- Renungan Harian Katolik Hari Ini 26 November 2025 Bacaan I: Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28 Mazmur Tanggapan: Dan. 3:62,63,64,65,66,67 Bacaan Injil: Luk. 21:12-19
- Renungan Hari Ini: Kuat dalam Derita
- Doa Penutup
- Kisah Orang Kudus Hari Ini Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Bagi umat Katolik, renungan harian adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan lewat sabda-sabda-Nya. Lantas apa bacaan dan renungan harian Katolik, Selasa, 25 November 2025?
Berdasarkan kalender liturgi 2025 yang disusun oleh Komisi Liturgi KWI, Rabu, 26 November Gereja. Adapun bacaan yang menjadi perenungan hari ini adalah Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28, Dan. 3:62,63,64,65,66,67 dan Luk. 21:12-19.
Renungan Katolik 25 November 2025 mengangkat tema "Kuat dalam Derita" dikutip dari buku Inspirasi Pagi (LBI) oleh Jarot Hadianto. Nah, artikel ini juga memuat informasi:
- Bacaan dan renungan harian berdasarkan kalender liturgi lengkap dengan mazmur tanggapan.
- Teks Doa Penutup
- Kisah orang kudus yang dirayakan hari ini.
Yuk, disimak!
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Renungan Harian Katolik Hari Ini 26 November 2025
Sebelum membaca renungan harian hari ini baca terlebih dahulu sabda-sabda Tuhan lewat bacaan hari ini, antara lain:
Bacaan I: Dan. 5:1-6,13-14,16-17,23-28
Raja Belsyazar mengadakan perjamuan yang besar untuk para pembesarnya, seribu orang jumlahnya; dan di hadapan seribu orang itu ia minum-minum anggur.
Dalam kemabukan anggur, Belsyazar menitahkan orang membawa perkakas dari emas dan perak yang telah diambil oleh Nebukadnezar, ayahnya, dari dalam Bait Suci di Yerusalem, supaya raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu.
Kemudian dibawalah perkakas dari emas dan perak itu, yang diambil dari dalam Bait Suci, Rumah Allah di Yerusalem, lalu raja dan para pembesarnya, para isteri dan para gundik mereka minum dari perkakas itu;
mereka minum anggur dan memuji-muji dewa-dewa dari emas dan perak, tembaga, besi, kayu dan batu.
Pada waktu itu juga tampaklah jari-jari tangan manusia menulis pada kapur dinding istana raja, di depan kaki dian, dan raja melihat punggung tangan yang sedang menulis itu.
Lalu raja menjadi pucat, dan pikiran-pikirannya menggelisahkan dia; sendi-sendi pangkal pahanya menjadi lemas dan lututnya berantukan.
Lalu dibawalah Daniel menghadap raja. Bertanyalah raja kepada Daniel: "Engkaukah Daniel itu, salah seorang buangan yang telah diangkut oleh raja, ayahku, dari tanah Yehuda?
Telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau penuh dengan roh para dewa, dan bahwa padamu terdapat kecerahan, akal budi dan hikmat yang luar biasa.
Tetapi telah kudengar tentang engkau, bahwa engkau dapat memberikan makna dan dapat menguraikan kekusutan. Oleh sebab itu, jika engkau dapat membaca tulisan itu dan dapat memberitahukan maknanya kepadaku, maka kepadamu akan dikenakan pakaian dari kain ungu dan pada lehermu akan dikalungkan rantai emas, dan dalam kerajaan ini engkau akan mempunyai kekuasaan sebagai orang ketiga."
Kemudian Daniel menjawab raja: "Tahanlah hadiah tuanku, berikanlah pemberian tuanku kepada orang lain! Namun demikian, aku akan membaca tulisan itu bagi raja dan memberitahukan maknanya kepada tuanku.
Tuanku meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari Bait-Nya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas, dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah, yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku.
Sebab itu Ia menyuruh punggung tangan itu dan dituliskanlah tulisan ini.
Maka inilah tulisan yang tertulis itu: Mene, mene, tekel ufarsin.
Dan inilah makna perkataan itu: Mene: masa pemerintahan tuanku dihitung oleh Allah dan telah diakhiri;
Tekel: tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan;
Peres: kerajaan tuanku dipecah dan diberikan kepada orang Media dan Persia."
Mazmur Tanggapan: Dan. 3:62,63,64,65,66,67
Pujilah Tuhan, hai matahari dan bulan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala bintang di langit, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala hujan dan embun, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai segala angin, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai api dan panas terik, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Pujilah Tuhan, hai kedinginan dan pembekuan, nyanyikanlah dan tinggikanlah Dia selama-lamanya.
Bacaan Injil: Luk. 21:12-19
Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih dahulu pembelaanmu.
Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh
dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.
Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
Renungan Hari Ini: Kuat dalam Derita
Jemaat Lukas sudah mengetahui bahwa Bait Allah dan Yerusalem dihancurkan pasukan Romawi tahun 70. Karena itu, nubuat Yesus dalam bacaan Injil hari ini kiranya disusun Lukas guna memberikan peneguhan bagi mereka, mengingat saat itu mereka sedang menghadapi permusuhan dan penganiayaan.
Jemaat diajak untuk bersabar dan berpengharapan. Penganiayaan memang menakutkan, namun mereka harus menghadapinya dengan tegar.
Jadikanlah penderitaan itu sebagai sarana untuk bersaksi bahwa dalam berbagai situasi. Tuhan selalu menyertai mereka.
Bersaksi bukan hal sulit manakala penyakit berat yang menimpa kita sudah sembuh atau persoalan pelik yang kita hadapi telah berlalu. Pada saat itu, tanpa disuruh, bibir kita dengan segera akan meluncurkan puji-pujian kepada Tuhan.
Yang lebih menantang adalah bersaksi atas penyertaan dan kebaikan Tuhan di tengah penderitaan, yakni ketika jalan keluar atas segala persoalan hidup kita masih terasa gelap. Derita bukanlah tanda bahwa Allah membenci atau menjauhi seseorang.
Derita justru menyatukan kita dengan-Nya. Bukankah Yesus di kayu salib tetap menyebut Allah sebagai Bapa-Nya? Allah setia mendampingi kita di saat-saat berat, Ia menopang kita ketika kita akan jatuh.
Rasakan itu dan wartakanlah kepada orang lain. Banyak orang akan terbantu mendengarnya, yakni mereka yang sudah lama menanggung salib tanpa tahu kapan derita itu akan berakhir.
Dalam masa-masa sulit, kita membutuhkan bantuan Tuhan. Namun, kapan bantuan tersebut akan datang, biarlah itu menjadi urusan yang ilahi.
Dia tahu saat yang tepat untuk turun tangan. Yang harus kitalakukan adalah menghadapi tantangan itu dengan kuat.
Buang jauh-jauh rasa gelisah. Mari kita bersaksi bahwa derita tidak akan mengalahkan kita, tidak akan pula memisahkan kita dari kasih Allah.
Doa Penutup
Allah Bapa yang Mahakasih,
di tengah setiap penderitaan dan pergumulan hidup, kami percaya Engkau tidak pernah meninggalkan kami. Ajarlah kami untuk melihat kehadiran-Mu bahkan ketika jalan terasa gelap dan hati dipenuhi rasa cemas.
Kuatkanlah iman kami agar tetap teguh menghadapi tantangan, dan jadikan setiap derita sebagai kesempatan untuk bersaksi tentang kasih dan penyertaan-Mu. Curahkanlah damai-Mu ke dalam hati kami, supaya kami tidak mudah goyah dan tetap berharap pada rencana-Mu yang sempurna.
Tuntunlah langkah kami hari ini dan seterusnya, agar kami selalu bersandar pada-Mu, sumber kekuatan dan penghiburan sejati.
Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa.
Amin.
Kisah Orang Kudus Hari Ini
Santo Yohanes Berchmans, Pengaku Iman
Yohanes Berchmans lahir di kota Diest, Belgia Tengah pada tanggal 13 Maret 1599. Ayahnya yang tukang kayu itu bercita-cita agar Berchmans kelak menjadi orang yang berpangkat tinggi dan masyhur namanya.
Dalam sikapnya yang tenang laksana air jernih tak beriak, Berchmans bercita-cita menuntut ilmu setinggi-tingginya. Ia mendapat pelajaran bahasa Latin dari Peter Emerich.
Imam ini sering mengajaknya ke biara dan pastoran. Pengalaman inilah yang mempengaruhi cita-citanya di kemudian hari yaitu menjadi seorang imam.
Tetapi karena perusahaan ayahnya, mengalami kemunduran hebat dan ibunya sakit keras, ia dipanggil pulang ke rumah agar bisa membantu ayahnya dalam memperbaiki keadaan ekonomi keluarga. Ayahnya memutuskan untuk menghentikan studinya.
Mendengar keputusan ayahnya, ia diam tertegun sambil merenungkan nasibnya di kemudian hari. Ia lalu memutuskan untuk melanjutkan studinya atas tanggungan pribadi dan berjanji untuk makan roti kering saja dan hidup sederhana, asal cita-citanya tercapai. Ayahnya mengalah.
Sambil mengikuti pelajaran di sebuah kolese umum, ia bekerja sebagai pelayan di gereja Katedral untuk memperoleh nafkahnya. Berkat kecerdasan serta kemauannya yang keras, ia selalu lulus dalam ujian dengan nilai yang gemilang.
Ia bahkan selalu menjadi juara kelas. Teman-temannya sangat baik dan sayang padanya karena tabiatnya yang tenang dan periang. Kegemarannya adalah menjadi pelakon dalam setiap drama yang di pertunjukkan sekolah.
Ketika menginjak tahun terakhir studinya yaitu tahun retorika, ia pindah ke Kolese Yesuit di Malines pada tahun 1615. Hal yang menarik dia ke sana ialah semangat perjuangan dan kemartiran para misionaris Yesuit di Inggris.
Tahun 1616, setelah mengalahkan ketegaran hati ayahnya, ia masuk novisiat Yesuit dan setahun kemudian ia dikirim ke Roma untuk melanjutkan studinya di sana. Dari sana ia mengirim surat kepada orang-tuanya: "Dengan rendah hati, aku berdoa untuk ayah dan ibu.
Dan dengan segenap kasih-sayangku dan cintaku . . . saya ucapkan 'selamat datang dan selamat tinggal' kepada kalian, karena kalian mempersembahkan kembali aku puteramu, kepada Tuhan. Dia yang telah memberikan aku kepada kalian."
Sebagai novis, Berchmans sangat mengagumkan. Hidup asketik dan tulisan-tulisan rohaninya sangat mendalam, sempurna, seperti tampak di dalam kalimat: "Menabung banyak harta dalam bejana yang kecil."
Sekali peristiwa ia membaca riwayat hidup Santo Aloysius. Pedoman yang diambilnya dari Aloysius ialah: "Jika saya tidak jadi orang suci di masa mudaku, maka tak pernah saya akan menjadi demikian."
Tuhan memberinya waktu tiga tahun untuk mencapai apa yang diidamkannya. Dua hari sebelum pesta Santa Maria diangkat ke Surga, yaitu tanggal15 Agustus 1621, ia meninggal dunia dalam usia 22 tahun.
Meskipun dia meninggal dalam usia yang begitu muda, namun ia dinyatakan 'kudus' oleh Gereja karena ia menyempurnakan diri dengan melaksanakan tugas-tugas hariannya dengan sangat baik. Ia berhasil mencapai cita-citanya: menjadi seorang biarawan yang tekun melaksanakan tugas-tugas yang sederhana dengan sempurna penuh tanggung jawab, riang dan senang hati demi cinta akan Tuhan. Berchmans menjadi contoh teladan dan pelindung para pelajar.
Santo Silvester Gozzolini, Abbas dan Pengaku iman
Silvester lahir di Osimo, Italia pada tahun 1177 dari sebuah keluarga bangsawan kaya raya. Pada masa mudanya ia belajar ilmu hukum di Bologna dan Padua sampai selesai dan menjadi seorang ahli hukum di kota asalnya.
Namun kemudian ia melepaskan jabatannya itu dan menekuni bidang teologi untuk menjadi imam di Osimo. Kemudian ia meninggalkan semua miliknya dan keramaian kota untuk menjalani kehidupan sebagai seorang pertapa yang miskin di Grotta (gua) Fucile.
Dari Fucile, ia pindah ke sebuah biara pertapaan di Monte Fano, Italia. Di sana jugalah ia kemudian pada tahun 1231 mendirikan sebuah biara pertapaan untuk menghimpun semua orang yang menjadi muridnya.
Persaudaraan religius mereka terkenal dengan nama 'Ordo Santo Silvester'. Mereka menghayati suatu cara hidup yang keras di bawah panduan aturan-aturan Santo Benediktus, tanpa pernah secara resmi menjadi cabang dari salah satu Ordo Benediktin.
Di bawah pimpinan Silvester sendiri selama 36 tahun, Ordo Silvestrin ini berkembang sangat pesat. Selama itu ia berhasil mendirikan 25 buah biara di Italia. Ia wafat pada tanggal 26 Nopember 1261 dalam usia 90 tahun, dan dinyatakan 'kudus' oleh Paus Klemens VIII (1592-1605) pada tahun 1598.
Itulah renungan harian Katolik Rabu, 26 November 2025. Semoga Tuhan Memberkati!
(alk/alk)











































