Renungan Harian Katolik Kamis, 18 September 2025: Pengalamanku Dicintai-Nya

Renungan Harian Katolik Kamis, 18 September 2025: Pengalamanku Dicintai-Nya

Osmawanti Panggalo - detikSulsel
Kamis, 18 Sep 2025 08:30 WIB
Ilustrasi renungan harian Katolik
Ilustrasi (Foto: Unsplash/Josh Applegate)
Makassar -

Hidup manusia tidak pernah lepas dari pengalaman dicintai dan mencintai. Namun, kasih Allah selalu hadir jauh melampaui semua kasih yang kita terima dari sesama.

Renungan Harian Katolik Kamis, 18 September 2025 mengajak kita merenungkan bagaimana setiap detik hidup adalah bukti nyata cinta Tuhan. Dalam kelemahan, Ia menguatkan; dalam keraguan, Ia meneguhkan; dalam luka, Ia menyembuhkan.

Renungan hari Kamis, 18 September 2025 mengangkat tema "Pengalaman ku Dicintai-Nya dan Aku Mengasihi Tuhan" dikutip dari buku Renungan Tiga TiTik oleh Wily Wibianto. Renungan ini juga dilengkapi daftar bacaaan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yuk, disimak!

Renungan Harian Katolik Hari Ini, 18 September 2025

Berikut ayat Alkitab yang dapat dijadikan sebagai bahan renungan:

ADVERTISEMENT

Bacaan I: 1 Tim.4:12-16

Jangan seorangpun menganggap engkau rendah karena engkau muda. Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu.

Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.

Jangan lalai dalam mempergunakan karunia yang ada padamu, yang telah diberikan kepadamu oleh nubuat dan dengan penumpangan tangan sidang penatua.

Perhatikanlah semuanya itu, hiduplah di dalamnya supaya kemajuanmu nyata kepada semua orang.

Awasilah dirimu sendiri dan awasilah ajaranmu. Bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau.

Mazmur Tanggapan: Mzm. 111:7-8,9,10

Perbuatan tangan-Nya ialah kebenaran dan keadilan, segala titah-Nya teguh,

kokoh untuk seterusnya dan selamanya, dilakukan dalam kebenaran dan kejujuran.

Dikirim-Nya kebebasan kepada umat-Nya, diperintahkan-Nya supaya perjanjian-Nya itu untuk selama-lamanya; nama-Nya kudus dan dahsyat.

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik. Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.

Bacaan Injil: Luk.7:36-50

Seorang Farisi mengundang Yesus untuk datang makan di rumahnya. Yesus datang ke rumah orang Farisi itu, lalu duduk makan.

Di kota itu ada seorang perempuan yang terkenal sebagai seorang berdosa. Ketika perempuan itu mendengar, bahwa Yesus sedang makan di rumah orang Farisi itu, datanglah ia membawa sebuah buli-buli pualam berisi minyak wangi.

Sambil menangis ia pergi berdiri di belakang Yesus dekat kaki-Nya, lalu membasahi kaki-Nya itu dengan air matanya dan menyekanya dengan rambutnya, kemudian ia mencium kaki-Nya dan meminyakinya dengan minyak wangi itu.

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu." Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."

"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh.

Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?"

Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya." Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."

Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya.

Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku masuk ia tiada henti-hentinya mencium kaki-Ku.

Engkau tidak meminyaki kepala-Ku dengan minyak, tetapi dia meminyaki kaki-Ku dengan minyak wangi.

Sebab itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni, sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih."

Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: "Dosamu telah diampuni."

Dan mereka, yang duduk makan bersama Dia, berpikir dalam hati mereka: "Siapakah Ia ini, sehingga Ia dapat mengampuni dosa?"

Tetapi Yesus berkata kepada perempuan itu: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan selamat!"

Renungan Hari Ini: Pengalaman ku Dicintai-Nya dan Aku Mengasihi Tuhan

Yesus berkata kepada perempuan itu, "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai!" (Luk. 7:50)

Setelah aku membaca bacaan Injil Luk. 7:36-50 ini, aku teringat akan pengalaman hidupku. Setelah lulus Sekolah Menengah Atas, aku lanjut kuliah di Universitas Trisakti jurusan Ekonomi.

Di sana, aku aktif di unit kerohanian Katolik. Aku juga aktif sebagai muda mudi Katolik di lingkungan dan wilayahku. Tetapi hidupku terjerumus di dalam hawa nafsu, karena berpacaran yang tidak sehat dengan seorang pemudi Katolik.

Dalam masa itu, aku menjadi lelah dan mempengaruhi semangat belajarku. Aku merasa berdosa dan mengaku dosa.

Aku benar-benar bertobat. Aku berdoa kepada Tuhan Yesus dengan perantaraan Bunda Maria. Aku minta dilepaskan dari jerat dosa.

Entah kenapa, aku dilepaskan oleh pacarku. Dia menasihati aku untuk berani lepas darinya dan menjadi diriku yang lebih baik ke depannya.

Sekarang aku memiliki istri yang beriman Katolik, dan berjalan dengan baik sampai hari ini. Aku pun menanggapi kasih Tuhan Yesus yang begitu baik kepadaku dengan menjadi ayah teladan Katolik.

Sama seperti kisah perempuan berdosa yang datang ke rumah Simon, orang Farisi itu. Dia merasakan kasih Yesus dan tidak malu-malu menerobos masuk dengan membawa buli-buli berisi minyak wangi yang mahal harganya.

Lalu dia membersihkan kaki Yesus dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya. Dia menuangkan minyak yang wangi itu ke kaki-Nya.

Lalu dia menerima sentuhan indah dari Yesus dengan sabda-Nya: "Imanmu telah menyelamatkan engkau, pergilah dengan damai!"

Dalam kisah ini, tampak iman perempuan itu. Ia mengimani bahwa Yesus yang ada di rumah Simon, adalah Tuhan.

Yesus bukan semata-mata orang hebat yang bisa menyembuhkan saja. Tetapi, Dia adalah Tuhan.

Hatinya meluap oleh rasa terima kasih dan syukur kepada Tuhan atas kasih-Nya yang telah menyembuhkannya. Anugerah iman yang diberikan oleh Tuhan itu dipakai olehnya secara pribadi.

Ia menyalurkan perbuatan kasih kepada Tuhan sebagai tanda cinta dan terima kasihnya.

Bagaimana dengan pengalaman iman Anda yang dicintai oleh Tuhan, dan bagaimana Anda menanggapi cinta kasih-Nya kepada Anda?

Doa:

Tuhan Yesus, Engkau telah memberikan contoh pengalaman iman bahwa aku, Kau cintai, dan bagaimana aku dapat mengasihi-Mu dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatanku. Berilah kekuatan agar kami dapat merasakan kasih-Mu yang berlimpah setiap harinya. Kuatkan kami pula agar dapat balik mencintai-Mu, juga mencintai sesama, sebagai tanda cinta dan terima kasih kami kepada-Mu. Amin.

Peringatan Orang Kudus Hari Ini: Santo Yosef Cupertino, Pengaku Iman

Yosef lahir di Cupertino, Lecce, Italia Selatan pada tanggal 17 Juni 1603. Keluarganya miskin sesuai dengan pendapatan ayahnya sebagai seorang tukang sepatu.

Namanya sejak kecil adalah Yosef Desa. Di sekolah ia terkenal bodoh dan lamban.

Tugas-tugas sekolah yang paling mudah pun tak mampu diselesaikannya. Kesehatannya pun selalu terganggu hingga ia berusia 10 tahun.

Meskipun begitu ia bercita-cita tinggi. Tuhan kiranya mempunyai rencana khusus atas dirinya dengan menganugerahkan kepadanya kemampuan ber-ekstase.

Karena itu kawan-kawan sekolahnya menjuluki dia: "Si mulut ternganga" (kebiasaan orang berekstase). Kesehatannya, yang selalu terganggu oleh berbagai penyakit, membuat ibunya hampir-hampir putus asa.

Banyak uang dihabiskan untuk biaya perawatan. Suatu hari ibunya membawa dia kepada seorang pertapa yang tinggal tak jauh dari Kupertino, untuk meminta doa penyembuhan.

Akhirnya berkat doa-doa sang pertapa dan iman ibunya, Yosef dapat sembuh dari penyakitnya.Cita-citanya menjadi seorang biarawan mulai dipikirkannya lagi.

Ia lebih tertarik pada cara hidup Santo Fransiskus Asisi dan bermaksud menjadi pengikutnya. Pada usia 17 tahun ia diterima dalam novisiat bruder-bruder Kapusin.

Tetapi segera tampak bahwa Yosef adalah pemuda yang minder, bodoh, banyak melakukan kesalahan dalam tugasnya. Oleh karena itu setelah 8 bulan di dalam biara, Yosef dikeluarkan.

Memang ia sedih namun tidak berputus asa. Ia tetap berusaha untuk meraih cita-citanya.

Dengan pertolongan pamannya, seorang imam Konventual, ia diterima di dalam biara itu. Ia ditugaskan menjaga kuda-kuda di Grotela dan sesekali ditugaskan mengemis di kota untuk kepentingan biara.

Tugas-tugas ini dilaksanakannya dengan sabar dan penuh tanggung jawab. Kehidupan doa tidak pernah dilupakannya.

Lama-kelamaan ia mulai dikenal oleh seluruh penduduk kota dan rekan-rekannya sebiara sebagai seorang biarawan yang saleh.

Oleh rekan-rekannya, Yosef dianggap sebagai teladan kesucian hidup. Melihat kemajuan hidup rohaninya yang besar, pimpinan biara mengizinkan dia memasuki masa novisiat dan selanjutnya mengizinkan dia mempersiapkan diri untuk menjadi imam.

Berkat Tuhan menyertai dia. Pada ujian penghabisan, Yosef dinyatakan lulus dengan baik dan layak ditahbiskan menjadi imam, pada tahun 1628.

Anehnya, walaupun Yosef sulit sekali membaca namun ia dapat memecahkan masalah teologi yang rumit-rumit. Rahmat Tuhan pun makin lama makin berlimpah.

Ia dianugerahi karisma dapat terbang, mampu meramal dan menyembuhkan penyakit. Ada suatu kejadian luar biasa yang disaksikan orang banyak: pada suatu hari, ia terbang di atas kepala orang-orang yang ada di dalam gereja dari pintu gereja sampai ke altar.

Ia pernah terbang ke puncak pohon zaitun dan bergantung di situ sambil bermeditasi. Anehnya dahan pohon itu tidak melengkung sama sekali.

Semuanya itu menarik minat banyak orang termasuk rekan-rekannya. Dengan sendirinya rumah biara selalu dikerumuni banyak orang untuk menemui Yosef.

Oleh sebab itu, pemimpin biara memindahkan dia ke biara yang terpencil selama 35 tahun hingga wafatnya. Yosef meninggal di Osimo, Italia, pada tanggal 18 September 1663.

Demikian renungan harian Katolik Kamis, 18 September 2025 dengan bacaannya. Semoga bermanfaat!




(urw/urw)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads