Penerimaan Pajak di Sulsel Tembus Rp 4,12 T hingga April 2024

Penerimaan Pajak di Sulsel Tembus Rp 4,12 T hingga April 2024

LM. Mashudi - detikSulsel
Kamis, 30 Mei 2024 15:50 WIB
Ilustrasi Setoran Pajak Tekor
Foto: Ilustrasi Setoran Pajak (Tim Infografis: Mindra Purnomo)
Makassar -

Penerimaan pajak di Sulawesi Selatan (Sulsel) hingga April 2024 mencapai Rp 4,12 triliun atau 29,66% dari target tahunan. Jumlah tersebut tumbuh 2,06% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

"Kinerja penerimaan pajak sampai dengan 30 April 2024 mencapai Rp 4,12 triliun atau 29,66% dari target tahun 2024 sebesar Rp 13,89 triliun, meningkat 2,06% (yoy)," kata Kepala Kanwil DJP Sulselbartra Heri Kuswanto dalam keterangannya, Rabu (29/5/2024).

Heri menerangkan, mayoritas jenis penerimaan pajak mengalami pertumbuhan negatif. Komoditas utama seperti nikel dan kelapa sawit juga mengalami penurunan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Mayoritas jenis pajak utama mengalami pertumbuhan negatif disebabkan aktivitas ekonomi yang melambat pada sektor konstruksi dan pertambangan, serta turunnya beberapa komoditas seperti nikel dan kelapa sawit," terangnya.

Sementara itu, SPT Tahunan mengalami peningkatan sebesar 11,94% dibanding tahun sebelumnya. Total 484.467 wajib pajak yang telah melaporkan SPT tahunan pada tahun 2024 dibandingkan 456.532 SPT di tahun sebelumnya.

ADVERTISEMENT

Selain itu, penerimaan kepabeanan dan cukai di Sulsel sampai April 2024 mencapai Rp 131,95 miliar atau 30,96% dari target tahun 2024 sebesar Rp 426,18 miliar. Peningkatan ini ditopang penerimaan bea masuk sebesar 75,33% (yoy).

"Capaian penerimaan ditopang oleh peningkatan penerimaan bea masuk yang signifikan sebesar 75,33% (yoy) akibat pertumbuhan impor bayar yang melonjak tajam," jelasnya.

Sedangkan penerimaan bea keluar mengalami penurunan sebesar 2,20%. Penurunan ini terjadi akibat lonjakan harga ekspor kakao capai 110,2%, serta terjadi penyusutan lahan perkebunan kakao lokal Sulawesi Selatan.

"Di samping itu, bahan mentah kakao sulit didapatkan akibat menyusutnya lahan perkebunan kakao lokal Sulsel," paparnya.




(ata/asm)

Hide Ads