Pengamat Wanti-wanti Kejutan Inflasi Putaran Kedua Dampak Kenaikan BBM

Pengamat Wanti-wanti Kejutan Inflasi Putaran Kedua Dampak Kenaikan BBM

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Senin, 12 Sep 2022 09:11 WIB
Warga melakukan pengisian BBM jenis Pertamax di SPBU Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu (30/3/2022). Kabar berhembus BBM Ron 92 Pertamax bakal naik pada 1 April 2022. Kenaikan harga ini memang santer dikabarkan seiring dengan melejitnya harga minyak dunia.
Ilustrasi lonjakan inflasi imbas kenaikan harga BBM. (Foto: Agung Pambudhy)
Makassar -

Pengamat ekonomi Prof Hamid Paddu mewanti-wanti kejutan lonjakan inflasi pada putaran kedua dampak kenaikan BBM. Meski begitu ia berharap putaran kedua dampak kenaikan BBM tidak membuat shock ekonomi di Sulawesi Selatan.

"Kita berharap bahwa dampak putaran keduanya (kenaikan BBM) itu tidak menimbulkan shock," jelasnya kepada detikSulsel, Minggu (11/9/2022).

Prof Hamid Paddu menjelaskan, pada putaran pertama dampak kenaikan BBM adalah sektor ekonomi yang terkait langsung. Salah satunya jasa transportasi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Putaran pertamanya kan berdampak pada transportasi dan sebagainya, sehingga barang-barang yang terkait dengan transportasi akan meningkat," imbuhnya.

Sementara pada putaran berikutnya adalah barang-barang yang ikut naik secara psikologis. Yakni barang-barang yang tidak terkait langsung dengan BBM.

ADVERTISEMENT

"Putaran berikutnya itu bisa secara psikologi kalau barang-barang lain meningkat, meskipun bukan berpengaruh langsung barangnya dengan BBM. Tapi secara psikologi mereka melihat barang-barang naik maka mereka juga menaikkan harganya," papar Prof Hamid Paddu.

Sehingga menurutnya, masyarakat dan pemerintah harus pandai dalam menyikapi hal ini. Pasalnya, risiko terburuk dari dampak putaran kedua adalah inflasi kembali melonjak hingga 1,5% dari kenaikan pada putaran pertama.

"Dampak terburuknya jika tidak diantisipasi dengan baik adalah inflasi akan naik lagi 1 hingga 1,5 persen," kata Prof Hamid Paddu.

Target batas inflasi secara keseluruhan adalah 3+1-1, artinya paling tinggi 4 persen. Sementara pada dampak putaran pertama diprediksi inflasi di Indonesia maupun di Sulsel akan melebihi ambang batas ini.

"Inflasi tinggi ini akan menghantam masyarakat. Kalau harga naik, masyarakat dengan pendapatan tetap di kelas menengah itu akan terhantam. Apalagi masyarakat yang memiliki pendapatan tidak tetap," jelasnya.

Sehingga jika tidak diantisipasi dengan baik, kondisi ini akan menambah masyarakat yang masuk garis kemiskinan.

"Masyarakat yang sebelumnya masih di atas garis kemiskinan, dengan peningkatan inflasi yang cukup tinggi bisa saja tiba-tiba mereka menjadi miskin," kata Prof Hamid Paddu.

Sehingga menurutnya pemerintah harus memiliki langkah tepat untuk mencegah putaran kedua dampak kenaikan BBM ini.

"Jadi memang sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah yang bisa meredam," pungkasnya.




(alk/urw)

Hide Ads