Kegiatan pelepasan ekspor tersebut digelar di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar pada Senin (17/10). Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulsel Ahmadi Akil menyebut total ekspor mencapai 58.025 ton.
"Pada pelepasan ekspor ini diikuti oleh 81 pelaku usaha ekspor, dengan 37 Komoditas dan 29 negara tujuan ekspor, dengan volume ekspor sebesar 58.025 ton dan nilai ekspor USD 96,49 Juta atau setara dengan Rp 1,46 triliun," ujar Ahmadi Akil dalam laporannya, Selasa (17/20/2023).
Akil tidak merinci 29 negara tujuan ekspor yang dimaksud. Namun komoditas unggulan itu ada yang dieskpor melalui Pelabuhan Makassar menuju ke Shanghai China.
Ada pun jenis produk yang diekspor, yakni alloy nickel, biji kopi, carragenan, udang segar, ikan tuna, rumput laut, cengkeh, biji kakao, kakao liquor. Selanjutnya cumi-cumi, daging kepiting, mete kupas, porang chips, minyak milam, hingga rumput siong.
"Marmer, telur ikan terbang, getah pinus, dedak gandum, ikan olahan, kayu olahan, kemukus (rempah-rempah), mie instan, gambir, damar, lobster, buah kelapa, cabe merah, dan lain-lainnya," sebut Ahmadi Akil.
Dia menambahkan kegiatan ekspor sedianya melibatkan 81 pelaku usaha. Namun ada 5 pelaku usaha di antaranya yang hadir langsung saat acara pelepasan ekspor secara simbolis.
"Dan diwakili pelaku usaha ekspor yaitu, PT. Huadi Nickel Alloy Indonesia, PT. Mega Citra Karya, PT. Bintang Mas Sportindo, PT. Simpul Agro Globalindo, PT. Comextra Majora," ungkapnya.
Sementara, Pj Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengatakan momen pelepasan ekspor ini sebuah pesan yang hendak disampaikan kepada khalayak. Dia menyebut ekspor ke Shanghai ini merupakan prestasi tersendiri bagi Sulsel.
"Bahwa hari ini kita membuka peluang pasar ekspor langsung ke Shanghai. Ini Pak, Shanghai ini yang perlu di highlight, yang lain biasa-biasa. Maafkan saya, bukan saya tidak menghargai yang lain. Yang lain itu sudah saya tahu dari dulu," beber Bahtiar.
Dia lantas menyinggung soal biaya cukai yang cukup mahal jika ekspor dilakukan melalui rute regional. Sehingga, Bahtiar bangga karena ekspor kali ini dilakukan langsung tanpa transit di pelabuhan nusantara.
"Yang mau saya hadiri adalah pasar ekspor dari Makassar langsung ke lintang utara, langsung ke negara lain. Kenapa? Karena kalau masih lewat Surabaya, Selat Malaka, mampir di Pelabuhan Changi Singapura, mahal casnya. Cukainya mahal," tuturnya.
Bahtiar kemudian menyinggung soal kondisi pelabuhan Makassar yang jarang dimanfaatkan untuk kepentingan bisnis ekspor. Padahal, negara telah menghabiskan biaya membangun pelabuhan sebesar itu.
"Percuma, sia-sia uang besar negara bangun pelabuhan besar sini. Ini pelabuhan besar sekali untuk kontainer ini. Kita tidak ada barang-barang. Buat apa kita bikin besar-besar ini? Kalau kita tidak gunakan untuk bisnis," paparnya.
Menurutnya, kontainer yang ada di pelabuhan tersebut masih sangat sedikit. Bahtiar menilai, pelabuhan tersebut masih minim dengan aktivitas ekspor barang dari Sulsel ke wilayah lainnya.
"Ini mungkin belum sampai 30%. Mungkin 30% paling tinggi. Mungkin masih ada kosong 70%. Pesan ini yang hendak kita sampaikan ke pelaku bisnis di Sulsel," imbuhnya.
(sar/hmw)