Mengenal Rumah Adat Honai Khas Papua, Asal Usul hingga Jenisnya

Mengenal Rumah Adat Honai Khas Papua, Asal Usul hingga Jenisnya

Rasmilawanti Rustam - detikSulsel
Sabtu, 28 Jan 2023 11:30 WIB
Rumah Honai
Ilustrasi Foto: Hari Suroto/Istimewa
Makassar -

Rumah adat Honai khas Papua sering juga disebut onai oleh masyarakat lokal. Berikut informasi lengkap tentang Rumah Honai khas Papua.

Mengutip laman Indonesia.go.id, rumah Honai dapat ditemukan di lembah dan pegunungan di tengah pulau Papua. Utamanya, Rumah Honai berada di ketinggian 1.600-1.700 meter di atas permukaan laut.

Honai merupakan rumah mungil yang memiliki bentuk seperti jamur. Dasarnya, berbentuk lingkaran serta atap berbentuk kerucut yang terbuat dari jerami.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan bentuk atap kerucut yang menutupi hingga bawah ini bertujuan untuk melindungi seluruh permukaan dinding agar tidak terkena air hujan. Selain itu, juga agar orang-orang yang di dalamnya tidak kedinginan.

Asal-usul Rumah Honai Khas Papua

Mengutip buku berjudul Rumah Bundar oleh Fangnania T. Rumthe pada laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dahulu, orang-orang suku Dani masih tinggal di bawah pohon-pohon besar. Jadi ketika waktu malam sudah datang, orang-orang itu merasakan kedinginan.

ADVERTISEMENT

Apalagi saat waktu hujan, mereka akan basah kehujanan dan kedinginan. Pasalnya, daun-daun pada pohon tersebut tidak dapat terus menerus menahan derasnya air hujan, apalagi saat angin bertiup kencang.

Lalu pada suatu hari, masyarakat suku Dani yang bergantung pada alam tersebut, kemudian belajar dengan burung-burung yang ada di sekitar.

Mereka memperhatikan burung-burung yang sedang membuat sarang. Burung tersebut akan membuat sarang ketika hendak bertelur.

Mereka melihat burung jantan dan betina itu terbang kesana kemari untuk mengumpulkan sejumlah ranting kayu dan rumput kering. Bahan-bahan tersebut kemudian dibentuk menjadi sarang yang bulat dan menjadi tempat tinggal yang hangat untuk anak burung yang baru lahir.

Masyarakat suku Dani itu akhirnya juga belajar membuat rumah yang dapat melindungi mereka dari cuaca panas, dingin, dan hujan. Kemudian rumah itu dikenal dengan nama Honai, atau onai. Dalam bahasa daerah onai artinya rumah.

Honai yang dibangun masyarakat suku Dani ini berbentuk bundar atau lingkaran persis seperti sarang burung, begitu pun atapnya yang berbentuk setengah lingkaran. Tidak ada Honai yang tidak bundar.

Bahan-Bahan untuk Membuat Honai

Berikut ini adalah bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat Honai. Semua bahannya diambil dari alam.

  • Papan cincang, disebut papan cincang karena kedua ujung papan itu dibuat runcing seperti tombak. Ujung papan yang runcing akan ditanam ke dalam tanah. Papan cincang dimanfaatkan sebagai dinding Honai.
  • Balok kayu untuk tiang tengah atau tiang utama. Tiang utama berfungsi menyangga atap Honai.
  • Kayu buah untuk rangka penutup atap Honai.
  • Lokop/Pinde bentuknya seperti bambu kecil panjang berfungsi sebagai alas tempat tidur.
  • Rumput alang-alang sebagai atap Honai.
  • Tali rotan, berasal dari akar-akar pohon, atau tanaman sulur-suluran yang berfungsi seperti tali.

Proses Pembuatan Honai

Keluarga yang ingin membuat Honai akan mengundang kerabat atau keluarganya. Jadi selama proses pembangunan Honai, mereka akan makan bersama-sama yang disebut bakar batu.

Pertama-tama, mereka akan menggali tanah kemudian menaruh sebuah batu besar yang datar sebagai alas tiang. Setelah itu, tiang utama itu ditaruh di atas batu besar tersebut.

Tujuannya, agar tiang utama itu tidak cepat lapuk karena resapan air. Kemudian tiang tersebut diletakkan di titik tengah Honai.

Selanjutnya di sekitar tiang tersebut digali tanah berbentuk lingkaran. Papan cincang yang berujung tajam ditancapkan atau ditanam mengikuti lingkaran yang sudah digali.

Sementara jarak tiang utama dengan papan cincang disesuaikan dengan luas Honai yang ingin dibuat. Kemudian setiap papan yang ditanam, harus diikat dengan tali rotan agar dinding papan dapat berdiri dengan kokoh.

Masyarakat suku Dani paling ahli dalam membentuk lingkaran Honai tanpa menggunakan jangka atau alat khusus. Konon katanya, itu merupakan kemampuan yang berasal dari hati.

Setelah tiang dan dinding Honai berdiri, selanjutnya memasang rangka atap dengan cara mengikat kayu buah pada tiang utama dan dinding Honai. Kemudian kayu buah tersebut disusun melingkar seperti payung di atas Honai.

Berikutnya alang-alang dikumpulkan kemudian diikat seperti mengikat sapu lidi untuk dipasang di atap. Lalu atap tersebut diikat di rangka atap menggunakan tali rotan. Agar tidak cepat membusuk, atap alang-alang tersebut diasapi.

Bagian alasnya, masyarakat suku Dani menganyam lokop/pinde untuk dijadikan tikar sebagai tempat tidur. Lokop/pinde adalah bahasa daerah untuk tanaman yang menyerupai rotan karena sifatnya yang lentur, namun pada bagian dalamnya berongga seperti bambu.

Proses akhirnya, masyarakat suku Dani membuat tungku api di dalam Honai. Tungku api tersebut berfungsi sebagai penghangat atau sekaligus untuk membakar ubi.

Sementara untuk mencegah air hujan masuk ke dalam Honai, mereka membuat salurang air di sekeliling Honai. Dan Honai ini dapat digunakan selama 4-5 tahun.

Jenis-Jenis Honai

Honai laki-laki adalah Honai yang ditepati tidur laki-laki dewasa dan yang beranjak dewasa. Honai ini berbentuk lebih besar dan digunakan untuk menyimpan simbol-simbol adat.

Selain itu, Honai laki-laki juga dipakai untuk pertemuan kelompok atau menerima tamu. Oleh karena itu, Honai laki-laki ini lebih besar.

Sementara, Honai perempuan adalah tempat tidur untuk ibu-ibu dan anak kecil.

Tidak hanya itu, ada juga tempat yang digunakan untuk dijadikan dapur. Bentuknya persegi panjang.

Terkadang dapur tersebut dijadikan sebagai tempat tidur oleh masyarakat suku Dani. Pasalnya tempat tersebut terasa hangat karena ada aktivitas memasak menggunakan kayu api di tungku.

Setelah cukup hangat, api akan dipadamkan. Lalu tinggal asap di dalam Honai yang dapat menghangatkan badan sampai pagi.

Penerangan di Honai cukup dengan api yang menyala. Mereka jarang menggunakan lilin karena berisiko terjadinya kebakaran.

Honai yang dibangun hanya ada satu pintu dan tidak memiliki jendela. Oleh karena itu, orang yang tinggal di Honai menderita sakit pada saluran pernapasan.

Honai Saat Ini

Seiring berkembangnya zaman dan kesadaran masyarakat, beberapa Honai sudah memiliki jendela sebagai ventilasi. Bahkan ada yang membuat Honai dari bahan batu bata karena kayu dan alang-alang tidak dapat bertahan lama.

Sementara untuk orang-orang yang memiliki pendapatan lebih, sudah mulai membangun rumah. Rumahnya tidak bundar seperti Honai, namun berbentuk persegi panjang dan mereka menyebutnya rumah panjang.

Rumah tersebut memiliki ruangan kamar untuk tidur, pintu dan juga jendela jadi lebih berkembang dan sehat. Sementara untuk dindingnya, tetap dibuat dari papan, dan atapnya menggunakan seng.

Seperti dikatakan tadi, rumah ini dibuat oleh orang yang mempunyai pendapatan lebih lantaran biayanya yang tidak sedikit. Pasalnya, bahan baku yang digunakan berasal dari kota dan dibawa ke lokasi pembangunan cukup menantang karena medannya yang terjal.




(urw/alk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads