Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan (Sulsel) tidak hanya menyajikan keindahan alam namun juga menyimpan jejak misteri dengan keberadaan Makam Tua Manduk Patinna. Di kawasan ini tersusun ribuan tengkorak yang konon telah berusia ratusan tahun.
Makam Tua Manduk Patinna yang terletak di Desa Kadingeh, Kecamatan Baraka, Enrekang. Lokasinya berjarak 2 kilometer dari pusat desa yakni Dusun Dea Kaju. Letak makamnya yang berada di dalam hutan membuat pengunjung atau wisatawan harus berjalan kaki memasuki hutan karena tidak akses kendaraan.
Saat detikSusel menelusuri Makam Tua Manduk Patinna nampak kawasan makam berada di samping tebing tinggi. Saat memasuki area penjaga makam memberi tahu beberapa pantangan yang tidak boleh dilakukan pengunjung atau wisatawan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jadi tolong diperhatikan sebelum kita memasuki makam ini, kita tidak boleh berbicara kasar, memegang tengkorak dan jangan bercanda berlebihan. Ini untuk menghormati leluhur kita," kata penjaga makam, Yadukallan kepada detikSulsel, Senin (3/10/2022).
![]() |
Lokasinya yang berada dalam hutan memberi kesan seram pada pengunjung. Tetapi pengalaman menelusuri kawasan makam ini cukup seru dan menantang. Saat memasuki kawasan makam, jejeran tengkorak, tulang belulang dan peti jenazah kuno yang tersusun rapih langsung terlihat. Beberapa batas spot foto berupa jembatan bambu yang dibangun oleh swadaya masyarakat desa, menambah estetika makan tua tersebut.
"Ada ribuan kalau tengkorak di sini. Mungkin ini lebih banyak yah dari di Toraja," kata Yadukallan.
Selain ribuan tengkorak dan tulang, warga Desa Kadingeh juga pernah menemukan puluhan puluhan peti jenazah kuno yang ada di kawasan makam tersebut.
"Warga juga sempat menemukan benda pusaka seperti sumpit untuk memburu, sisir tradisional yang terbuat dari bambu, gelang, dan pecahan piring kuno. Itu semua disimpan di museum desa biar tidak ada orang yang ambil," jelasnya.
Dulunya Tempat Sakral dan Tidak Dikunjungi
Yadukallan mengungkapkan makam kuno itu ditemukan warga puluhan tahun silam. Ia mengatakan dulu kawasan hutan tempat Makam Tua Manduk Patinna sangat disakralkan oleh warga setempat.
"Jadi dulu tidak ada orang berani masuk. Tapi karena keadaan makam sudah memprihatinkan, warga mencoba menjadikan objek wisata. Ini bertujuan agar nilai sejarah makam bahkan Desa Kadingeh tetap terjaga," jelasnya.
Tidak hanya itu, Yadukallan menunjukkan beberapa meter dari lokasi makam tua tersebut terdapat makam orang Islam pertama di Desa Kadingeh bernama Nene Guru Tana Malea. Menurutnya Nene Guru Tana Malea merupakan imam pertama yang ada di Desa Kadingeh.
"Jadi ada juga satu makam di sana, itu Nene Guru Malea. Imam pertama di desa dan salah satu yang menyebarkan agama Islam di Enrekang. Nah masyarakat sering berziarah ke makam itu, biasanya kalau ada nazar yang tercapai itu mereka pergi ziarah," bebernya.
Asal Nama Manduk Patinna
Kepala Desa Kadingeh, Umar saat ditemui detikSulsel menjelaskan bahwa nama Manduk Patinna yang disematkan pada kawasan makam tua tersebut berasal dari salah satu penghuni makam, yakni Indo Manuk Patina. Diketahui peti milik Indo Manuk Patina sendiri merupakan peti terbesar di area makam tersebut.
"Di setiap sisi petinya terdapat ukiran-ukiran kuno, bahkan Lontara (abjad Bugis kuno)," jelasnya.
Dia menambahkan, dirinya bersama warga menjadikan makam tua tersebut sebagai objek wisata dengan tujuan wisatawan dapat mengetahui sejarah peradaban di Desa Kadingeh.
"Alhamdulillah dampaknya sekarang sudah sering ada wisatawan datang dan mengetahui sejarah desa kami," jelas Umar.
Sementara salah seroang wisatawan dari Malaysia, Edi mengaku sangat terkesima melihat ribuan tengkorak yang tersusun di makam tua Manduk Patinna. Menurutnya, selain belajar sejarah dirinya juga mendapatkan pengalaman berwisata yang tidak terlupakan.
"Serem yah sebenarnya. Tapi ini ada objek wisata bagus karena kita bisa belajar sejarah juga. Jadi di Enrekang juga ada. Apalagi lokasinya di dalam hutan jadi seru sekali," tandas Edi.
(alk/tau)