Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) mencatatkan neraca perdagangan Sulsel surplus US$ 144,58 juta pada September 2024. Angka itu merupakan surplus tertinggi sepanjang 2024 yang didorong penurunan impor signifikan.
"Surplus untuk bulan September (2024) ini sangat besar bila dibandingkan dengan surplus tahun-tahun sebelumnya di bulan yang sama. Juga paling besar di antara bulan-bulan sebelumnya di tahun 2024 karena ekspornya cukup besar, sedangkan impornya terjadi penurunan yang cukup besar," ujar Kepala BPS Sulsel Aryanto dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).
"Kalau kita lihat antara ekspor dan impor, kita bisa melihat neraca perdagangan untuk Sulawesi Selatan. Nilai ekspor sebesar US$ 191,04 juta, sedangkan impor US$ 46,46 juta, maka terjadi surplus sebesar US$ 144,58 juta," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Catatan BPS Sulsel, neraca perdagangan Sulsel pada Januari 2024 sebesar US$ 88,26 juta, Februari US$ 21,12 juta, Maret US$ 129,19 juta, April US$ 74,74, Mei US$ 77,55 juta, Juni US$ 95,57 juta, Juli US$ 71,87 juta, Agustus US$ 77,76 juta.
Aryanto membeberkan nilai ekspor Sulsel pada September 2024 mencapai US$ 191,04 juta, mengalami penurunan 1,96% dibandingkan bulan sebelumnya atau Agustus 2024 yang tercatat sebesar US$ 194,86 juta. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu atau September 2023 yang mencapai US$ 201,00 juta, terjadi penurunan 4,96%.
"Kalau kita lihat kumulatif dari Januari sampai September tahun 2024 (US$ 1,571.34 miliar) bila dibandingkan Januari sampai September 2023 (US$ 1,682.17 miliar), terjadi penurunan sebesar 6,59%," katanya.
Lebih lanjut, Aryanto mengungkapkan negara tujuan utama ekspor pada September adalah Jepang sebesar US$ 79,95 juta, Tiongkok US$ 49,69 juta, Thailand US$ 27,49 juta, Malaysia US$ 6,98 juta, dan Amerika Serikat US$ 3,31 juta.
"Kalau kita komoditas yang diekspor, yang pertama adalah nikel atau HS 75 ini sebesar US$ 75,82 juta, bahan bakar mineral atau HS 27 sebesar US$ 27,24 juta, besi dan baja atau HS 72 sebesar US$ 22,81 juta, kakao/cokelat atau HS 18 sebesar US$ 15,63 juta, dan biji-bijian berminyak atau HS 12 itu sebesar US$ 12,03 juta," urainya.
Di sisi impor, Aryanto memaparkan nilai impor Sulsel pada September 2024 tercatat sebesar US$ 46,46 juta, turun drastis sebesar 60,33% dibandingkan Agustus 2024 yang mencapai US$ 117,10 juta. Jika dibandingkan dengan September 2023, impor juga mengalami penurunan 51,35%.
"Secara kumulatif, dari Januari sampai September 2023 (dibanding Januari sampai September 2024) terjadi penurunan impor sebesar 9,19% dari US$ 870,73 juta menjadi US$ 790,69 juta," terangnya.
Adapun lima negara pemasok utama impor Sulsel pada September 2024 adalah Brasil dengan nilai US$ 16,81 juta, diikuti Tiongkok US$ 9,21 juta, Ukraina US$ 8,39 juta, Singapura US$ 4,61 juta, dan Australia US$ 2,12 juta.
"Kalau kita lihat komoditasnya, kita bisa melihat, pertama adalah gula dan kembang gula atau HS 17 sebesar US$ 16,81 juta, gandum-ganduman atau HS 10 sebesar US$ 8,39 juta, mesin-mesin/pesawat mekanik atau HS 84 sebesar US$ 5,56 juta, bakar bakar mineral atau HS 27 sebesar US$ 4,24 juta, dan olahan makanan hewan atau HS 23 sebesar US$ 1,59 juta," rincinya.
(sar/hsr)