Renungan Harian Katolik, Selasa 9 Desember 2025: Merangkul Domba yang Hilang

Renungan Harian Katolik, Selasa 9 Desember 2025: Merangkul Domba yang Hilang

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Selasa, 09 Des 2025 07:00 WIB
Renungan Harian Katolik, Selasa 9 Desember 2025: Merangkul Domba yang Hilang
Foto: RDNE Stock project/Pexels
Makassar -

Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk memperdalam relasi pribadi dengan Allah. Melalui renungan ini, umat diajak untuk merenungkan sabda Tuhan secara lebih personal, menanggapi panggilan-Nya, serta membawanya ke dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Selasa, 9 Desember 2025 adalah peringatan Yosanes Didaci Cuauhtlatoatzin atau Juan Diego. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Yes 40:1-11; Mzm 96:1-2.3.10ac.11-12.13; Mat 18:12-14.

Renungan Katolik 9 Desember 2025 mengangkat tema "Merangkul Domba yang Hilang" dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Juwati Darmawidjaja. Nah, artikel ini juga memuat informasi:

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

  1. Bacaan dan renungan harian 9 Desember 2025 berdasarkan kalender liturgi
  2. Teks Doa Penutup
  3. Kisah Orang Kudus yang diperingati hari ini.

Yuk, disimak!

Renungan Harian Katolik Hari Ini 9 Desember 2025

Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:

ADVERTISEMENT

Bacaan I: Yes 40:1-11

Hiburkanlah, hiburkanlah umat-Ku, demikian firman Allahmu,

tenangkanlah hati Yerusalem dan serukanlah kepadanya, bahwa perhambaannya sudah berakhir, bahwa kesalahannya telah diampuni, sebab ia telah menerima hukuman dari tangan TUHAN dua kali lipat karena segala dosanya.

Ada suara yang berseru-seru: "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk TUHAN, luruskanlah di padang belantara jalan raya bagi Allah kita!

Setiap lembah harus ditutup, dan setiap gunung dan bukit diratakan; tanah yang berbukit-bukit harus menjadi tanah yang rata, dan tanah yang berlekuk-lekuk menjadi dataran;

maka kemuliaan TUHAN akan dinyatakan dan seluruh umat manusia akan melihatnya bersama-sama; sungguh, TUHAN sendiri telah mengatakannya."

Ada suara yang berkata: "Berserulah!" Jawabku: "Apakah yang harus kuserukan?" "Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang.

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, apabila TUHAN menghembusnya dengan nafas-Nya. Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput.

Rumput menjadi kering, bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk selama-lamanya."

Hai Sion, pembawa kabar baik, naiklah ke atas gunung yang tinggi! Hai Yerusalem, pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! Katakanlah kepada kota-kota Yehuda: "Lihat, itu Allahmu!"

Lihat, itu Tuhan ALLAH, Ia datang dengan kekuatan dan dengan tangan-Nya Ia berkuasa. Lihat, mereka yang menjadi upah jerih payah-Nya ada bersama-sama Dia, dan mereka yang diperoleh-Nya berjalan di hadapan-Nya.

Seperti seorang gembala Ia menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya; anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati.

Mazmur Tanggapan: Mzm 96:1-2.3.10ac.11-12.13

Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi!

Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah nama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.

Ceritakanlah kemuliaan-Nya di antara bangsa-bangsa dan perbuatan-perbuatan yang ajaib di antara segala suku bangsa.

Katakanlah di antara bangsa-bangsa: "TUHAN itu Raja! Sungguh tegak dunia, tidak goyang. Ia akan mengadili bangsa-bangsa dalam kebenaran."

Biarlah langit bersukacita dan bumi bersorak-sorak, biarlah gemuruh laut serta isinya,

biarlah beria-ria padang dan segala yang di atasnya, maka segala pohon di hutan bersorak-sorai

di hadapan Tuhan, sebab Ia datang. sebab Ia datang untuk menghakimi bumi. Ia datang menghakimi dunia dengan keadilan, dan bangsa-bangsa dengan kesetianNya.

Bacaan Injil: Mat 18:12-14

"Bagaimana pendapatmu? Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang sesat itu?

Dan Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya jika ia berhasil menemukannya, lebih besar kegembiraannya atas yang seekor itu dari pada atas yang kesembilan puluh sembilan ekor yang tidak sesat.

Demikian juga Bapamu yang di sorga tidak menghendaki supaya seorangpun dari anak-anak ini hilang."

Renungan Hari Ini: Merangkul Domba yang Hilang

"Demikian juga Bapamu yang di surga tidak menghendaki salah seorang dari yang kecil ini hilang." (Mat. 18:14)

Dalam kehidupan menggereja, kita sering menjumpai umat yang lama tidak hadir dalam kegiatan lingkungan, bahkan jarang mengikuti perayaan Ekaristi. Sementara itu, sebagian dari kita yang rajin beribadat dan aktif dalam pelayanan terkadang menutup diri dari mereka.

Namun demikian, setiap umat memiliki tempat yang sama di hadapan Allah. Banyak umat berhenti datang ke gereja bukan terutama karena malas, melainkan karena malu.

Mereka merasa dihakimi, sadar atau tidak, oleh sesama umat. Sikap ini membuat mereka semakin menjauh.

Sesungguhnya, mereka adalah saudara-saudara kita, domba yang tersesat, yang seharusnya dicari dan dituntun kembali. Jika kita menutup hati, bagaimana mereka bisa menemukan jalan pulang?

Yesus bersabda dalam Injil, "Jika seorang mempunyai seratus ekor domba, dan seekor di antaranya sesat, tidakkah ia akan meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di pegunungan dan pergi mencari yang tersesat itu?" (Mat. 18:12).

Sabda ini menegaskan betapa berharganya setiap jiwa di mata Allah. Ia rela meninggalkan yang banyak demi menemukan yang satu, sebab bagi-Nya satu jiwa pun tidak boleh hilang.

Inilah wajah Allah yang penuh belas kasih. Domba yang tersesat biasanya bukan tiba-tiba kehilangan arah.

Bisa saja ia terhenti di tempat yang nyaman, menikmati rumput hijau, hingga lupa mendengar suara gembala. Lama kelamaan ia tertinggal, bingung, dan tidak tahu jalan pulang.

Demikian juga kita. Sering kali kita terjebak dalam kesibukan, mengejar kenyamanan, hingga lupa menyapa Tuhan dalam doa.

Saat menyadarinya, kita merasa sudah terlalu jauh, bahkan tenggelam dalam kubangan dosa. Namun justru di sanalah Tuhan menanti kita.

Yesus tidak pernah lelah mencari. Ia rindu agar setiap umat kembali merasakan kasih dan kehangatan Gereja.

Kasih Allah tidak terbatas pada jumlah, melainkan pada nilai setiap pribadi. Karena itu, marilah kita membuka hati, tidak menghakimi, tetapi merangkul.

Kita dipanggil menjadi sahabat bagi saudara yang tersesat, agar melalui sikap kita, mereka kembali merasakan pelukan Bapa yang penuh kerahiman.

Doa Penutup

Tuhan, jadikanlah hati kami penuh belas kasih, agar mampu merangkul saudara-saudara yang tersesat kembali ke pangkuan-Mu.

Kisah Orang Kudus Hari Ini

Santo Fransiskus Antonius, Pengaku Iman

Fransiskus Antonius lahir di Lucera, Apulia, Italia pada tahun 1681. Nama kecilnya ialah Antonius Yohanes Nikolas dan dipanggil dengan nama Yohanie.

Ayahnya, Fasani, seorang petani miskin di daerah itu. Tatkala Yohanie berusia 10 tahun, ayahnya meninggal dunia.

Dengan itu ia tidak begitu dalam mengalami pendidikan dan kehangatan cinta seorang ayah di dalam keluarga. Namun hal itu dialaminya kembali ketika ibunya menikah lagi dengan seorang petani di situ.

Ayah tirinya sangat baik hati dan mendidiknya sungguh-sungguh seperti anak kandungnya sendiri. Atas bimbingan ayah tirinya, Yohanie dapat berkembang baik dan kemudian masuk sekolah dasar di Lucera.

Setelah menamatkan studinya Yohanie masuk biara di Lucera atas kehendaknya sendiri yang direstui kedua orangtuanya. Pada usia 15 tahun ia sudah mengenakan jubah novisiat dan tinggal di kota Monte Gargano.

Pada tahun 1707 ia ditahbiskan menjadi imam di kota Asisi. Kemungkinan pada waktu itulah ia mengambil nama 'Fransiskus Antonius'.

Setelah menjadi imam ia masih melanjutkan studinya dalam bidang filsafat. Berkat ketekunan dan kecerdasannya maka dalam waktu singkat ia dapat menyelesaikan pelajarannya.

Selanjutnya ia menjabat dosen filsafat di Kolese Lucera, sambil berkarya melayani umat. Ia giat berkotbah demi pengembangan iman umatnya dan rekan sebiaranya.

Masa tuanya dihabiskan di Lucera. Keberhasilan hidupnya tidak terletak pada jabatannya sebagai dosen yang terkenal, tetapi karena cinta kasih dan pelayanannya yang tulus kepada umatnya.

Ia pun sering berkotbah di Apulia. Dengan aktif ia mengumpulkan dana bagi kaum miskin dan menghibur para tahanan yang menghadapi hukuman mati. Meskipun berbagai kesibukannya, ia tetap menyediakan waktu untuk menerima orang-orang yang datang untuk meminta nasehatnya.

Umatnya sungguh mencintai dia: menerima dia apa adanya, kebaikan dan kekurangannya. Fransiskus sering mengajak umatnya untuk berdoa rosario bersama, berziarah dan mengadakan novena. Ia wafat pada tahun 1742.

Santo Petrus Fourier, Pengaku Iman

Pria berkebangsaan Prancis ini lahir pada tahun 1560. Pada waktu berumur 20 tahun ia melanjutkan studinya di biara imam-imam regulir sampai menjadi imam.

Meskipun ia kadang-kadang terganggu oleh teman-temannya yang kurang disiplin, namun semua peraturan diikutinya dengan cermat. Tugas dan kewajibannya pun dikerjakan dengan sempurna.

Pada tahun 1597 ia ditugaskan di sebuah paroki yang sudah lama diterlantarkan. Dengan ramah dan sabar ia mulai membenahi kembali paroki itu.

Kesederhanaan hidupnya dan kerendahan hatinya menggugah perhatian umat yang sudah lama merindukan kehadiran seorang gembala. Paroki yang hampir binasa itu mulai lagi menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Umat mulai melakukan lagi kewajiban-kewajiban imannya dan kembali merayakan hari-hari Tuhan dan menerima sakramen-sakramen. Pastor Petrus terkenal saleh.

Ia mempunyai devosi yang besar kepada Santa Perawan Maria yang tak bernoda. Dalam hal ini umatnya turut pula meneladaninya.

Kepentingan jasmani rakyat tak luput dari perhatiannya. Dengan bantuan beberapa orang ahli ia membuka bank tabungan, usaha asuransi dan suatu lembaga pengadilan untuk menyelesaikan perkara-perkara kecil secara damai.

Ia mendampingi Suster Beata Alix Leclerc dalam membina kongregasi baru yaitu Kongregasi Suster-suster Santa Perawan Maria. Anggota kongregasi ini terdiri dari Suster-suster yang rela bekerja di luar biara di bidang pendidikan anak-anak.

Dalam suatu penglihatan, Petrus menyaksikan banyak rumah biara dari kongregasi ini terbentang luas di suatu daerah. Makna penglihatan ini terwujud nyata di kemudian hari: kongregasi ini berkembang pesat sekali dan sebelum Petrus meninggal dunia, sudah terdapat 32 biara Kongregasi Santa Perawan Maria lengkap dengan sekolahnya.

Petrus Fourier diberi tugas memulihkan tata tertib di rumah-rumah tarekatnya dan akhirnya dipilih menjadi superior jenderal. Ia meninggal dunia pada tahun 1640.

Demikian renungan harian Katolik Selasa, 9 Desember 2025. Semoga bermanfaat!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads