bone atau pun Kerajaan Soppeng. Wilayah tempat berdirinya Kerajaan Lamuru ini merupakan daerah perbatasan antara Bone dan Soppeng.

Polisi Khusus (Polsus) Cagar Budaya Makassar Ahmad Yani mengatakan, diabadikannya nama Lamuru itu sebagai nama tempat karena suatu peristiwa yang dianggap gaib oleh masyarakat pada waktu itu. Kala itu, seseorang bernama La Muru mengikuti suatu permainan khusus yang diadakan oleh kaum bangsawan, yang mana saat itu juga diadakan perburuan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Permainan tersebut membutuhkan keahlian khusus, seperti sifat kesatria, berani, tabah, teliti, tangkas, serta keterampilan menunggang kuda. Saat mengikuti permainan itu, La Muru tiba-tiba menghilang secara misterius.

"Ada salah seorang pesertanya yang bernama Lamuru mengikuti kegiatan itu. Dia pun menghilang bersama anjing hitamnya," katanya saat ditemui detikSulsel, Kamis (30/3/2023).

ADVERTISEMENT

Setelah kabar hilangnya Lamuru beredar luas, masyarakat pun berusaha melakukan pencarian. Akan tetapi, saat itu yang ditemukan hanya anjingnya saja. Anjing itu berdiri di suatu tempat yang disebut pusar bumi dengan sikap seperti menunggui sesuatu.

"La Muru menghilang di posi tanae (pusar bumi). Yang ditemukan hanyalah anjing hitamnya yang menggonggong," sebutnya.

Tempat ditemukannya anjing tersebut saat itu dinamai Lebba Tengngae. Dinamai seperti itu karena lokasinya dikelilingi bukit-bukit, atau dataran rendah yang dikelilingi oleh gunung.

"Lebba Tengngae dulu namanya baru menjadi Lamuru. Sampai sekarang diabadikan namanya sebagai ibu kota kecamatan," beber Ahmad.

Hingga akhirnya, daerah tempat hilangnya Lamuru itu disematkan sebagai tanda atau kenangan atas keajaiban yang terjadi pada diri Lamuru.

Lokasi hilangnya Lamuru diberikan pagar batu sebagai tanda yang disebut sebagai posi tanae. Posi tanae terletak di antara Makam Raja-raja Lamuru dan Masjid Tua Lamuru.

Masjid Kuno Lamuru dan Kompleks Pemakaman Raja-raja LamuruPosi Tanae yang berada di antara Masjid Kuno Lamuru dan Kompleks Pemakaman Raja-raja Lamuru (Foto: Agung Pramono/detikSulsel)

Sejarah Kerajaan Lamuru

Dalam jurnal berjudul 'Lamuru Selayang Pandang' yang diterbitkan Kantor Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Wilayah Provinsi Sulsel pada tahun 1978, disebutkan bahwa waktu terbentuknya Kerajaan Lamuru sebagai suatu kesatuan hukum sulit ditentukan secara pasti. Sebab, hingga saat ini belum ditemukan data otentik yang menyebutkan kapan Kerajaan Lamuru Berdiri.

Kendati demikian, bisa dipastikan terbentuknya Lamuru menjadi suatu permukiman sudah cukup lama. Hal ini bisa dibuktikan dengan penemuan artefak-artefak prasejarah sejenis Maros point dan fleks-fleks yang diperkirakan telah berusia lebih dari 2.000 tahun sebelum Masehi.

Sulitnya menentukan waktu berdirinya suatu kerajaan juga terjadi pada sejumlah kerajaan lainnya di Sulsel, seperti halnya Kerajaan Gowa. Hal ini dikarenakan tulisan lontara yang umum digunakan di Sulsel baru ditemukan pada masa pemerintahan Raja Gowa ke IX Daeng Matanre Karaeng Manguntungi Tumaparisi Kallonna pada sekitar tahun 1500 Masehi.

Berbeda dengan daerah Jawa yang mana banyak ditemukan prasasti yang bisa menjadi petunjuk masa perkembangan suatu dinasti atau kerajaan.

Oleh karena itu, untuk bisa mencari tahu fase pemerintahan di Sulsel, maka perhitungannya dimulai pada masa pemerintahan Raja Gowa ke X, I Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng. Dalam buku lontara, tercatat raja ini memerintah pada tahun 1547 hingga 1565 atau abad ke XVI.

Dari masa pemerintahan Raja Gowa ke X ini kemudian dilakukan perhitungan ke belakang hingga sampai pada masa pemerintahan Raja Gowa yang pertama yaitu Tomanurung. Jika diasumsikan tiap raja memerintah selama 20 tahun, maka dari Raja Gowa pertama hingga kesepuluh dibutuhkan waktu selama 200 tahun.

Maka, dapat diprediksi bahwa masa pemerintahan Tumanurung terjadi pada abad XIV atau sekitar tahun 1300. Itulah perkiraan masa berdirinya Kerajaan Gowa.

Secara apriori, ada sebuah pendapat tentang sejarah pertumbuhan daerah di Sulsel yang menganggap bahwa cikal bakal pertumbuhan suatu kesatuan hukum di tanah Sulsel selalu dimulai dari Tomanurung.

Selain Raja Gowa ke I Tumanurunga ri Takabasia, dikenal pula Tomanurung lain seperti Mata Silompoe di Bone, Manurunge ri Matajang, Sampurusiang di Luwu, dan Manurunge ri Sakkanyili di Soppeng. Demikian pula di Lamuru yang dikenal dengan Manurunge ri Selorong yang diberi gelar Petta Pitue Matanna.

Manurunge ri Selorong inilah yang dianggap sebagai cikal-bakal pembentukan Lamuru sebagai suatu kesatuan hukum hingga akhirnya berkembang menjadi suatu kerajaan yang disebut kerajaan Lamuru. Gelar raja Kerajaan Lamuru disebut Datu.

Mengacu pada perhitungan masa Tomanurung di Sulsel, maka diperkirakan masa terbentuknya Kerajaan Lamuru terjadi pada sekitar abad ke XIV.




(urw/asm)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads