Inflasi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami kenaikan pada September hingga tembus 6,35 persen year on year (yoy) yang capaiannya lebih tinggi dari nasional sebesar 5,95 pada periode yang sama. Namun Pemprov Sulsel mengklaim ketahanan pangan masih terjaga.
"Untuk sampai bulan September, kalau year on year itu (inflasi) kita berada pada 6,35 persen. Dia lebih lebih tinggi 0,4 persen dari nasional, (inflasi nasional) sekitar 5,95 persen," ungkap Plt Kepala Biro Ekonomi Sulsel Andi Bintang Darmawan kepada detikSulsel, Kamis (13/10/2022).
Darmawan Bintang mengatakan, penyumbang terbesar dari tingkat inflasi Sulsel adalah kenaikan harga jasa transportasi. Harga jasa transportasi meningkat dikarenakan adanya kebijakan kenaikan harga BBM.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyumbang terbesar itu adalah di (kenaikan harga) transportasi memang. Terutama di BBM dengan transportasinya sendiri yang mengalami kenaikan," katanya.
Darmawan Bintang menyebut Pemprov Sulsel telah menggelar High Level Meeting bersama seluruh unsur Forkompimda. Dalam pertemuan tersebut turut hadir seluruh Wali Kota dan Bupati di wilayah Sulsel.
"Tindak lanjut itu merupakan bagian tentu tidak hanya provinsi bergerak sendiri tapi adanya sinergitas antar semua unsur untuk menyikapi inflasi itu," sebutnya.
Salah satu upaya untuk mengendalikan inflasi Pemprov Sulsel telah menyisihkan 2 persen dari dana transfer umum sebesar Rp 13,5 miliar untuk menjadi bantalan sosial. Dia menuturkan Kabupaten/Kota juga melakukan hal yang sama.
"Provinsi sudah menyiapkan langkah-langkah terutama belanja wajib yang 2 persen itu demikian juga kabupaten/Kota sudah menyiapkan," tutur Darmawan Bintang.
Sementara untuk mengendalikan inflasi yang terjadi karena keterbatasan komoditas, Darmawan Bintang mengatakan akan ada koordinasi antar daerah untuk saling memenuhi kebutuhan masing-masing. Hal itu diharapkan akan dapat menjaga ketersediaan komoditas.
"Kerja sama antar daerah dalam hal untuk penyediaan komoditas yang mungkin berpengaruh terhadap inflasi di satu daerah dengan daerah lainnya," tukasnya.
Pemprov Sulsel juga mengaku saat ini ketahanan pangan di Sulsel masih cukup kokoh. Stok pangan disebut masih terjaga.
"Alhamdulillah untuk sampai saat ini berdasarkan hasil koordinasi kemarin bahwa ketahanan kita cukup kokoh," ungkap Darmawan.
Berdasarkan data dari Perum Bulog, Darmawan Bintang mengungkapkan saat ini stok beras di Sulawesi Selatan berjumlah 119.587.040 kilogram. Dengan jumlah itu, dia mengatakan Sulsel pada posisi kelebihan stok.
"Kita masih overstok," katanya.
Namun, Darmawan Bintang menuturkan pihaknya akan tetap waspada. Khususnya dalam mengantisipasi hal-hal yang mungkin akan mempengaruhi kelebihan stok beras itu.
"Misalnya terkait ketersediaan bibit, kemudian pupuk, kemudian berkaitan dengan perubahan iklim. Kemudian angkutan-angkutan infrastruktur, terutama jalan dan sebagainya," tuturnya.
Darmawan Bintang juga menegaskan dengan adanya ancaman badai ekonomi yang diperingatkan Presiden Jokowi, Pemprov Sulsel akan betul-betul menjaga ketersediaan stok pangan. Salah satunya dengan memastikan stok yang saat ini ada tidak keluar dari Sulsel.
"Dalam arti jangan sampai overstok kita dibawa ke luar. Itu akan menjadi bagian pengurang bagi kita," pungkasnya.
(sar/nvl)