Indonesia Masuk Negara Berpotensi Resesi, Ini Faktor Pemicunya

Indonesia Masuk Negara Berpotensi Resesi, Ini Faktor Pemicunya

Al Khoriah Etiek Nugraha - detikSulsel
Sabtu, 16 Jul 2022 14:55 WIB
Poster
Foto: Ilustrasi resesi Indonesia. (Edi Wahyono)
Makassar -

Indonesia menjadi salah satu dari 15 negara yang terancam kemungkinan mengalami resesi menurut survei yang dilakukan perusahaan keuangan Amerika Serikat Bloomberg. Hal ini dampak dari ketidakstabilan roda perekonomian di dunia.

Ekonom Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Anas Iswanto mengatakan prediksi terkait resesi ini tidak perlu disikapi dengan panik. Menurutnya, kemungkinan Indonesia mengalami resesi berada di angka 3% yang diprediksi Bloomberg, masih terbilang kecil.

"Kan kecil. Kenapa orang hitungannya kecil? Karena pasar kita besar," ujar Anas kepada detikSulsel, Jumat (15/7/2022).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, hal ini tidak bisa diabaikan begitu saja karena menurutnya pertumbuhan ekonomi di Indonesia juga tidak bisa dikatakan aman. Dengan adanya ancaman resesi ini pemerintah harus berupaya untuk kembali menstabilkan pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

"Dia tidak aman karena ancamannya ada, jadi tidak boleh dibiarkan. Jadi tinggal kita lihat di celah mana kita bisa bermain untuk menstabilkan lagi kembali," katanya.

ADVERTISEMENT

Anas Iswanto mengatakan ada sejumlah faktor yang membuat Indonesia ikut terancam resesi. Penyebab utama karena kondisi ekonomi dunia yang buruk.

Berikut faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu resesi di Indonesia:

1. Kondisi Ekonomi Dunia yang Buruk

Anas menjelaskan Indonesia masuk dalam negara yang terancam resesi utamanya dipicu oleh faktor eksternal. Faktor yang dimaksud adalah kondisi ekonomi dunia yang sangat buruk dan perselisihan antar negara.

"Jadi sebenarnya itu dipicu oleh eksternal dari ekonomi Indonesia. Ekonomi dunia yang sangat buruk, kemungkinan ditambah dengan banyaknya perselisihan antar negara, kemudian yang terakhir ini Bangladesh. Itu mengakibatkan inflasi yang besar-besaran di dunia," jelas Anas kepada detikSulsel, Kamis (14/72022).

2. Indonesia Masih Bergantung pada Negara Lain

Anas mengatakan ekonomi Indonesia masih sangat bergantung dengan negara lain. Sehingga jika ada gejolak pada roda perekonomian dunia akan berimbas ke Indonesia.

"Seandainya ekonomi kita mandiri, tidak ada urusan. Jadi ini sama dengan Amerika baru batuk-batuk ekonominya, kita sudah muntah darah. Itu karena ketidakmandirian," tambahnya.

3. Maraknya Korupsi

Menurut Anas, maraknya korupsi bisa menjadi pemicu terjadinya resesi saat ekonomi Indonesia ikut bergejolak. Apalagi, hingga saat ini pemerintah belum berhasil menangani maraknya praktik korupsi yang terjadi di Indonesia.

"Kalau faktor internal kan selama ini kita tahu ji, ancaman terbesar itu kan ada di korupsi, dan itu juga belum selesai," ujar Anas.

4. Ekonomi Indonesia Belum Pulih 100 Persen

Faktor lain adalah kondisi ekonomi yang belum pulih sepenuhnya dari dampak pandemi COVID-19 dua tahun lalu. Sektor-sektor ekonomi hingga pariwisata belum normal.

Sehingga jika diterpa dengan masalah ekonomi dunia akan mengancam Indonesia kembali memasuki masa resesi. Menurut Anas jika pun kondisi ekonomi pasca pandemi telah normal sepenuh masih akan goyah jika diterpa isu global, apalagi dalam kondisi saat ini.

"Kan pandeminya belum berakhir, artinya belum 100 persen, orang masih ragu-ragu, belum bergerak sektor pariwisata 100 persen. Sedangkan seandainya sudah terjadi recovery 100 persen dari pandemi, tetapi ditambah dengan krisis ekonomi global akibat peperangan, dan sebagainya, itu lebih berbahaya menurut saya," kata Anas.

Simak antisipasi resesi di halaman selanjutnya.

Upaya Antisipasi Resesi di Indonesia

Anas mengatakan pemerintah harus mengambil sikap untuk menekan resiko resesi di Indonesia, utamanya pada faktor pemicu internal. Pasalnya, jika pemerintah tidak bisa menekan faktor internal kemudian ditempa dengan faktor eksternal maka ancaman resesi semakin nyata.

"Jadi kalau dihantam itu faktor eksternal kemudian kita tidak konsisten dengan menyelesaikan faktor-faktor internal yang selama ini menjadi momok terutama korupsi dan segala macam itu, berarti ancamannya semakin besar," katanya.

Menurut Anas, pemerintah sebaiknya mempertahankan dulu keadaan saat ini. Serta perlu memperhatikan distribusi yang merata agar pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih berkualitas.

"Jadi kalau saya, mempertahankan saja dulu, jangan terlalu tinggi dulu cita-citanya, tidak rasional. Jangan terlalu kita kejar itu angka, tapi yang kita butuhkan adalah distribusi dari angka itu," jelasnya.

Anas menambahkan, ancaman resesi saat juga bisa dihindari dengan mendorong pertumbuhan UMKM dan pertumbuhan pasar dalam negeri.

"Jadi masih ada kemungkinan, kalau benar-benar diaktifkan, didorong untuk UMKM, pasarnya juga dalam negeri, itu (resesi) bisa kita hindari," jelasnya.

Simak selengkapnya di halaman berikutnya.

Anas juga menambahkan, untuk menghadapi kemungkinan resesi, pemerintah Indonesia perlu melakukan pendekatan yang seimbang dalam menangani ancaman eksternal maupun internal.

"Mestinya kita konsen mengeliminir internal, kita fokus menghadapi eksternal. Jadi bagaimana kita benar-benar mengeliminir masalah-masalah internal yang mengganggu, kemudian kita fokus bersama-sama menghadapi yang namanya serangan dari luar. Bersamaan, tidak ada boleh prioritas, karena serangannya juga membabi buta," ungkapnya.

Langkah lainnya yang perlu ditempuh oleh pemerintah Indonesia, yaitu melalui pengaturan regulasi yang mampu memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Menurut Anas, pemerintah sebagai pemegang otoritas memiliki kekuatan besar untuk mendorong penyelesaian terhadap masalah perekonomian Indonesia.

"Pemerintah itu punya 2 kekuatan besar yang tidak dimiliki swasta. Yang pertama adalah, dia bisa bikin aturan, dia bisa bikin regulasi. Kemudian yang kedua dia punya duit. Jadi kalau selama konsentrasi dipusatkan dulu kepada penyelesaian masalah ekonomi, ada skala prioritas namanya, kenapa tidak," ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga perlu menjaga keseimbangan antara kebijakan fiskal dan moneter. Menurut Anas, pemerintah perlu betul-betul memperhatikan setiap kebijakan yang diambil dalam mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia.

"Kan pemerintah itu bisa masuk, terutama dalam dua kebijakan, yang kita kenal dengan fiskal dan moneter. Kalau dua instrumen itu dilakukan, kemudian koordinasinya baik, bisa selesai. Jadi dua ini kebijakannya, kalau dia tidak koordinasi yang baik, akan saling tabrak," jelas Anas.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Video Viral Dokter RS Unhas Makassar Disebut Tolak Pasien Masuk IGD, Ini Faktanya"
[Gambas:Video 20detik]
(urw/sar)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads