Kekuasaan adalah anugerah sekaligus ujian. Banyak orang tergoda untuk menggunakannya demi kepentingan pribadi, bukan demi kebaikan bersama.
Dalam perjalanan hidup, sering kali kekuasaan membuat seseorang kehilangan arah. Arogansi lahir ketika kuasa dijalankan tanpa kebijaksanaan dan tanpa kesadaran bahwa segala otoritas sejatinya berasal dari Allah.
Renungan hari ini mengajak kita untuk menelaah kembali sikap hati: apakah kita menggunakan kuasa yang dipercayakan kepada kita-baik sebagai pemimpin, orang tua, maupun pribadi-untuk melayani atau justru untuk menguasai?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Renungan harian Katolik Selasa, 30 September ini mengangkat tema "Arogansi Kekuasaan?" dikutip dari buku Renungan Tiga Titik oleh Thomas Hari Hartanto . Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaan.
Yuk, disimak!
Renungan Harian Katolik Hari Ini, 30 September 2025
Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:
Bacaan I: Za 8:20-23
Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Masih akan datang lagi bangsa-bangsa dan penduduk banyak kota.
Dan penduduk kota yang satu akan pergi kepada penduduk kota yang lain, mengatakan: Marilah kita pergi untuk melunakkan hati TUHAN dan mencari TUHAN semesta alam! Kamipun akan pergi!
Jadi banyak bangsa dan suku-suku bangsa yang kuat akan datang mencari TUHAN semesta alam di Yerusalem dan melunakkan hati TUHAN."
Beginilah firman TUHAN semesta alam: "Pada waktu itu sepuluh orang dari berbagai-bagai bangsa dan bahasa akan memegang kuat-kuat punca jubah seorang Yahudi dengan berkata: Kami mau pergi menyertai kamu, sebab telah kami dengar, bahwa Allah menyertai kamu!"
Mazmur Tanggapan: Mzm. 87:1-2, 4-5,6-7
Mazmur bani Korah: suatu nyanyian. Di gunung-gunung yang kudus ada kota yang dibangunkan-Nya:
TUHAN lebih mencintai pintu-pintu gerbang Sion dari pada segala tempat kediaman Yakub.
Hal-hal yang mulia dikatakan tentang engkau, ya kota Allah. Sela
Aku menyebut Rahab dan Babel di antara orang-orang yang mengenal Aku, bahkan Filistea, Tirus dan Etiopia: "Ini dilahirkan di sana."
Tetapi tentang Sion dikatakan: "Seorang demi seorang dilahirkan di dalamnya," dan Dia, Yang Mahatinggi, menegakkannya.
TUHAN menghitung pada waktu mencatat bangsa-bangsa: "Ini dilahirkan di sana." Sela
Dan orang menyanyi-nyanyi sambil menari beramai-ramai: "Segala mata airku ada di dalammu."
Bacaan Injil: Luk 9:51-56
Ketika hampir genap waktunya Yesus diangkat ke sorga, Ia mengarahkan pandangan-Nya untuk pergi ke Yerusalem,
dan Ia mengirim beberapa utusan mendahului Dia. Mereka itu pergi, lalu masuk ke suatu desa orang Samaria untuk mempersiapkan segala sesuatu bagi-Nya.
Tetapi orang-orang Samaria itu tidak mau menerima Dia, karena perjalanan-Nya menuju Yerusalem.
Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata: "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?"
Akan tetapi Ia berpaling dan menegor mereka.
Lalu mereka pergi ke desa yang lain.
Renungan Hari Ini: Arogansi Kekuasaan
Ketika dua murid-Nya, yaitu Yakobus dan Yohanes, melihat hal itu, mereka berkata, "Tuhan, apakah Engkau mau, supaya kami menyuruh api turun dari langit untuk membinasakan mereka?" (Luk. 9:54)
Entahlah, perasaan apa yang memenuhi hati Yohanes dan Yakobus, sehingga mereka berdua sampai melontarkan kalimat itu. Apa yang mereka ucapkan, mengingatkan pada peristiwa turunnya api dari langit pada zaman Elia.
Api itu turun atas permintaan Elia kepada Allah untuk membinasakan prajurit-prajurit yang akan menangkapnya oleh perintah raja Ahazia (2Raj.1:1-17).
Mereka berdua lupa akan pesan Tuhan Yesus pada waktu mengutus mereka ke desa dan kota mendahului-Nya. Tuhan hanya berpesan untuk meninggalkan mereka yang menolaknya dengan mengebaskan debu kakinya.
Tuhan tidak menginginkan kebinasaan orang-orang berdosa, tetapi pertobatan mereka. Kekuasaan sering mengubah watak seseorang.
Seorang politisi senior berulang kali mengatakan, "Kalau mau tahu watak asli seseorang, berilah dia kekuasaan." Lihatlah contoh yang terjadi akhir-akhir ini. Seorang pejabat daerah terpilih telah didemo dan dituntut untuk lengser oleh masyarakat yang dahulu memilihnya.
Ia dituduh menggunakan kekuasaan secara semena-mena dengan menaikkan PBB hingga 250%, bahkan pada lokasi tertentu mencapai 1000%. Banyak yang menyalahkan pejabat itu, karena menetapkan kenaikan pajak tanpa mempertimbangkan kemampuan rakyat yang membayar pajak.
Ada yang mengatakan kurang sosialisasi, sehingga hal itu mengejutkan berbagai pihak yang terkena dampak aturan baru itu. Ketika diprotes, alih-alih sadar, malah dengan arogan menantang rakyatnya sendiri.
Ada banyak contoh para politisi yang punya idealisme. Tetapi begitu mendapat jabatan tertentu ternyata dia memanfaatkan kekuasaannya untuk kepentingan pribadi, partai, atau golongan sendiri.
Tak jarang, mereka menabrak aturan atau undang-undang yang mereka buat sendiri ketika menghadapi jalan buntu. Menjegal calon yang tidak disukai walaupun terpilih oleh rakyat, dan menggantikannya dengan calon yang bukan pilihan rakyat, semata-mata demi kepentingan partai politiknya.
Ketika kita semua memiliki kecenderungan untuk berbuat semaunya, marilah kita mengingat pesan Tuhan Yesus, "Masuklah melalui pintu yang sempit, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya." (Mat. 7:13).
Doa:
Ya Tuhan, berilah aku kemampuan untuk mengerti dan membedakan mana yang salah dan mana yang benar, mana yang pantas dan mana yang tidak pantas kuperbuat. Berilah aku kekuatan untuk melaksanakannya dalam kehidupanku sehari-hari. Amin.
Peringatan Orang Kudus Hari Ini: Santo Haeronimus, Imam dan Pujangga Gereja
Eusebius Hieronimus Sophronius lahir di Stridon, Dalmatia pada tahun 342. Ayahnya, Eusebius, adalah seorang beriman Kristen yang saleh hidupnya dan dikenal luas sebagai tuan tanah yang kaya raya.
Ia mendidik Hieronimus sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan hidup Kristiani dan kebiasaan kerja keras. Ketika Hieronimus berusia 12 tahun, ia mengirimnya ke Roma untuk belajar ilmu hukum dan filsafat.
Studinya berjalan lancar, hanya cara hidupnya tidak tertib karena pengaruh kehidupan moral orang Roma yang tidak terpuji pada masa itu. Untunglah bahwa ia lekas sadar dan bertobat dari cara hidupnya yang tidak tertib itu.
Pada saat itulah ia meminta dipermandikan oleh Paus Liberius. Rahmat permandian yang diterimanya terus dihayatinya dengan banyak berdoa dan berziarah ke makam para martir dan para Rasul bersama kawan-kawannya.
Kehidupan rohaninya terus meningkat, demikian pula cintanya kepada Tuhan dan sesama. Pada tahun 370, ia berangkat ke kota Aquileia dan tinggal di sana: beberapa lama untuk mendapat bimbingan dari Valerianus, seorang Uskup yang saleh.
Dari sana ia pindah ke kota Antiokia, dan menjalani hidup bertapa di padang gurun Chalcis, di luar kota Antiokia. Empat tahun lamanya ia hidup di dalam kesunyian padang gurun untuk belajar dan meningkatkan hidup rohaninya dengan doa dan puasa.
Di bawah bimbingan seorang rabbi, ia belajar bahasa Yunani dan Ibrani. Berkat kemajuan hidup rohaninya yang besar, ia dianggap layak untuk ditahbiskan menjadi imam.
Peristiwa itu terjadi di Antiokia pada tahun 379. Setelah menjadi imam, Hieronimus pergi ke Konstantinopel karena tertarik pada cara hidup Santo Gregorius dari Nazianza. Ia memperoleh banyak pengalaman dari Gregorius bagi peningkatan hidupnya.
Hieronimus kemudian berangkat ke Roma dan di sana ia menjadi sekretaris pribadi Sri Paus Damasus (366-384). Karena pengetahuannya yang luas dan mendalam tentang Kitab Suci dan kecakapannya dalam bahasa Latin, Yunani dan Ibrani, Hieronimus ditugaskan oleh Paus Damasus untuk membuat terjemahan baru atas seluruh isi Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin.
Untuk menunaikan tugas suci itu, ia pindah ke Betlehem, tempat kelahiran Yesus. Ia tinggal di sana selama 30 tahun untuk bekerja, belajar dan bersemadi.
Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Hasil terjemahannya sangat baik dan disukai banyak orang.
Oleh karena itu terjemahannya disebut Vulgata, yang berarti Populer, dan sampai kini masih dianggap sebagai terjemahan yang resmi dan sah oleh Gereja. Selain terkenal luas karena hasil terjemahannya, Hieronimus juga dikenal luas sebagai seorang pembela iman dari berbagai aliran bidaah dan pembimbing rohani.
Dari segala penjuru datanglah banyak orang untuk mendapatkan bimbingannya dalam berbagai masalah ketuhanan dan Kitab Suci. Di Betlehem, Hieronimus mendirikan dua buah biara dan memimpinnya selama berada di Betlehem.
Satu dari dua biara itu diperuntukkan bagi para biarawati di bawah pimpinan Santa Paula dan kelak oleh Santa Eustachia. Dua biara itu kemudian dibakar oleh para pengikut bidaah Pelagianisme.
Kendatipun tertimpa kesedihan besar, Hieronimus terus giat menulis dan mengajar hingga wafatnya pada tahun 420. la dinyatakan oleh Gereja sebagai Orang Kudus sekaligus sebagai seorang Pujangga Gereja yang besar.
Demikian renungan harian Katolik Selasa, 30 September 2025 dengan bacaannya. Semoga Tuhan Memberkati Kita.
(alk/alk)